39. Sakit

6.4K 391 9
                                    

Ketika matahari telah tenggelam, Zino baru menginjakkan kembali kakinya ke tempat yang tadi pagi ia tinggalkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika matahari telah tenggelam, Zino baru menginjakkan kembali kakinya ke tempat yang tadi pagi ia tinggalkan. Keadaan tempatnya untuk berlindung dan berteduh itu nampak sepi tak berpenghuni.

Biasanya Kina berada di dapur atau di ruang tengah. Tapi perempuan itu tak terlihat di sekitar tempat itu.

Apa di kamar?

Itu artinya Kina masih marah dengannya...

Menghela nafas berat, Zino berjalan menuju dapur. Dibukanya pintu lemari pendingin itu kemudian mengambil dan meneguk sebotol air dingin untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

Berjalan menuju ruang komputer, Zino memilih bersihkan tubuhnya di kamar mandi yang berada di ruang kerjanya itu.

Zino masih belum siap menemui Istrinya. Memang tak terselesaikan dengan berjauhan, tapi setidaknya tidak akan memperburuk keadaan. Zino sadar jika lelahnya bisa memperburuk emosinya yang tak terkontrol. Dia harus mengistirahatkan diri terlebih dahulu.

Untuk sementara Zino akan memakai pakaian yang ada beberapa pasang di ruangan ini.

Alasan lain Zino tak ke kamarnya bukan karena masih menyimpan kemarahan pada sang Istri, namun ia memberikan waktu untuk perempuan itu agar sendiri. Mungkin lebih baik seperti ini untuk sementara waktu, agar mereka bisa saling menenangkan dan mengoreksi diri satu sama lain.

Selesai mandi, Zino langsung menunaikan solat isya yang tak bisa ia lakukan di masjid.

Berbicara tentang masjid, selama dua hari ini Zino tak berkunjung ke tempat itu.

Baru dua hari tapi ia begitu merinduhkannya.

Kemana Zino selama ini?

Dia yang dulu begitu jauh dengan Tuhannya sehingga hanya ada kemaksiatan dalam hidupnya.

Mungkinkah ini cara Tuhannya untuk membuatnya kembali? Dengan membuat dirinya melakukan dosa besar sehingga harus bertanggung jawab dan koreksi diri.

Selesai melaksanakan solat, Zino berniat mencari angin segar di luar rumah. Pria itu keluar rumah menatap jalanan yang sepi. Tak heran, karena rumahnya berada di jalan dua.

Menatap satu rumah besar yang menjadi rumah paling besar di lingkungan ini setelah rumahnya. Zino dapat mengetahui bahwa sang pemilik berada di rumah saat pintunya terlihat masih terbuka lebar.

Entah mengapa Zino ingin sekali berkunjung ke sana. Ke tempat di mana Guru ngaji sekaligus temannya di lingkungan ini tinggal.

Menutup pintu dan menguncinya sebelum pergi, kaki Zino melangkah hingga sampai di tempat yang akan dituju.

"Assalammualaikum," salam Zino saat kakinya sudah berada di depan pintu rumah itu.

"Waalaikumsalam"

Zino tersenyum mendengar balasan dari pemilik rumah.

Tak lama setelah salamnya terbalas, seorang pria dengan tinggi dan besar tubuh yang melebihinya itu keluar.

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Where stories live. Discover now