21 - Kemarahan

3.8K 295 38
                                    

4,4k words
baca pelan-pelan
siapkan popcorn

enjoy!

○○●☆●○○

Kafè yang dimaksud Jaehyun terletak di sebuah pusat hiburan di bilangan Utara. Tepatnya di suatu gedung lima lantai yang terdiri dari arena billiard, bowling dan tempat karaoke termasuk kafè dua puluh empat jam. Bangunan itu selalu ramai terlebih saat weekend seperti ini.

Jaehyun menaiki lift ke lantai 5 menuju rooftop karena teman-temannya sudah menunggu di sana. Mereka datang agak terlambat sebab Taeyong keukeuh ingin mengantar kakaknya ke bandara. Mau tak mau Jaehyun mencari alasan yang cukup masuk akal hingga mereka bisa berangkat bertiga. Taeyong tampak tak rela melepas kakaknya pergi. Terbukti matanya merah ketika masuk ke dalam mobil.

Pria itu mengajak Taeyong yang sibuk membuntutinya dari belakang supaya memesan lebih dulu. Jaehyun memesan americano, sementara Taeyong memilih milk tea. Saat Jaehyun bertanya apakah Taeyong ingin pesan yang lain, pemuda itu menjawab dengan gelengan ragu, tapi matanya tak lepas dari etalase yang berisi berbagai pastry.

“Sebentar ya, Mbak.” Jaehyun menunda pembayaran, lantas beralih pada kedua bola mata yang berbinar penuh harap.

“Yakin, nggak mau pesan lagi? Pilih aja yang kamu mau, nggak apa-apa,” bujuk pria itu.

Taeyong menipiskan bibirnya. “Yang ini namanya apa, Mbak?” Ia menunjuk kue kecil berwarna cokelat.

“Itu Canelé, Kak. Boleh Canelé-nya?” Petugas kasir berujar ramah. Tampak tidak masalah ketika ada dua laki-laki ganteng yang memesan agak lama.

Taeyong akhirnya memesan beberapa Canelé, kemudian Jaehyun membayar setelah menambah beberapa pastry di pesanan mereka.

Pria itu mendekati sebuah meja dengan dua sofa untuk dua orang di sisi kanan maupun kiri, serta sebuah sofa panjang yang muat tiga orang di tengah-tengah. Di sana sudah ada Victor, Alex, Joseph dan seorang wanita yang familiar tapi tidak bisa Jaehyun ingat.

“Wah, siapa nih?” tanya Victor, setelah Taeyong ikut duduk di samping kakak iparnya. “Mukanya cimit-cimit banget. Sekolah kelas berapa, Adek?”

“Ditanyain tuh,” ujar Jaehyun pada adik istrinya.

“Aku Taeyong, Om. Adik Mas Jaehyun,” Taeyong memperkenalkan diri. “Udah kuliah...”

“Jangan panggil Om, dong. Kami semua seumuran kok sama si Jaehyun. Panggil aja saya Mas Victor. Nah... kalau ini Mas Joseph,” Joseph menyalami tangan anak muda itu, usai meminta Victor berhenti menggoda karena kasihan melihat raut bingung Taeyong.

“Iya, Om–eh Mas Victor,” ujar pemuda itu terbata.

“Lucu banget mukanya merah begitu. Habis dicium si Jaehyun, ya?” Joseph akhirnya turut menggoda.

Taeyong mengerjapkan mata, lantas mendekatkan bibir di telinga kakak iparnya. “Kok temannya Mas Jaehyun tahu, kita habis ciuman?” Pemuda itu berbisik pelan sekali.

Jaehyun menjawab tak tahu melalui gestur bahu, sambil tersenyum jahil.

“Bibir aku bengkak ya, Mas?”

“Enggaak!” Jaehyun nyaris terbahak.

Seorang pria di sofa seberang berdiri, lantas mengulurkan tangannya pada Taeyong yang menyambut uluran itu ragu-ragu.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now