23 - Panggilan

4.5K 288 70
                                    

5,6k words

Dipersembahkan untuk jiwa-jiwa yang rindu Mas Jae dan perintilan satu-satunya (read: Yomi)

⚠️WARNING⚠️
PORN WITH PLOT

[kira-kira begitulah gambaran
chapter ini]

HAPPY READING!

○○●☆●○○

Satu hal yang Jaehyun pelajari dari Taeyong hari ini adalah pemuda itu paling tidak bisa dijanjikan sesuatu.

Bermula saat keduanya sedang dinner setelah menyelesaikan ronde pertama, Jaehyun mengutarakan rencana untuk mengajak Taeyong melakukan olahraga air. Pemuda itu menanggapi ajakannya dengan binar antusias yang membuat Jaehyun hampir melemparnya ke atas ranjang lagi.

Taeyong terus membahas rencana mereka besok padahal pria itu tak sabar ingin kembali menggagahi.

Jaehyun senang sih, atas reaksi excited pacarnya terhadap rencananya besok. Tapi seks mereka jadi terganggu sebab Taeyong terus memintanya menyudahi agar besok dapat bangun lebih pagi. Di awal Jaehyun mengiyakan, tapi enggan memutus penyatuan. Jaehyun berakhir menggenjot pacarnya hingga pukul dua dini hari.

Alih-alih Taeyong, Jaehyun lah yang kelelahan keesokan paginya, hingga berniat tetap di bungalow, daripada keluar sesuai rencana. Tapi Taeyong–

“Mas Jaehyun...” Pipi pria tiga puluhan itu ditusuk-tusuk dengan telunjuk agar segera bangun. Suara pemuda itu pelan sekali, tapi pendengaran Jaehyun yang sensitif dengan mudah menariknya dari alam mimpi.

“Apa, sayang?” Jaehyun susah payah mengeluarkan suara.

Raut manis itu tiba-tiba memerah.

Loh, kenapa?” tanya Jaehyun khawatir. Ia pikir Taeyong hendak menangis.

Taeyong mengulum bibir bawahnya. “Suara Mas Jaehyun kok kayak gitu?”

Jaehyun terpaku, tidak mengerti pada awalnya. Sudut bibirnya ditarik detik berikutnya. “Apaciii?” godanya seraya menarik tubuh berbalut bathrobe itu masuk ke dalam selimut.

“Mas, kayaknya seprai ini harus diganti. Kotor banget gara-gara semalem,” keluh Taeyong.

Pria itu tergelak kecil. “Nanti saya hubungi pihak resort supaya kirim petugas housekeeping kemari.”

Taeyong sudah wangi dan lembab usai mandi. Rambutnya pun telah dikeramas dengan shampoo beraroma kiwi.

Itu membuat Jaehyun lapar. Sungguh.

“Hari ini jadi, kan?” tanya Taeyong memastikan. Berusaha mendorong tubuh tanpa pakaian sehelaipun itu menjauh.

“Memangnya sekarang jam berapa?” Jaehyun balik bertanya. Makin erat mendekap, meski mulut kecil itu tak berhenti merengek minta dilepaskan.

“Jam enam.”

Pria itu mengerang tak terima. “Masih awal, Taeyong...”

“Siap-siap dulu, Maas. Mandi, sarapan. Belum lagi kalau Mas Jaehyun pengin ciuman dulu, pasti siap-siapnya makin lama,” Taeyong tak mau kalah.

“Maaas... ayo bangun!” Pemuda itu dibuat keki, karena Jaehyun malah menggerayangi, alih-alih meladeni.

Jaehyun memainkan jarinya di atas perut ramping adik iparnya. “Boleh nggak, kalau kita di villa aja? Masih kepengin kamu.” Bibir tebal pria itu menyelusup di leher yang dingin dan wangi. Suaranya berat dan menuntut. Taeyong dibuat gelagapan.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now