40. Perasaan Tak Percaya Diri

6K 351 14
                                    

Tertidur dalam posisi memeluk tubuh Istrinya yang tidur membelakanginya setelah merawat perempuan itu semalaman, Zino terbangun ketika alarm yang memang biasa dia pasang berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tertidur dalam posisi memeluk tubuh Istrinya yang tidur membelakanginya setelah merawat perempuan itu semalaman, Zino terbangun ketika alarm yang memang biasa dia pasang berbunyi.

Membuka matanya, Zino dengan perlahan bangkit dari tempat tidur mereka. Sangat hati-hati, takut jika Kina terbangun karenanya.

Tapi baru satu langkah menjauh dari ranjang, Zino mendengar lenguhan seseorang disusul panggilan yang ditujukan untuknya.

"Zino..."

Berbalik, Zino mendekat lalu mengechek suhu tubuh Kina. Pria itu bernafas lega saat mengetahui suhu tubuh perempuan itu sudah kembali normal.

"Masih pusing?" tanya Zino mengusap kepalanya pelan.

Kina menyingkirkan tangan Zino, kemudian membuka mata, menatap Suaminya yang kurang tidur karena semalaman merawatnya yang sakit.

"Gak terlalu"

"Yaudah istirahat aja. Hari ini aku ijin gak ke tempat kerja," ujar Zino tersenyum.

"Aku solat di masjid dulu ya?" ijin Zino pada sang Istri yang belum sepenuhnya sembuh.

"Solat di rumah aja kenapa? Sama aku, solat bareng," kata Kina membuat Zino terdiam.

Solat bersama?

Itu artinya Zino akan mengimami solat mereka...

Tanpa sadar Zino tersenyum. Sebenarnya mereka pernah solat bersama untuk beberapa kali, tapi itu selalu Zino yang meminta. Dan kali ini Kina'lah yang memintanya untuk melaksanakan ibadah bersama.

"Yaudah, ambil air wudhu dulu. Sini aku bantu," kata Zino bersiap membantu sang Istri.

Kina tak menolak, dia menerima bantuan Zino hingga sampai mereka di depan kran, tempat khusus untuk mengambil air wudhu yang berada tak jauh dari kamar dan ruang solat mereka.

Zino membiarkan Kina mengambil wudhu terlebih dahulu, baru dirinya setelah memastikan perempuan itu menginjakkan kaki di tempat yang tidak licin.

"Nanti ngimaminnya jangan cepet-cepet, aku susah gerak," kata Kina saat mereka berjalan ke ruang solat.

Zino mengangguk mengerti, ia berjalan di belakang Kina sambil memantaunya dari belakang.

Mereka melakukan solat bersama. Setelah solat, mereka mengaji sebentar hingga  matahari terbit dan menyudahi kegiatan mereka.

"Mau sarapan apa?" tanya Kina sambil menghanger mukenanya pada tempat sampiran yang tersedia di ruang solat.

Zino melipat sarungnya, dia berdiri di samping Istrinya. Tangannya bergerak mengalungi pinggang Kina dan menyentuh permukaan perut Istrinya dari samping.

"Makan di luar yuk? Sama sekalian kita belanja," katanya membuat Kina melepaskan tangannya. Menengok ke samping, menatap sang Suami yang beralih menyelipkan rambut panjangnya diantara telinga.

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang