25 - Ketahuan

2.6K 263 41
                                    

6,3k words

HAPPY NEW YEAR!

○○●☆●○○

Jaehyun sibuk.

Itulah yang terjadi beberapa bulan belakangan ini.

Sejak menerima tawaran Hartono untuk mengisi jabatan project manager di perusahaan oil dan gas yang berkantor pusat di salah satu negara di Eropa, pria itu sibuk bolak-balik ke luar negeri. Tiga bulan pertama Jaehyun sibuk ikut berbagai pelatihan terkait job desk-nya, sementara satu bulan ini sedang menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru. Bagaimanapun pekerjaan Jaehyun saat ini berbeda dengan bidang pendidikan serta profesi sebelumnya.

Kesibukan Jaehyun tak hanya terkait dengan pekerjaan barunya. Bisnis ekspedisi yang sedang dikembangkan bersama Johnny masih berjalan dan Jaehyun berkata mereka sedang sibuk mengurus perijinan membuka badan usaha dan dalam proses meresmikan kantor baru untuk operasional bisnis. Meski tinggal serumah, entah berapa malam mereka lewati tanpa sedetikpun bercengkerama. Saat sampai di rumah, Jaehyun sudah terlalu lelah, sementara Taeyong seringkali menginap di kost Ten untuk mengerjakan tugas kuliah, karena mata kuliah yang diambil lebih banyak daripada semester sebelumnya.

Ketika Taeyong berharap keduanya bisa bercengkerama di akhir pekan, halangan demi halangan datang silih berganti. Kalau tidak datang dari Taeyong yang ikut rapat himpunan, maka halangan itu akan datang dari Jaehyun yang harus meeting dengan client dari bisnisnya atau berangkat ke luar negeri di hari Sabtu agar dapat langsung bekerja di hari Senin. Usai berminggu-minggu tak menemukan kecocokan jadwal, akhirnya sabtu ini mereka meluangkan waktu meskipun terpaksa harus membatalkan rencana, hingga membuat alasan supaya dapat menghabiskan malam minggu di penghujung musim kemarau ini.

Taeyong mendorong bahu pria itu. Tak bermaksud mengganggu, tapi kalau tak segera diakhiri ia bisa kehabisan napas.

Suaranya diredam mulut Jaehyun. Rongga mulutnya dieksplor tanpa henti. Tubuhnya ditindih. Jujur, ia sebenarnya enggan mengakhiri.

Mhm–” Alih-alih berhasil menyebut nama pria itu, desah terputus yang ia keluarkan. Jaehyun yang mendengar desah itu jelas saja kian bersemangat.

Tak kehabisan akal, Taeyong segera memalingkan wajah hingga kecipak yang memenuhi seisi ruangan tidak terdengar lagi. Wajah pria itu merah luar biasa, begitupun wajahnya.

“Kenapa, sayang?” tanya Jaehyun sembari mengusap pipi tirus yang dijejaki air liurnya tanpa sengaja. “Nggak bisa napas, ya?”

Taeyong mengangguk. Melirik jam dinding melalui ekor mata, lantas mengerang dalam tawa. “Mas mau ciuman berapa lama? Udah sejam, nih!”

Jaehyun ikut tertawa. “Masa sih, sudah sejam? Perasaan baru lima menit,” ujar Jaehyun mengelak.

“Ih, beneeer. Pokoknya habis nonton film jam setengah sembilan. Pas Mas Jaehyun bawa aku ke kamar hampir jam sepuluh. Nah, sekarang dah mau jam sebelas,” ucapan Taeyong sempat terhenti saat pria itu mengecup gemas bibirnya. “Lebih dari satu jam loh ini, Maaas.”

“Ya nggak apa-apa dong, sayaaang...”

“Ih, udah malem. Belum yang lain-lain. Besok Mas berangkat sore, kan?” tanya Taeyong memastikan.

Jaehyun mengangguk. “Nggak apa-apa sampe pagi, asal kamu kuat.”

“Entar capek, Mas. Kan mau terbang empat belas jam-an,” protes Taeyong. “Harus tidur yang cukup.”

“Tidur sih bisa di pesawat. Nidurin kamu kapan lagi.”

“Ih, dibilangin!”

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now