25▫️ Tangan-tangan santri yang tulus

16 1 0
                                    

Di ibtida tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ibtida tiga. Setelah selesai mengajar, Zein menyampaikan pesan terlebih dahulu.

"Nanti jam sepuluh siang, kalian ke ladang ya."
Perintah Zein.

"Muhun, A."
Syifa dan semua santri mengiyakan nya.

***

Jam sepuluh siang, tiba.

Para santri putra dan putri ibtida tiga. Mereka riang berjalan memasuki ladang strawberry.

Tentunya mereka para santri tidak bercampur baur dengan lawan jenis. Seperti biasa mereka terbagi dua kelompok. Kelompok wanita dan kelompok laki-laki.

Syifa tersenyum. Matanya tak pernah bosan, ia selalu terpukau dengan ladang yang luas dan asri, banyak nya jejeran tanaman strawberry yang panjang. Menyuguhi strawberry-strawberry segar berwarna merah yang siap untuk di panen.

Dari banyaknya pekerja yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada beberapa dari mereka tersenyum ramah pada para santri yang melewatinya.

Masih berjalan. Di antara santri putra. Leon hanya melihat ke depan, ia tidak tertarik sedikit pun untuk menikmati pemandangan ladang. Tak jauh dari nya. Dilan berjalan. Dilan melirik sebentar ke ladang strawberry yang tak jauh di samping nya. Kini Dilan selalu menjaga jarak dengan Leon, ia masih kecewa, marah dan benci pada Leon.

Mereka para santri terus berjalan menuju salah satu gudang di sana. Bangunan panggung dari kayu itu menjulang sedikit lebih tinggi karena di bawahnya terdapat kolong setinggi dua meter.

Mereka sudah sampai di sana. Lalu Zein dengan teman wanita nya tiba dari arah kiri.

"Assalamu'alaikum. Apa kalian sudah makan?"
Tanya Zein.

"Wa'alaikumsalam... Sudah!"
Jawab santri kompak. Selain Riki, ia malah berteriak, "belum A! Belum tiga kali."

"Pasti sudah full dong tenaganya. Kalau begitu, kalian mulai memetik buah strawberry nya. Jika kalian mau, kalian tinggal makan saja."

"Muhun, A!"
Jawab santri kompak.

Para santri berhamburan, mulai mengambil keranjang anyaman yang terbuat dari bambu. Sedangkan Zein tersenyum melihat para santri yang kompak.

Wanita di sebelah Zein juga tersenyum, ia merasa kagum dengan para santri di hadapannya.

"Mereka terlihat tulus, meskipun tanpa mendapatkan buruh."
Ucap wanita ber jas pink, wanita yang sedari tadi berada di sebelah Zein.

Zein mengalihkan pandanganya pada wanita di sebelahnya. Temannya itu terlihat cantik dengan make up natural melapisi kulit wajahnya yang mulus tanpa adanya pori-pori besar, bopeng, ataupun jerawat. Dengan rambut panjang berwarna hitam pekat, terurai rapi menutupi punggung. Tampak terlihat elegan.

"Ya. Begitu lah para santri, selain menuntut ilmu agama. Mereka juga meraih keberkahan dengan berbakti kepada gurunya. Selain itu, dengan mereka masuk ke ladang. Mereka juga mendapat ilmu pengetahuan sekaligus praktek tentang pertanian."

Gadis yang Berbeda (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang