"Kemarin kamu jalan sama Pak Rizal?" tanya Rifqi."Kamu tau darimana?" tanya Dina.
"Itu nggak penting tau darimana, emang bener ya."
"Iyah, tapi kamu jangan salah faham dulu. Aku jalan sama Pak Rizal itu karena kita itu lagi belajar terus aku mau hiling dia malah bawa aku ke kota tau jakarta, tapi disana dia juga ngajarin aku tentang pengamatan dan penelitian," jelas Dina.
"Kamu percaya sama aku kan, Rif?" Dina memeng tangab Rifqi berharap Rifqi percaya kepadanya.
"Iyah, aku percaya."
"Makasih."
"Aku juga mau ngasih tau sesuatu sama kamu."
"Tentang apa?" tanya Dina.
"Sebenarnya ..."
'Tik ... tik ... tik ...!'
Belum Rifqi melanjutkan omongannya, bel masuk sudah berbunyi jadi Rifqi tidak jadi melanjutkannya.
"Nanti aja deh, soalnya bel udah masuk," ujar Rifqi.
Kemudian mereka masuk ke kelas mereka masing-masing.
Sepulang sekolah, Dina diantar pulang oleh Rifqi menggunakan motor. Rifqi menghantarkan Rifqi sampai ke depan rumah Dina, Rifqi dan Dina melihat ada sebuah mobil dan mobil itu adalah mobilnya Pak Rizal.
'Kenapa ada mobil Bang Rizal disini?' batin Rifqi.
'Aduh kenapa tuh guru dateng sih," batin Dina.
"Yaudah Din, aku pulang dulu ya," ujar Rifqi menyalahkan motornya.
"Iyah, hati-hati ya."
Dina masuk kedalam rumah, sudah ada Papah dan Pak Rizal mengobrol diruang tamu.
"Assalammulikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Dina, kenapa kamu pulangnya lama banget, Pak Rizal yang guru aja awak datang kesini?" tanya Papah.
'Aduh gue harus jawab apa nih, nggak mungkin kan gue bilang habis jalan sama Rifqi,' batin Dina.
"Pah, Dina ke atas dulu mau bersih-bersih," ujar Dina pergi.
"Anak itu kalau di bilangin," geram Papah.
***
Kini mereka berdua belajar di taman rumannya Dina. Saat Dina, tengah menulis, Pak melihat ada sebuah poster terselip di buku Dina, pak Rizal pun mengambilnya lalu membacanya."Lomba dence?"
Dina yang melihatnya langsung merebut poster itu dari tangan Pak Rizal.
"Dina, kamu suka dence?" tanya Pak Rizal.
"Itu dulu, tapi sekarang nggak," jawab Dina.
"Kenapa? Kamu punya bakat loh, kenapa kamu nggak ngembangi bakat kamu aja?"
"Nggak papa."
"Saya mau kamu harus ikut lomba ini," tekan Pak Rizal.
Pak Rizal menghubungi nomer di bawa poster itu untuk mendaftarkan Dina.
"Pak jangan nggak usah," tolak Dina.
"Pokoknya saya mau kamu ikut kompetinsi ini," tegas Pak Rizal.
'Ya Allah sampai segitu Pak Rizal,' batin Dina.
Ilustrasi
ВИ ЧИТАЄТЕ
My Teacher Is My Soul Mate
РомантикаDina kesal dengan guru barunya di sekolah yang mengajar bahasa Indonesia. Sebab karenanya Dina hampir tertabrak olahnya, bukannya minta maaf dia malah pergi. Setiap hari Dina harus bertemu dengan guru baru itu yang bernama Rizal yang selalu membuatn...