Sentet kembali mencari Korban

1.7K 98 4
                                    

Keesokan harinya acara Aqiqah Varo pun berjalan dengan lancar tanpa ada suatu kendala apapun seperti yang di takutkan Sinta. Namun setelah acara selesai mendadak ibu mertua Sinta mengeluh sakit kepala.

Awalnya mereka mengira kalau mungkin ibu mertuanya kebanyakan makan daging kambing, jadi darah tingginya naik dan menyebabkan rasa sakit di kepalanya.

Namun setelah hari berlalu dan berganti, rupanya Mertua Sinta ini masih saja terus mengeluh sakit kepala. Dan anehnya itu yang paling parahnya di jam-jam mau masuk magrib. Sampai akhirnya mertua Sinta minta untuk di pulangkan.

Adi pun dimintai mengantar neneknya pulang. Sepanjang perjalanan Adi ngobrol dengan neneknya ngalor ngidul, sampai tanya kenapa neneknya bisa sakit dan kenapa gak mau dibawah ke dokter sini saja malah memilih dokter di desa.

Neneknya hanya menjawab kalau dia cocoknya di dokter Ali soalnya sudah langganan lama sejak dulu. Adipun hanya mengangguk angguk dan berharap semoga setelah sampai di rumah, kondisi neneknya segera membaik.

Sampai tibalah mereka di rumah sang nenek . Dan mereka pun turun. Sebelum turun Adi bertanya pada neneknya karna neneknya terlihat bingung

"Ada yang ketinggalan gak Nek ?"

Nenek hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.

Setelah menurunkan neneknya, Adi langsung pamit balik pulang karna masih ada urusan. Namun baru saja Adi melangkah , sakit kepala neneknya kambuh lagi. Kali ini prilaku neneknya terlihat tidak wajar, entah karena rasa sakit kepala yang teramat sangat atau apa. Tiba-tiba neneknya berteriak dan menjambak jambak rambutnya.

"Aaaaaarrrrggghhh....sakiiiit !!!"

Tetangga sekitar yang mendengar suara gaduhpun berdatangan menghampiri Rumah Nenek karna penasaran.Adi berusaha melepas tangan nenek dari jambakan di rambutnya, tapi yang ada Neneknya malah mengingit tangan Adi dengan sangat keras.

"AOOOOUUU....!!

Teriak Adi memegangi tangannya yang ungu kebiruan.

"Mbah Sani kenapa mbah ? " Tanya salah satu warga yang membantu menenangkannya

"AAAARRRRRGGGHH...!!"

Mbah Sani terus meronta dan berteriak sakit.

Di bantu para warga dan Pamannya yakni adik bungsu Bapaknya. Neneknya yang mengamuk pun dibekap tangannya dan dibawah masuk kembali ke dalam mobil untuk segera di bawah ke dokter.

Tubuh Nenek Sani sangat dingin namun badannya berkeringat dan yang bikin khawatir Nenek Sani juga mengigit gigit tangannya, entah karena rasa sakit yang teramat sangat atau apa sampai Nenek Sani berteriak histeris kesakitan serta mengigiti tangannya.

Dengan segera Adi langsung menyalakan mobilnya dan Pamannya ikut menemaninya sembari berupaya memegangi tangan Nenek Sani supaya tidak menjambaki rambutnya atau mengigiti tangannnya.

"AAAARRRRRGGGHH....!!!"

Nenek Sani terus meronta dan berteriak kesakitan.

Dalam perjalanan menuju rumah Dokter, Nenek Sani terus saja meronta berusaha menjambak rambutnya atau mengigiti tangannya. Ketika Paman Adi berusaha memegangi tangan Nenek Sani supaya tidak melukai dirinya sendiri, Nenek Sani malah mengigiti bibirnya sampai mengeluarkan darah, membuat baju nenek ketetes darah yang keluar dari bibirnya.

Paman Adi menangis melihat Ibunya meraung raung kesakitan.

"Sesakit apa kepala nenek hingga membuatnya sekacau ini" pikir Adi dalam hati.

Sampai di Tempat praktek Dokter Ali rupanya Dokter Ali langganan Mbah Sani itu jam buka prakteknya mulai jam 16:00 sampai jam 20:00 , sedangan saat ini masih jam 14:00. Daripada menunggu sang Dokter akhirnya Adi dan Pamannya memutuskan membawa Nenek Sani ke Rumah Sakit saja.

Begitu tiba di Rumah Sakit banyak sekali orang yang melihat mereka. Saat itu mereka jadi pusat perhatian. Nenek Sani pun langsung ditangani. Suster segera memasang infus di tangan Nenek Sani namun infus itu lepas lagi lepas lagi karena Nenek Sani ini tidak bisa diam dan berontak terus.

