18 - Restoran

2.6K 246 48
                                    

Ketika hari berganti, Taeyong dengan mudah melupakan kekhawatirannya. Sejak pagi dia sibuk mencari pakaian yang cocok untuk makan siang nanti. Taeyong masih berada di kos Ten dan pemilik kamar itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya–usai diberi ijin untuk memakai bajunya.

“Baju apapun yang dipake sama lo pasti kelihatan bagus. Nggak perlu segitunya, Yong. Itu yang lo pegang juga bagus.”

“Ini?” Taeyong menunjuk jaket jeans oversize hitam serta celana pendek berwarna senada. Ia juga mengambil kaus putih sebagai inner. Matanya menangkap topi warna kuning yang lucu, ia meminta ijin pada Ten untuk memakainya.

Perfect!” Ten tulus memuji. “Udah cocok jadi selebgram lo. Cobain, deh! Pasti banyak yang follow.

“Nggak mau!” tolak Taeyong tegas. “Aku nggak nyaman kalau foto-fotoku dilihat banyak orang.”

Ten sudah siap dengan kemeja dan celana di atas lutut berwarna hitam. Karena Taeyong memakai topi, Ten juga mengambil salah satu koleksi topinya yang berwarna hitam.

“Lo emang nggak pinter memanfaatkan kelebihan,” Ten mencibir.

Taeyong mengangkat bahu tak mau tahu. Dia ingin hidup sebagai orang biasa-biasa saja. Tidak mau dikenali banyak orang, apalagi kehidupannya sampai diketahui khalayak ramai. Ia juga nggak berminat mengikuti jejak sang kakak sebagai model meskipun beberapa kali ditawarkan bergabung oleh agensi yang menaungi Krystal.

Jam dua belas kurang lima belas menit, Taeyong dan Ten sudah sampai di satu restoran bintang lima yang direservasi oleh kakak iparnya. Keduanya sampai lebih dulu karena Jaehyun berkata ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Ia pun memesan menu yang disarankan Jaehyun ketika seorang waitress datang ke meja mereka. Sementara Ten masih membolak-balik buku, lantas menyebut sebuah menu serta tingkat kematangan yang diinginkan.

“Kok gue deg-degan, ya...” keluh Ten.

“Deg-degan kenapa?”

“Penasaran sama interaksi orang yang selingkuh dan selingkuhannya,” ekor mata Ten melirik Taeyong yang saat ini hanya bengong–nggak paham maksud ucapan pemuda bertindik itu.

Saat Taeyong sedang memperhatikan sekeliling restoran yang cukup sepi, ia menangkap sosok Jaehyun masuk ke ruangan di lantai dua ini. Taeyong tak sanggup berkata-kata, bahkan setelah beberapa bulan tinggal bersama, dia masih dibuat terpesona. Pria itu pasti jadi rebutan para wanita kalau belum menikah.

Jaehyun memakai setelan kemeja abu tua dan celana pendek hitam. Sebuah kacamata hitam bertengger di batang hidungnya, satu tangannya masuk ke saku celana sementara tangan lainnya memegang ponsel yang menempel di telinga. Rambutnya ditata rapi dengan bantuan pomade. Tampak santai meski restoran ini diisi oleh para old money.

“Heh, lo ngeliatin apa, sih!?” pekik Ten khawatir.

“I-Itu Mas Jaehyun,” sahut Taeyong terbata.

Ten terperangah. “Buset! Lo nemu modelan gini dimana sih, Yong!?”

Taeyong memegangi dada kirinya yang berdegup kencang. “Aduh... Gimana ini, Ten? Aku lemes banget.”

“Buat gue aja lah si Jaehyun!”

“Nggak boleh!”

“Pelit banget, sih!”

“Pokoknya nggak boleh!”

Pemuda sembilan belas tahun itu masih ngotot dan tak mau kalah, namun tetap menikmati pesona kakak iparnya. Tak sadar, hingga tahu-tahu Jaehyun sudah berdiri di depannya, lantas mengusak rambut Taeyong yang ditata seadanya.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now