31 Putus

18 4 2
                                    

Keesokan harinya ...

Dina menceritakan ini kepada teman-temannya di kanti.

"Apah jadi Rifqi sama Pak Rizal itu kakak adik?"

"Iyah."

"Aduh nggak nyangka banget sih, kaget loh gue."

"Bukan lo, Tan gue juga kaget dengernya.

***

Saat Dina ingin masuk kelas tak sengaja ia berpapasan dengan Rifqi, Dina cuek kepada Rifqi.

"Dina tunggu!" Rifqi menahan tangan Dina.

"Lepasin." Dina menepisnya.

"Din, maafin aku memang aku salah, tapi aku lakuin ini ada alasannya, Din."

"Apa alasnanya?" tanya Dina.

"Aku takut kamu jatuh cinta sama Bang Rizal dan mulai lupain aku."

"Jadi kamu nuduh aku selingkuh gitu sama cowok lain."

"Bukan gitu Din, Bang Rizal cinta sama kamu."

'Deg!'

Seketika Dina terdiam mematung mendengar bahwa Pak Rizal cinta sama Dina.

"Jangan ngaco kamu."

"Bener Din, aku takut kehilanga kamu. Dina tolong maafin aku." Rifqi memohon.

Dina tak menjawab ia meninggalkan Rifqi untuk masuk kelas.

"Bukan gitu Din, Bang Rizal cinta sama kamu."

Omongan itu selalu terlintas di benak Dina, sampai Dina tak fokus belajar. Dina meminta izin kepada Bu guru untuk pergi ke toilet.

**

Dina mencuci mukanya agar lebih seger dan pikiran-pikiran itu bisa hilang di otaknya. Setelah selesai ke toilet, Dina melihat Pak Rizal seperti keberatan membawa bukh sampai bukunya berjatuhan, Dina membantunya.

"Biar saya bantu, Pak."

Pak Rizal hanya diam saja. Dina melihat di bawah bibir dan jidat Pak Rizal membiru, rasanya Dina ingin bertanya soal itu namun ia tak berani.

Sesampai di perpus, tak ada percakapan antar keduanya, keduanya sibuk dengan merapikan buku-buku.

"Udah selesai, kalau gitu saya permisi dulu, Pak."

"Makasih."

"Ya."

***

Saat Dina sedang berjalan melewati ruang guru, tak sengaja ia mendenger percakan Pak Rizal dan Bu Mawar.

"Saya  nggak mau Rifqi sedih jadi saya jauhin Dina, saya rela ngelakaui apa saja demi Rifqi bahagia."

"Oh, jadi kamu berhenti jadi guru privatnya Dina karena disuruh Rifqi."

"Kamu yang sabar ya, tapi kamu baik-baik aja kan, pipinya biru gitu?"

"Saya nggak papa."

Dina jadi tau kenapa Pak Rizal berhenti jadi guru privatnya itu semua karena Rifqi, Dina semakin kecewa dengan Rifqi.

Lalu Dina pun langsung menghampiri Rifqi yang tengah nongkrong bersama teman-temannya di kantin.

"Rifqi!"

"Dina."

"Gue mau ngomong sama lo."

Dina menarik tangan Rifqi agar jaraknya lebih jauh dari teman-temannya Rifqi.

"Ada apa, Din?"

"Tega ya lo, cemburu sih boleh tapi jangan buat gue bodoh gue kali."

"Maksud kamu apa, Din aku nggak nyerti?"

"Lo kan yang nyuruh Pak Rizal buat berhenti jadi guru privat gue dan lo juga kan yang udah buat Pak Rizal babak belur?"

Rifqi hanya bisa terdiam menunduk.

"Tega ya lo, benci gue sama lo!"

"Aku bisa jelasin, Din."

"Jelasin apa lagi, sadar Rif Pak Rizal itu kakak lo hanya gara-gara ini lo lukain dia, kurang baik apa sih dia sama lo?"

"Dan karena lo juga, lo udah buat gue kehilangan guru privat yang baik kayak Pak Rizal."

"Din, aku bisa jelasin ini semua." Rifqi memohon kepada Dina.

"Udahlah Rif, gue mau kita putus." Dina beranjak pergi.

"Dina! Aku nggak mau putus, Dina!" teriak Rifqi.

***

Sepulang sekolah Dina menghibur dirinya dengan mengunjungi kafe, disana Dina pergi sendiri meminum dan makan apa yang sudah ia pesan sembari mendengerkan lagu yang di nyayikan oleh penyayi kafe. Seketika Dina ingin bernyayi, lalu Dina pun meminta izin untuk menyayikan satu lagu, pihak kafe pun setuju. Kemudian Dina naik ke atas panggun, untuk menyayikan sebuah lagu yang berjudul' Penjaga Hati'.

"Nadhif, lagu mu hadir saat aku sedang menikmati kesendirhan ku

"Tak sadar ku temukan, temukan wanita rupawan yang sadarkan
dia seorang tiada lain tiada bukan
hanya dia ...

Dia buatku nyaman, dalam hangat pelukan

Dia perasa yang mengerti yang kurasa
Hanya dia ...

Kan ku arungi tujuh laut samudra
kan ku daki pegunungan himalaya
apapun kan ku lakukan tuk dirimu sayang ...

oh penjaga hatiku ...

Kau dan aku sempurna, Semoga ada cara tuk terus bersama

Selalu ku tunggu
Tak mau berlalu
Kau dan aku

kan ku arungi tujuh laut samudra
kan ku daki pegunungan himalaya
apapun kan ku lakukan tuk dirimu sayang ...

oh penjaga hatiku ..

Karna bersamamu semua terasa indah
gundah gulana hatiku pun hancur sirna.

janji ku tak kan ku lepas wahai kau bidadariku dari surga

tuk selamanya ...
tuk selamanya ..."

Semua penonton seakan teripnotis oleh suara indah dari Dina. Semua penonton memberikan sorakan dan tepuk tangan dengan penampilan Dina.

My Teacher Is My Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang