Sepatu yang usang

49 41 2
                                    

    

    Bima mengambil beberapa kayu yang sudah afgan masukan kedalam api tapi dia kesusahan , ia ingin membuat api yang besar . Afgan menempuk punggung Bima, dirinya seperti tidak sabaran. Bima memegang 2 bilah kayu, tapi sepertinya apinya kurang cukup besar, afgan memberikannya lagi 2 bilah. Bima bergegas ke tempat Nagi, Lalu mendorong raya untuk menyingkir. Bima menaruh kayu di bawah kaki Nagi. Nagi dengan cepat melepaskas sepatunya , mereka semua melihat  cacing itu dengan geli . Sekujur tubuh Nagi masih berkeringat, mereka semua ngos - ngosan.

Tubuh binatang itu habis terbakar api, Bima terduduk lalu mengelap keningnya. Datang kasta, syara lalu afgan. Bima mendongak ke belakang ia tertawa  kepada cowo di belakangnya," haha" , afgan.

Mereka semua berkumpul mengelilingi api, dan tidak ada dari mereka yang berjauhan . Syara menglendoti tangan kasta, Badanya masih merasa lemas , merinding.Dan masing -masing membawa tongkat yang lancip.

"Mungkin binatang itu juga bisa muncul tiba - tiba lagi " , lirih syara sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh temannya.

"kalian bisa tidur, gue sama PB bisa jaga duluan " afgan melirik Nagi yang tertunduk sambil memakai tudung jaketnya.

" jangan ada yang , jauh - jauh dari api "  , mereka semua mengangguk terkecuali Nagi dan raya.

" Reza ga pernah sekalinya menangis di depanku, dia slalu menurut . Menurutnya aku itu ayah ".  Nagi mengeluarkan liontin di sakunya lalu melemparkan ke dalam api .

" Kenapa kamu bakar " , Tanya raya.

" Mungkin, hewan itu juga.., Nagi melirik ke belakang. " keluar dari kepala reza ".

" ayah... " lirih Nagi sambil tersenyum di balik tudungnya. Bima diam - diam mendengar cerita Nagi dengan menaruh tangannya di atas wajah. Nagi beranjak dari tempat duduknya  , lalu menghampiri bekas dari bakaran tadi. ia mengubur tanah seperti kuburan. Mereka hanya diam bersimpuh dengan kesunyian, menatap punggung Nagi.

Malam ini tidak hujan, afgan, raya PB berganti shif dengan Bima dan syara, Nagi sedari tadi tidak bisa tidur ia sibuk memasukan kayu kedalam api, dan berjaga - jaga.

   Sinar matahari menyinari wajah Nagi, ia terbangun karna hembusan angin dan sinar mentari yang menyilaukan. Matanya melihat temannya - temannya sudah siap, perbekalan pun sudah ada di punggung mereka.

" Ah kamu udah bangun.. " kata raya sambil memberikan tangannya pada Nagi. Bima melemparkan tas padanya.

afgan mengajak mereka semua untuk pergi sekarang, Nagi mengambil kayu di bawah kakinya.

Nagi menyikut raya lalu memberikan roti padanya, Bima sontak menyerobot roti di tangan raya. Nagi malah mempercepat langkah kakinya, dia berjalan melewati PB.

" Jangan cepat - cepat.. " teriak afgan. syara sesekali menyenggol tubuh kasta .

Terik matahari semakin panas, mereka semua tidak tau tujuan kepergian mereka. Jalan sulit untuk di lewati, hanya satu dari rencana mereka tadi malam adalah mencari pasokan makanan dan tempat persembunyian yang lebih aman. 6  jam mereka berjalan dan beristirahat.

Nagi melihat sekitar, hanya bangunan yang runtuh dan tempat terbakar saja, disini lebih banyak bangkai yang tergeletak Sepertinya musibah di sini baru - baru ini terjadi . Darah segar tercium amisnya. Mereka harus cepat pergi dari daerah sini sebelum matahari tenggelam.

Mereka sudah berjalan cukup jauh , beristirahat dan duduk di bebatuan. Salah satu dari mereka belum juga menemukan tosebar ataupun toko di dekat sini.

PB mengambil sebotol air minum ia memalingkan wajah saat meminum. Lalu melemparkannya ke afgan, ia pun berdiri dan melanjutkan perjalanan. teman- temannya mengikuti. Syara dan kasta masih bersimpuh mereka berdua mengeluh kecapean.

Nagi semakin menarik tudung jaketnya kedepan . Dan teman di sebelahnya , Raya berjalan sambil berpangku dengan tongkat kayu yang dia pungut. Perut cewe berambut panjang ,( Syara ) merasa mual ia terpaduk dan menubruk raya. Cewe yang syara tubruk membantunya dan memapah syara. Kasta berjalan bersebelahan dengan PB ia terus mengikuti jejak kakinya. Bima malah berada di paling belakang sendiri.

Nagi mendongak ke atas dan terik matahari masih panas menyilaukan, dan awan berjalan di atas ke palanya. Dan seseorang menutupi wajahnya dengan telapak tangan, Nagi melirik ke samping ternyata cowo yang gagah putih itu   sedang menutupi wajahnya sendiri juga karna terik matahari menyilaukan matanya. Wajahnya sungguh putih.

Failure . ℅Where stories live. Discover now