Bab 6 Guru Nyebelin part 2

32 5 0
                                    

"Maksud lo apa bilang gue payah."

"Ting ..... ting!"

Terdenger suara bel masuk berbunyi.

"Udah-udah, mending kita masuk tuh bel udah bunyi," ucap Zalea.

Dina bergegas masuk ke kelas. Saat di kelas, rasanya ngantuk mulai menghantuinya. Guru pun belum juga datang, Dina memiringkan kepalanya dan merebahkan kapalanya di meja, baru saja Dina mulai memasuki mimpinya guru pun masuk.

"Assalammualaikum!"

"Wa'alaikumussalam."

"Yah guru tuh lagi dan lagi," gumamnya.

"Lea, guru itu berapa hari sih masuknya kayaknya masuk terus di kelas ini?" tanya Dina.

"Kan seminggu 2 kali, Din masa lo nggak tau sih," jawab Alea.

"Oh."

"Pak, boleh nggak kita makan dulu. Laper nih?" tanya salah satu siswi.

"Nanti jam 08.30, baru aja masuk."

"Yah Bapak."

"Pak laper Pak belum makan."

"Bilang sama cacing yang ada di perut kamu, nanti makannya belajar dulu."

"Kalau nggak makan nanti mati Pak."

"Nggak papa mati syahid," jawab guru bahasa indonesia itu.

"Mati syahid itu bukan dalam berperang saja tetapi dalam belajar lalu kita meninggal itu termasuk mati syahid," jelasnya.

Pak guru baru itu melihat Dina tampak lesuh seperti tidak bersemangat.

"Dina kenapa kamu, setiap hari lesuh terus tidak enak di lihat," ucapnya.

"Ngantuk Pak," jawab Dina

"Penyakit pagi-pagi tidur."

"Bac*t," umpat Dina pelan.

Tetapi Pak Rizal mendengarnya.

"Simpan mulut bac*t mu itu untuk istirahat," sambung Pak Rizal.

'Kok dia bisa denger gue ngomong bac*t?' tanya Dina dalam hati.

"Baik, apakah tugas kemarin udah selesai?" tanya Pak Rizal.

"Belum Pak!" jawab semua siswa dengan serentak.

"Aduhh .... cepetan selesain sekarang, nanti di koreksi," ujar Pak Rizal.

"Pak saya udah," ucap Alea.

"Kumpulin."

"Siap."

Yang mengumpulkan tugas bahasa Indonesia baru Alea, Dina, Elmira, Indri dan Salsa yang lainnya masih mengerjakan.

"Awas tulisannya yang bagus." Pak Rizal mengingatkan.

Pak Rizal memberi waktu 10 menit untuk siswa nya mengerjakan Pr yang belum selesai.

"Apakah sudah?" tanyanya.

"Iyah, Pak."

"Kumpulkan!"

"Kita akan mengoreksi."

"Tio tolong kamu bagikan buku-bukunya secara acak!"

"Baik Pak."

Kemudian Tio membagikan buku-bukunya secara acak.  Setelah di bagikan secara acak, Pak Rizal langsung menyebutkan jawabnyanya yang benar.

Setelah selesai mengoreksi, Pak Rizal memberikan nilai kepada masing-masing anak yang sudah mengerjakan.

"Tulisannya di perbaiki lagi."

"Dina, nilai mu itu loh, udah tulisannya kayak cacing kepanasan nilainya kecil lagi, di perbaiki lagi," ucap Pak Rizal.

"Ye."

***

Kini jam istirahat, Dina dan Rifqi ada di rooftop sekolah, wajah Dina cemberut masih memikirkan nilai bahasa indonesi.  Rifqi melihat wajah Dina seperti sedang sedih.

"Kamu kenapa sih, Din?"

"Aku lagi sedih, Rif."

"Kenapa sih, cerita sama aku."

"Nilai bahasa indonesi aku nurun."

"Oh, emang siapa sih gurunya?" tanya Rifqi.

"Itu guru baru itu."

"Siapa?"

"Si Pak Rizal."

'Hah, Bang Rizal?' batin Rifqi agak terkejut.

"Pak Rizal ngajar di kelas kamu?"

"Iyah."

"Dia itu nyebelin banget, pokoknya aku nggak suka sama dia."

'Gawat nih kalau Dina tau gue ini adiknya Bang Rizal guru yang dia nggak suka,' ucap Rifqi dalam hati.

"Rif, kamu kenapa kok bengong?" tanya  Dina membunyarkan lamunan Rifqi.

"Nggak Din."

"Menurut kamu apa pendapat kamu tentang guru baru itu?" tanya Dina.

"Ya mungkin kamu belum tau aslinya Din, apalagi dia kan guru baru pasti kalau udah kenal asik deh orangnya," jawab Rifqi.

"Kok kamu kaya orang sok kenal banget sama guru baru itu?" tanya Dina curiga.

"Nggak .... aku nggak kenal sama dia," ucap Rifqi gugup.

 

Warning!!!

Ada seorang pepatah mengatakan 'Tak kenal maka tak sayang' maka agar kita saling kenal dan sayang, setelah membaca jangan lupa vote and komen ya, agar  Author  lebih semangat lagi buat update!! 🤗

My Teacher Is My Soul MateUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum