Perjalanan Pulang

1.7K 98 1
                                    

Mobil Adi melaju dengan pelan menyusuri jalanan yang sudah nampak gelap. Ia harus melewati jalan yang lumayan agak sepi untuk keluar dari perkampungan Neneknya.

Brukkk...!!

Tiba-tiba suara benda jatuh terdengar di atas mobil yang ia kemudikan. Adi menghentikan mobilnya dan melongok ke atas.

"Suara apa itu ?" Gumam Adi

Rasanya ia ingin langsung keluar memeriksa mobilnya. Hanya saja rasa ketakutannya lebih besar daripada rasa penasarannya.

"Benda apa yang jatuh diatas roofbox mobil" ujarnya dalam hati.

Ia meremas setir mobilnya dengan gemetar.

"Persetanlah, aku harus cepat sampai rumah" ujarnya lirih sambil melirik ke atap mobil.

Ketika Adi bersiap akan kembali melanjutkan perjalanan. Adi merasa seakan ada seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Ia segera menoleh kebelakang namun tidak ada siapapun di belakangnya.

"Lalu tangan siapa yang dibelakang?" Gumamnya

"Ah, mungkin itu perasaanku saja"

Adi kembali membalikkan badannya. Ia terlonjak melihat sepasang suami-istri menghampirinya dengan berjalan gontai. Suaminya melingkarkan satu tangannya di pinggang sang istri dengan tangan bergetar kalut. Seorang perempuan berdiri disampingnya dengan tangan terus mengelus perutnya yang buncit . Sebuah cairan bening mengucur deras dari sela-sela selangkangannya menuju tumit.

"Tolong istri saya mas" ujar Pria itu hampir menangis.

"Istri saya mau melahirkan. Tolong bantu saya. Sudah tidak ada Kendaraan lagi beroperasi di jam segini." Mohonnya dengan suara lirih hendak menangis.

"Aduh!" Istrinya mulai mengaduh kesakitan. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Adi binggung antara menolong orang yang ada di hadapannya atau tidak. Tubuhnya sudah sangat lelah dengan kejadian demi kejadian yang menimpanya. Di tambah lagi ia dari semalam belum tidur dan takut kalau saja orang yang ditolongnya ini bukan manusia karna memang tempatnya berhenti sangat sepi dan hampir tidak ada rumah disisi kanan kirinya.

"Mas tolong !"

Setelah menimbang-nimbang akhirnya karna tidak tega melihat sang Istri pria tersebut yang terus mengeluh sakit. Adipun memutuskan menolongnya.

"Baiklah. Ayo masuk saya akan mengantarkan kalian ke rumah sakit." Jawab Adi.

Sang suami mencoba membantu perempuan hamil itu memasuki mobil. Ibu itu mulai menangis menahan sakitnya kontraksi.  Sedangkan rumah sakit masih sangat jauh disana.

"Apa tidak ada bidan di dekat sini ?" Tanya Adi kemudian.

"Ada, tapi beberapa bulan lalu Bidan yang ada di kampung ini meninggal" jawab sang suami.

Adi kembali menyalakan mesin mobil. Ia bergegas nge-gas terburu-buru karena suasananya begitu genting. Kali ini ia membawa ibu hamil yang hendak melahirkan.

"Ibu, tenang ya Bu. Tarik nafasnya pelan-pelan. Tenangkan semua pikiran," suaminya mengintruksikan . Meski ia tidak pernah melahirkan, mungkin ia mengingat film-film dengan adegan melahirkan dan mencoba mengikutinya atau mungkin itu anak keduanya .

"Huuhhh...."
Ibu itu menarik napasnya lalu menghembuskan pelan mencoba tenang. Namun sakit itu tak bisa tertahankan. Vaginanya terasa perih dan perutnya terasa diaduk-aduk. Melilit seperti ada yang mengikat perutnya.

"Stthh!" Ia meringis sakit.

"Mas lebih cepat lagi," ucap pria itu tak sabar.

"Sabar ya pak, saya sudah mengusahakan tapi kondisi jalannya memang kurang bagus" Jawab Adi sambil fokus menyetir.

"Ahh, .. Saakiit mas!"
Istrinya kembali berteriak, mencengkeram lengan suaminya dengan kecang.

"Sabar ya sayang!"

"Aku sudah tak kuat lagi mas?" Ucap istrinya lirih.