Hingga membuat dua jarum infus itu ada yang patah , membuat perawat nya  geleng-geleng kepala. Sampai akhirnya perawat itu menyuntikkan obat bius supaya Nenek Sani sedikit tenang dan bisa di infus.

Beberapa saat setelah di suntik mata Nenek Sani mulai agak sayu, pandangan matanya mulai melihat ke atas terus. Baru lah perawat ini ambil tindakan buat di infus lagi sambil menunggu dokter datang untuk meriksa.

Setelah mendapat arahan Dokter, si perawat langsung mengambil berbagai tindakan. Dari mulai ambil darah sampai ronsen kepala. Dan hasilnya tidak ada yang bermasalah dengan Nenek Sani, semua normal-normal saja.

" Nenek Sani ini punya riwayat Darah tinggi makanya pusing terus. Apalagi habis makan banyak daging kambing, jadi darah tingginya naik." Kata Dokter itu.

Beberapa jam setelah itu, Nenek Sani mulai mengeluh merasa kepanasan. Sedangkan ruangan itu ber AC dan Ac itu pun dalam kondisi menyalah. Sampai Adi menurunkan suhuya menjadi 16°, yang malah membuatnya kedinginan.

Namun masih saja Nenek Sani mengeluh panas, bajunya di tarik-tarik karna merasa gerah. Takut infus yang ada di tangannya lepas lagi, Adi pun berinisiatif mengambil kertas dan menkibas kibaskan kertas itu ketubuh Neneknya.

Setelah dirasa Neneknya sudah agak tenang, Adipun pamit kepada Pamannya untuk pulang.

Beberapa hari kemudian, keluarga Sinta mendapat kabar kalau Nenek Sani mulai menunjukkan gelagat aneh. Dia sering berhalusinasi melihat orang tinggi besar dengan mata merah terus memelototi dirinya. Dengan taring panjang yang katanya banyak mengeluarkan darah dan berbau anyir.

Bahkan Nenek Sani tidak berani ke kamar mandi karna katanya banyak orang disitu. Dia juga bilang kalau kalau sering kali melihat banyak orang memakai baju serba hitam mengelilingi dirinya.

"Ayo pulaaaang, disini banyak orang yang mau membunuhku " teriak Nenek Sani histeris

"Mana ada orang sih mak, disini cuma ada Sastro" jawab Sastro adik bungsu Pak Sholeh.

"Lihat mereka semua berdiri mengelilingiku seakan mau membunuhku! "

Sastro melihat kesekeling ruangan Ruang rawat ibunya , dan tidak apapun disana kecuali dirinya.

"AAAAAH, PERGI KALIAN SEMUA JANGAN GANGGU AKU !! "
Teriak Nenek Sani mengkibas-kibaskan tangannya dengan kasar membuat infusannya bergoyang-goyang dan hampir jatuh.

Sampai akhirnya Sastro meminta persetujuan Dokter untuk merawat ibunya di Rumah saja. Setelah mendapat persetujuan Dokter dan Nenek Sani di nyatakan tidak ada penyakit yang fatal, dokterpun mengijinkan Nenek Sani pulang .
Sastro pun menghubungi Adi untuk menjemput mereka dan merekapun pulang kerumah.

Semenjak pulang dari Rumah Sakit, Nenek Sani ini susah sekali makan. Sampai di belikan bubur dan berbagai makanan kesukaannya, namun tetap saja Nenek Sani tidak mau makan dan ketika di paksa setiap selesai makan Nenek Sani pasti langsung memuntahkannya. Katanya rasanya tidak enak.

Sampai Sinta sekeluarga dan saudara-saudara yang lain pada datang membujuk nenek Sani untuk makan pun tetap saja nenek Sani tidak mau makan. Dan parahnya lagi nenek sani tidak mau sekalipun turun dari ranjangnya. Katanya ia takut kakinya ada yang narik dari bawah ranjang.

Pokoknya makin kesini kelakuan nenek Sani makin aneh saja dan udah gak bisa di cerna oleh logika lagi.

Para tetangga pun berdatangan menengok nenek Sani. Beberapa orang yang menjenguk mengatakan kalau nenek Sani ini sakitnya tidak wajar. Mereka bilang nenek Sani ini ketempelan. Ada juga yang mengatakan Kalau Nenek Sani ini berhalusinasi.

"Jangan-jangan nenek sani ini di ganggu mahluk halus" bisik salah satu ibu yang nengokin nenek sani

"Jangan sembarangan kalau ngomong" ujar salah satu ibu di sebelahnya

"Liat aja mata  mbah Sani sekalipun tertidur terus melihat keatas" elak ibu tadi

"Huust, jangan ngomongin orang yang sakit" ucap ibu yang satunya

Santet Pring SedapurWo Geschichten leben. Entdecke jetzt