24

7.2K 924 43
                                    

Jenaka dan Pram tengah berkunjung ke kediaman kedua orang tua Jenaka. Jenaka menoleh ke samping ke arah Pram yang duduk dengan tegang.

"Nggak apa-apa, papaku bukan orang yang galak."

"Bukan itu, Asma.... Nenekmu, dia baik-baik saja kan?"

Asma adalah anak pertama dari Cantika. Yang artinya dia adalah nenek dari Jenaka. Pram pernah bertemu dengan Asma dulu. Ketika Asma masih sangat kecil. Mungkin masih terlalu kecil untuk mengingat Pram.

Di saat Pram masih sakit, Cantika berkunjung bersama Asma. Dan tanpa sadar Pram meminta Asma memberikan nama Jenaka untuk cucu perempuan pertamanya. Entahlah apa yang Pram pikirkan saat itu. Hanya berbekalkan informasi Jenaka dan keinginan Jenaka bahwa ia ingin kembali ke keluarganya, Pram meminta sebuah permintaan aneh kepada anak kecil.

Itu juga yang menjadi kekhawatiran Pram. Apakah Asma akan mengenalinya?

Jenaka turun pertama dari mobil menunggu Pram yang menyusul dengan membawa beberapa buah tangan bersamanya. Pra itu terlihat gugup dengan senyumnya yang terpaksa sehingga terlihat lebih kaku.

Sebenarnya Jenaka juga gugup karena ini pertama kali Jenaka membawa seorang teman pria. Jenaka adalah tipe yang terkenal tidak suka bersosialisasi terutama dengan lawan jenis. Kedua orang tuanya juga mencoba untuk memperkenalkan dengan anak kolega mereka namun tak sekalipun ada yang ditanggapi oleh Jenaka. Maka dari itu, ketika Jenaka sekarang membawa laki-laki pilihannya sendiri, Jenaka juga jadi gugup.

Jenaka mengetuk pintu rumah orang tuanya beberapa kali. Jika tidak ada Pram, mungkin Jenaka langsung masuk saja. Tapi ia tidak bisa meninggalkan Pram merasa canggung sendirian. Mereka ke sini berdua, jadi mereka juga harus masuk berdua juga.

Pintu dibuka oleh seorang wanita berturban yang tidak lain dan tidak bukan Mama Jenaka.

"Aiiihh, anaknya mama kok pulang nggak ngomong dulu? Kenapa nggak langsung masuk, mama kira siapa..." Wanita berturban itu mendongak dan melihat pria asing yang tak ia kenali. Matanya menatap tajam dari atas hingga bawah, menelisik setiap sisi Pram hingga tatapannya jatuh pada buket bunga mawar merah di tangannya.

"Mama, kenalin, ini Pram."

"Pram, kenalin, mama aku."

Setelah Jenaka mengambil langkah ke samping, Pram memberanikan diri maju. "Selamat siang tante, saya Pram." Pram menoleh ke arah Jenaka untuk membantunya memperkenalkan dirinya sebagai apa. Mereka memang saat ini dalam hubungan serius, tapi Jenaka masih ragu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Apa Pram harus memperkenalkan diri sebagai teman dekat dulu?

"Pacar aku, Ma."

Pram mengerjap beberapa kali terkejut akan deklarasi Jenaka yang penuh percaya diri.

"Pacarnya Jenaka?" tanya wanita berturban di depannya, Pram pun kembali menoleh ke arah mamanya Jenaka.

"Iya, tante."

"Asaga... masuk, Nak. Maaf buat Nak Pram berdiri di luar. Ayo masuk-ayo masuk..."

Tangan Pram ditarik oleh wanita tua itu. Pram tidak memiliki banyak kesempatan untuk melihat sekeliling atau sekedar menyapa beberapa anak muda yang duduk di sofa ruang tamu. Pram terus diseret masuk dan ia didudukkan di salah satu kursi meja makan dimana meja tersebut sudah penuh akan berbagai macam masakan.

Jenaka menyusul masuk dan melihat sepupu-sepupunya sudah memenuhi ruang tamu rumah orang tuanya. Ia membeku dimana ia melihat wajah para sepupunya itu tersenyum miring, menggoda Jenaka. Gadis itu hanya mengacungkan jari tengah kemudian menyusul Pram yang sudah diseret mamanya entah kemana.

Jenaka menyusul Pram yang duduk sendirian di meja makan. Pria itu tersenyum dan menggaruk ujung hidungnya canggung.

"Mana mama?" tanya Jenaka yang tidak melihat mamanya.

Surat Dari Pram (Complete)Where stories live. Discover now