Bab 9 Pasar Malam

24 5 1
                                    

WARNING!!!!!

Mohon maaf ini bukannya memaksa, tapi setidaknya setelah membaca alahkah baiknya vote atau pun komen biar Authornya itu semangat buat cerita selanjutnya, dapet pahala loh vota cerita orang itu. Lagian  masih penasaran kan sama kelanjutan cerita Dina? Nih, Author buatin Bab 9 nya!!












Sepulang sekolah, malamnya  Rifqi mengajak Dina untuk pergi  ke pasar malam. Rifqi ingin memanjakan Dina. Dina mencoba banyak wahana disana seperti kemidi putar, kora-kora, permainan kuda-kudaan dan lain sebagainya, mereka juga tak lupa berfoto di studio untuk  kenangan-kenangan dengan kostum yang bergantian. Dina sangat bahagia hingga tertawa lepas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat mereka berjalan bergandengan, tak sengaja mereka bertemu Dion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat mereka berjalan bergandengan, tak sengaja mereka bertemu Dion. Dion terkejut dengan Dina bersama lelaki lain namun itu bukan lelaki yang bertemu dengannya di sekolah

"Dina."

"Kita ketemu lagi."

Dina hanya diam saja.

"Ini siapa Din?" tanya Dion.

"Gue pacarnya Dina," jawab Rifqi.

"Hah, pacar?"

"Kok beda sih, prasaan pacar lo om-om?"

"Jaga ya omongan lo," pekik Rifqi.

"Dina ini pacar gue!!!" tegas Rifqi.

"Udah Rif, kita jangan ladenin mending kita pergi aja," ucap Dina.

Dina mengajak Rifqi untuk pergi.

"Dasar cewek murahan, cabe!" teriak

Rifqi yang mendengarnya berbalik badan langsung menonjok muka Dion.

"Jaga ya omongan lo, pacar gue ikut bukan cewek sembarang!!"

Rifqi terus-terusan menonjok Dion hingga babak belur sampai pingsan.

Orang yang ada disana memegangi tubuh Rifqi agar tidak memukul Dion lagi. Sedangkan Dion dibawa ke rumah sakit.

                

Kini mereka berdua ada di sebuah taman deket danau dengan lampu kerlap-kerlip yang terpasang rapih di pohong untuk  menyinari.

"Aku nggak suka ya Rif kamu kayak gitu," ucap Dina dengan mata yang sudah berbinar.

"Maaf Din, aku nggak mau kamu di rendahin kayak gitu."

"Tapi nggak gitu caranya."

"Iyah maaf," ucap Rifqi lembut.

Dina bersandar di bahu Rifqi, mata keduanya menatap ke arah danau.

Dina bersandar di bahu Rifqi, mata keduanya menatap ke arah danau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 21.00 malam, Dina mengajak Rifqi untuk segera pulang karena takut ayahnya mencarinya.

               ***

Rifqi menuruni Dina di gang rumah Dina, ia tak berani menurunkan Dina di depan rumah takut ayahnya tau nanti Dina di marahin.

Dina mengendap-ngendap masuk lewat jendela kamarnya. Langkah kakinya Dina pelankan agar tidak ada yang dengar. Namun sialnya, Dina malah tak sengaja menyenggol pot bunga.

"Bangs*t," umpatnya pelan.

Kedua orang taunnya dan kakaknya yang ada di ruang tv mendengar  suara dari luar.

"Suara apa itu?" tanya Mamah Jasinda.

'Apa itu suara Dina?' batin Kinanti.

"Biar aku cek," ujar Kinanti.

"Biar Papah aja." Papah beranjak bangun untuk melihat.

Dari samping rumah Dina mendenger pintu depan terbuka, langkah kaki Papahnya menuju ke arah Dina. Di segerah pergi ke belakang.

Papah Maheswara melihat kucing dan pot bunganya becah.

"Owalah, kucing ternyata." Papah Mageswara merapihkan pot bunga yang jatuh tadi.

Setelah itu Papah kembali masuk kedalam.

"Siapa Pah?" tanya Mamah.

"Kucing ternyata."

'Hah, kucing?' batin Kinanti.

"Oh kucing."

"Dina mana ya, kok tumben nggak keluar kamar padahal ini sinetron kesukaannya?"

"Belajar kali Pah," sambung Kinanti.

"Coba Papah liat dulu."

"Aku aja ya Pah yang liat," ucap Kinanti.

"Kenapa dih kamu kayak ketakutan gitu, tadi pas liat di depan biar kamu aja terus sekarang Papah mau liat Dina kamu bilang biar kamu aja," protes Papah.

"Ya nggak papa Pah."

"Apa ada yang kamu sembunyi dari Papah?" tanya Papah menebak.

Membuat Kinanti jadi ketakutan dan seberbasalah.

"Nggak kok Pah."

Papah Maheswara melangkah menaiki tangga menuju kamar Dina.

"Dina!!""

Papah mengetuk-ngetuk pintu kamar Dina. Papah Maheswara memegang gagang pintu kamarnya Dina tak dikunci.

"Dina."

Papah Maheswara melihat Dina tengah tertidur.

"Huwwaaaa!" Dina menguap.

"Ada apa Pah?" tanya Dina pura-pura tidur.

"Maaf Papah ganggu kamu tidur ya?"

"Nggak kok, kenapa emang?"

"Nggak Papa cuman mau cek kamu aja, yaudah kalau gitu Papah keluar ya."

"Iyah Pah."

Ternyata dibalik selimut itu, Dina masih mengenakan baju yang tadi dia pakai. Dina membuka selimut dan bergegas bersih-bersih.

Kinanti dan Mamah Jasinda melihat Papah turun dari tangga.

"Dina nya lagi apa Pah?" tanya Mamah.

"Lagi tidur dia, kasian kayanya kecapean."

Kinanti yang mendengernya hanya menggaruk-garung kepalanya yang tidak gatal.

My Teacher Is My Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang