02 - Pertanyaan

3.9K 384 18
                                    

“Kamarmu yang itu, ya, Yong.” Jaehyun menunjuk ruangan di lantai dua, sesaat setelah mereka sampai di rumah.

Taeyong mengangguk. “Ada orang lain yang tinggal di sini selain kita bertiga?” tanyanya penasaran. Siapa tahu ia bisa punya teman, jika ada yang seumuran dengannya di rumah ini.

“Dari pagi sampai sore ada Bibi yang bersih-bersih di sini. Kalau kami nggak pulang dalam jangka waktu yang lama, kami bayar orang untuk jaga rumah. Jadi selama kamu tinggal di sini, cuma ada Bibi yang kerja sampai jam empat sore,” jelas Jaehyun sambil meletakkan makanan yang dibelikan Krystal di atas meja.

Taeyong mengangguk lagi, agak kecewa.

“Saya mau tidur dulu,” ujar Jaehyun lagi. “Kalau butuh apa-apa minta sama Bibi di belakang, ya. Dia udah tahu kok, kamu bakal tinggal di sini.”

“Mas, nggak makan dulu?”

“Belum laper.”

Pemuda berusia sembilan belas tahun itu menipiskan bibirnya. Menonton punggung suami kakaknya perlahan menjauh. Jaehyun memang terlihat kelelahan, sehingga Taeyong urung bertanya mengenai sesuatu yang mengganggunya dari tadi.

“Mas Jaehyun...”

Langkah Jaehyun seketika terhenti. “Iya?”

“Kentang gorengnya boleh buat aku, nggak?”

Pria tiga puluh satu tahun itu tertawa kecil. “Boleh, makan aja. Kalau masih laper, minta masakin sama Bibi.”

“Masak sendiri, boleh?” tanya Taeyong lagi.

“Emang bisa?” Mata Jaehyun melirik jenaka, membuat Taeyong merengut.

“Masakanku bisa bikin orang kepincut, tahu, Mas.” sungut yang lebih muda, tak suka diremehkan. “Nggak cukup sekali nambah.”

“Kapan-kapan masakin saya, ya. Siapa tahu, saya juga kepincut.”

“Siap, Mas Kapten!” Taeyong terkekeh, mengangkat tangannya memberi gestur hormat.

Entah sejak kapan ia berani menimpali ucapan Jaehyun dengan candaan. Ini sebuah kemajuan.

Jaehyun tertawa melihat tingkah adik iparnya, lantas pamit untuk tidur sekali lagi, lalu beranjak menuju kamarnya di lantai satu. Meninggalkan adik iparnya yang tampak bersemangat menanggapi tantangannya.

Setelah punggung Jaehyun tenggelam di balik pintu kamar, Taeyong kembali dibuat kepikiran. Kalau melihat sikap Jaehyun yang seperti ini, Taeyong agak meragukan pemikirannya soal kesan pertama pria itu. Jaehyun sepertinya sosok yang hangat, sudah tak sedingin sikap pria itu dua tahun yang lalu.

Taeyong ingat betul bagaimana tatapan pria itu padanya di pertemuan pertama mereka. Sikap Jaehyun begitu dingin.

Jangankan bicara, melihatnya saja enggan. Makanya Taeyong sempat menolak saat Krystal memintanya pindah ke kota dan tinggal di rumah ini. Meskipun pada akhirnya Taeyong menurut, karena Krystal adalah satu-satunya keluarga yang ia punya.

Mengambil sebungkus kentang goreng, Taeyong beranjak menuju kamarnya. Ia berniat menghubungi temannya untuk meminta sedikit pendapat.

Ketika memasuki ruangan seluas tujuh kali enam meter itu, indera penciuman Taeyong disambut dengan aroma apel yang berasal dari pengharum ruangan otomatis. Kamarnya didominasi warna abu-abu tua dan abu-abu muda. Ada sebuah ranjang queen size, sebuah meja belajar dan lemari besar. Bahkan ada kamar mandi dalam serta balkon. Ia berencana meminta ijin pada kedua kakaknya untuk memelihara beberapa tanaman karena balkonnya tampak gersang.

Taeyong meletakkan kopernya di samping lemari, berniat berkemas nanti sebab ia masih lelah. Pun, ia harus menghubungi sahabatnya di kampung. Taeyong mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi Line, kemudian menekan ruang obrolan dengan seseorang bernama Doyoung.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now