14 - Keputusan

2.5K 240 28
                                    

○○●☆●○○

“Udah beberapa hari ini gue nggak lihat lo bareng Ian,” ujar Ten pada temannya yang sibuk mengetik di laptopnya. “Gue juga nggak lihat kalian bareng waktu lo luka-luka. Kalian lagi ada masalah?”

“Nggak kok, Ten. Sekarang udah nggak apa-apa,” sahut Taeyong tanpa melepas pandangan dari layar laptop.

Ten mengangguk dengan mulut membentuk huruf o.
“Cepetan, Yong! Gue tinggal lo!”

“Sabaaar! Tinggal bikin kesimpulan.”

“Kenapa nggak kerjain di rumah aja, sih!” cerca Ten.

“Di rumah wifi-nya gangguan,” bohong Taeyong.

Tentu saja ini usahanya menghindari Jaehyun–lagi. Semakin sering Taeyong di rumah dan bertemu Jaehyun, rasa sukanya pada pria itu bertambah besar setiap harinya. Sikap Jaehyun memang dewasa dan bisa mengimbangi dirinya yang labil serta sering nggak mengenali diri sendiri. Hal itu yang membuatnya tanpa sadar bergantung pada pria itu. Ditambah cara bicara Jaehyun yang lembut dan sangat mengayomi lagi-lagi membuat Taeyong yang kekurangan kasih sayang ini semakin jatuh hati.

Alasan itulah yang melatarbelakangi kepulangannya tak lagi tepat waktu dan berangkat lebih pagi. Taeyong sengaja menyibukkan diri di kampus, sehingga ia akan kembali dalam keadaan sangat lelah dan langsung tidur sesampainya di rumah.

Terhitung sudah tiga hari berturut-turut ia nggak berpapasan dengan Jaehyun di rumah.

“Gue mau beli minum, lo mau titip nggak?” tawar Ten.

“Sebentar, Ten!” seru Taeyong sembari mengetik pesan di ponselnya. “Kak Ian ngajak ketemuan.”

“Gue ditinggal, nih?” raut muka Ten berubah masam. “Setelah berjam-jam gue nemenin lo nugas, sekarang gue mau ditinggal?”

Taeyong menggeleng, “Kak Ian bilang cuma mau ketemu sebentar,” ujarnya. “Kamu jagain, ya?” Menunjuk laptop, kertas-kertas yang berserakan di meja, serta ranselnya.

Pemuda yang sebulan lagi berusia sembilan belas tahun itu mencibir, sebelum teringat kelakuannya saat masih berpacaran dengan Lucas. Ia juga seringkali tiba-tiba pergi dan meninggalkan Taeyong sendirian.

“Ya udah, gue jagain tapi jangan lama-lama. Udah gelap, nih. Ngeri gue sendirian di sini.”

“Iya. Aku sekalian ke kantin beli minum. Kamu mau minum apa?”

Cola aja, Yong. Pilih yang dingin.”

“Musim hujan begini jangan minum yang dingin-dingin, Ten. Nanti sakit,” peringat Taeyong.

“Lo aja sini gue kasih cola anget!” ujar Ten galak. Matanya memicing kesal ke koridor kampus. “Gue pengin minum cola dingin!”

Taeyong mengikuti arah pandang temannya dan menemukan Lucas sedang berjalan di koridor kampus sambil menggandeng seorang gadis.

“Lihat aja, gue bakal pacarin cowok yang lebih hot daripada si brengsek itu!”

“O-oke, cola dingin!” tukas Taeyong sebelum pergi dari pendopo sebab temannya terlihat seperti banteng mengamuk. Tampaknya Ten punya dendam kesumat pada Lucas.

Taeyong pun bergegas menuju ruang organisasi panjat tebing sesuai isi chat Ian beberapa menit yang lalu. Cowok itu berkata ingin bertemu sebentar di sebuah kafè tapi Taeyong memintanya bertemu di kampus saja karena tugas kelompok bagiannya belum selesai.

Di ruangan itu ada beberapa orang yang Taeyong kenal, karena semua seniornya itu adalah teman Ian. Dia beberapa kali diajak ikut menemani cowok itu latihan. Tapi setelah sikap pacarnya semakin posesif, Taeyong nggak pernah lagi diminta menemani.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now