EXTRA CHAPTER [LAST]

13.8K 783 66
                                    

"Kita membutuhkan pengakuan orang lain, namun dukungan orang terdekat lebih berarti dari apapun. Kita hanya tubuh lemah yang membutuhkan sebuah pelukan hangat dari orang terdekat"

 Kita hanya tubuh lemah yang membutuhkan sebuah pelukan hangat dari orang terdekat"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Termenung diam dalam ruangan bercat putih. Seorang perempuan yang sudah berada di tempat ini kurang lebih satu bulan mencoba mengingat-ingat alasan dia berada di sini.

Menatap ke depan, dia menemukan seorang wanita dengan penampilan jauh dari kata baik terus berbicara pada boneka tak bernyawa.

Benda mati itu mendapatkan perlakuan khusus seperti mengurus anak sendiri.

Anak...?

Mata yang sebelumnya redup tanpa tanda kehidupan itu perlahan terbuka lebar dan menunjukkan sinarnya.

Anak... Dia ingat pernah memiliki makhluk berharga itu dalam hidupnya.

Di tengah kegundahan hatinya, seorang masuk dengan senyuman ramah dan tulus. Menghampirinya dengan pujian yang terus meyakinkan dirinya bahwa ia berharga.

"Gimana keadaan hari ini? Wah... Mbak Kina masih cantik seperti sebelumnya ya," katanya meletakkan makanan di samping Kina.

"Nggapapa, hari ini udah cukup. Mbak cuman butuh istirahat setelah makan. Jangan terbebani sama yang lain ok? Selama ini Mbak Kina udah cukup baik"

Kina masih diam, tatapannya beralih pada perawat lain bersama wanita yang menimang sayang bonekanya. Perempuan itu memperhatikan interaksi mereka.

"Hari ini Adeknya nggak rewel ya? Adeknya pasti seneng banget kalau bisa lihat Ibunya bahagia"

Perkataan perawat yang ditujukan pada wanita itu membuat air mata Kina menetes begitu saja.

Perawat yang berbincang dengannya kebingungan. Selama ini pasiennya satu ini selalu diam tanpa menunjukkan ekspresi tertentu.

Dia tak mau bertemu orang lain, serta tak memiliki kepercayaan diri pada penampilannya sendiri. Selalu terlihat baik-baik saja, serta enggan menunjukkan air matanya di depan orang lain. Tapi kali ini air matanya jatuh tepat di depannya.

Bukan hanya tetesan air mata yang keluar. Tapi benar-benar tangisan yang menghasilkan suara isakan.

"Kian..." gumamnya disela tangisannya.

Rasa penyesalan tiba-tiba muncul memenuhi relung hatinya.

Kemana dirinya selama ini?

Kenapa baru sadar sekarang?

Meski tertekan dengan pendapat orang lain, tapi setidaknya ia harus bisa menjadi Ibu yang baik. Bukan justru membenci anak yang selama ini dia jaga.

Kenapa dia terlalu bodoh?

Kali ini Kina membutuhkan anaknya...

Jika bayi itu adalah penyebab masalah, maka dia juga bisa menjadi penyembuh untuknya.
___

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Where stories live. Discover now