12

5.9K 1K 90
                                    

Jangan lups tinggalin jejak yaaa. Thankyouu!

Happy reading all! ❤

***

Sidang berlangsung dengan lancar. Jenaka tengah menunggu Bu Saudah yang menangis memeluk putrinya. Putusan hakim telah dijatuhkan dan Ibu Saudah akan segera mulai menjalani hukuman penjaranya. Jenaka memperhatikan para orang tua yang juga menangis bahagia karena mereka telah memenangkan persidangan ini. Para pansehat hukum mereka saling berjabat tangan tanda mereka telah menang.

Sejak awal persidangan ini tidak mungkin dimenangkan oleh Bu Saudah. Tapi setidaknya tuduhan orang tua yang mengatakan bahwa Ibu Saudah menerima untung dari penggunaan mobil yang tak terawat itu bisa dibantah. Itu lah yang Ibu Saudah ingin dengan meminta antuan Jenaka dan timnya. Dengan begitu namanya bisa kembali dibersihkan dan anak-anaknya ketika ia tinggal tak dikucilkan oleh warga desa.

Jenaka merasa sedih melihat Ibu Saudah yang sudah pasrah akan nasibnya.

Jenaka sempat mengajukan bantuan apabila Ibu Saudah ingin melakukan sidang banding kasasi untuk menurunkan lama hukuman tapi Iu Saudah menggeleng.

“Saya lelah dengan deretan persidangan yang tidak ada hentinya. Saya hanya ingin beristirahat. Nama saya sudah dibersihkan, bagi saya itu saja sudah cukup,” jawab Ibu Saudah menolak tawaran Jenaka saat itu.

Kepala Desa yang sejak awal menemani Ibu Saudah juga berterima kasih kepada Jenaka. Dan meminta maaf karena mereka tidak bisa membalas apapun. Jenaka dan timnya pun menyelesaikan pekerjaan mereka kembali ke kantor. Kasus Bu Saudah dimenangkan oleh pihak orang tua.

“Jangan sedih, toh kamu juga berhasil membersihkan nama Ibu Saudah,” ujar pamannya sambil menepuk pundak Jenaka.

Jenaka menerima gelas kopi yang diberikan oleh Jetis. Diletakkannya bekal makannya di atas meja.

“Terima kasih, Om.”

“Kamu pernah bilang kalau kamu hanya ingin menangani kasus perempuan saja ya, Jenaka?” tanya pamannya sekali lagi.

Jenaka meniup gelas kopi di depannya untuk mendinginkan suhu minuman tersebut. Gadis itu mendongak untuk melihat kakak juga pamannya yang menemani Jenaka makan siang saat ini.

“Iya, kenapa Om?”

“Hm… saya butuh tim baru untuk menangani kasus yang baru masuk kemarin. Dia seorang aktor yang sedang naik daun dan tiba-tiba dapat kasus.”

Jenaka mengernyit bingung. Ia tidak terlalu mengikuti dunia entertainment. Jadi ia hanya bisa menunggu pamannya menjelaskan sambil makan siang bersama. Kali itu pamannya mentraktir Jenaka karena Jenaka berhasil membersihkan nama Ibu Saudah meskipun tanpa menerima bayaran sepeser pun.

Jenaka mendengarkan penjelasan pamannya dengan seksama. Ia menurunkan sendoknya dan menjauhkan cangkir kopinya.

“Ini kesempatan yang bagus buat Jetis meningkatkan kredibilitasnya. Kasus Ibu Saudah ini memang tergolong kasus ringan yang bisa ditangani oleh Junior. Nah, kasus ini akan lebih menantang dan akan dipegang oleh Jetis sebagai penanggung jawabnya. Om mau kamu bantu kakakmu karena Om sangat bisa melihat potensimu, Jenaka. Om tahu kamu sejak awal bilang ingin mengutamakan kasus yang dibawa oleh perempuan. Tapi untuk saat ini tidak ada kasus perempuan yang masuk, jadi tidak ada salahnya untuk mencoba kan?”

Jetis melirik adiknya dengan memiringkan wajahnya. “Jenaka, semua orang bisa menjadi korban. Tidak hanya perempuan. Kamu tahu itu kan?”

Jenaka mengangguk.

“Om, aku beri jawaban besok bisa? Aku harus menyelesaikan berkas yang tertinggal. Nanti malam aku beri tahu Jetis.”

Pamannya mengangguk kemudian mengusap kepala Jenaka dengan lembut. Pria itu juga menepuk pundak Jetis. Melihat Jetis dan Jenaka membuat pria itu merasa bangga. Anak-anak kakaknya itu sungguh luar biasa. Ada sedikit rasa iri karena kedua anaknya sendiri tak ada yang mengikuti jalurnya untuk melanjutkan sekolah hukum. Yang pertama jadi dokter dan yang bungsu memilih karirnya sebagai social media influencer.

Surat Dari Pram (Complete)Where stories live. Discover now