Cairan bening itu keluar semakin banyak menggenangi alas mobil. Wanita itu semakin mengeliat tak karuan. Kini bukan hanya cairan bening saja yang membasahi Jok mobil Adi. Cairannya telah berubah menjadi darah merah pekat.

"Mas cepat mas...!!?" Ucap Pria itu setengah berteriak.

Adi mulai mempercepat mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meski jalanan yang ia lewati sedikit rusak ia sudah tidak peduli.

Saat akan berbelok pada tikungan gang.  Seketika mobil Adi berhenti mendadak. Hanya keempat ban mobillnya yang berputar. Namun mobilnya tidak maju. Dengan sekuat tenaga Adi mengegas mesin mobilnya hingga semua jarum kecepatan ia arahkan kepaling tercepat 240 km per jam. Tapi mobilnya malah mati.

Mereka mulai panik ketakutan. Terlebih Si Suami yang nampak gusar. Sedangkan istrinya mulai lemas kehilangan banyak darah. Peluh keringat membasahi semua orang dalam mobil itu. Mesin pendingin pun tak berfungsi. Suasana berubah pengap dan panik.

Adi mulai kehabisan kesabaran. Ia terus menstarter mobilnya berkali-kali tidak mau menyala. Ia putar kuncinya bekali-kali pun masih tidak menyala.

"Sial!" Adi mendengus kesal.

"Kenapa mobilnya Mas?" Tanya Si Suami

"Mogok."

Tiba-tiba suara derap langkah terdengar dari atas mobil . Sebuah tangan pucat  dengan kuku-kuku tajam yang menghitam menempel di depan kaca mobil.

"Astaga, ya Allah!" Adi berteriak histeris.

"Kenapa Mas ?" Tanya Si Suami kaget mendengar Adi yang tiba-tiba saja berteriak

Adi menatap lagi kaca depan mobilnya namun tangan pucat itu sudah menghilang entah kemana. Adi mengucek matanya dengan gemetar hingga mencondongkan tubuh dan kepalanya mencari tangan puncat yang seakan merayap dari atas mobilnya.

"Mas kenapa ?" Tanya Pria itu lagi

"Eng...engak apa-apa kok mas" jawab Adi dengan suara yang bergetar. Tidak mungkin rasanya ia tadi hanya berhalusinasi karna tangan pucat itu berada tepat di hadapanya

"Ahhhh, sakiiit...aku sudah tidak tahan lagi !" Teriak si istri mulai lemas membuyarkan lamunan Adi

Dengan segera Adi mulai mencoba lagi menyalakan mesin mobilnya. Ia memutar mutar kuncinya dengan terus berdoa di dalam hati sambil sesekali melirik pasangan Suami istri itu yang semakin panik dan kalut.

Setelah beberapa kali dicoba akhirnya mesin mobil Adi kembali menyala dan dengan segera Adi menuju Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit kondisi Sang istri sudah nampak begitu lemas. Karna mungkin terlalu lama di perjalanan atau mungkin kehabisan darah.

Adi menghela nafas berat melihat banyak darah di dalam mobilnya. Rasanya lelah sekali, ia bahkan begitu malas untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ia pun berencana mencari mushollah untuk istirahat sejenak sekaligus membersihkan darah yang ada di dalam mobilnya.

Namun baru saja adi menyiramkan air kedalam mobilnya...
Tiba-tiba sebuah tangan berwarna pucat muncul keluar dari bawah kolong mobil.
Adi tersentak kaget hingga melempar selang air yang ada di genggamnya.

Tubuhnya seketika gemetaran , jatungnya bahkan serasa ingin meledak. Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya. Ingin rasanya ia berlari dan berteriak. Tapi lagi-lagi tubuhnya serasa kaku dan lidahnya terasa keluh.

Mata Adi melotot memperhatikan tangan pucat dengan kuku-kuku panjang berwarna hitam itu keluar dari  dalam kolong mobilnya. Penampakannya sama persis seperti sebelumnya yang ia lihat di kaca depan mobilnya.

Perlahan- lahan tangan itu mulai merayap keluar dari kolong mobilnya dan semakin menjulur ke arah kaki Adi berpijak. Tubuh Adi semakin bergetar hebat, namun tetap saja ia tidak mampu untuk mengerakkan kakinya. Bahkan rasanya saking takutnya ia ingin kencing di celana.

"Ya allah, aku mohon selamatkan aku !" Doanya dalam hati







Santet Pring SedapurWhere stories live. Discover now