2

7.7K 1.2K 117
                                    

Happy reading everyone! Jangan lupa vote dan komennya yaaa ^^

***

If I Could Ride A Bike by Park Bird

CITTT!!!

Sebuah mobil sedan hitam yang membawa tiga penumpang berhenti mendadak. UTak ada kerusakan karena untungnya mereka masih berada di jalan kompleks yang sepi. Mungkin saja jika mereka berada di tengah jalanan kota, mereka akan buat pengendara di belakang mereka menabrak bagian belakang mobil.

Sebuah teriakan nyaring pun terhenti.

Jetis, sang pengemudi menoleh ke belakang.

"Jenaka!" bentaknya keras membuat Pram yang duduk di sampingnya mengernyit sedangkan Jenaka, gadis yang berteriak, pun menoleh ke arah kakaknya.

"Kamu kenapa teriak tiba-tiba begitu. Untung di sini sepi. Kalau di luar mobil kita bisa ditabrak dari belakang!" tegur Jetis sambil mengusap dadanya akibat masih terkejut akan teriakan tiba-tiba adiknya.

Pram masih memandangi Jenaka memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

"Semua baik-baik saja?" tanya Pram.

Jenaka menggerakkan kepalanya dengan ragu dan menarik kerah leher Jetis dari belakang. Gadis itu mendekat untuk berbisik.

"Antar aku pulang saja! Aku mau pulang!"desaknya pada Jetis.

Jetis menepis tangan Jenaka, tidak memperdulikannya.

"Dibilangin di rumah nggak ada apa-apa. Mama sudah pulang ke rumah yang lain! Nanti kalau kamu sakit, kakak lagi yang diomelin."

Mereka tetap kembali berkendara ke arah tujuan yang sudah Jetis tetapkan di dalam kepalanya. Ia menghiraukan rengekkan adiknya. Ketika sampai, Jenaka tetap diseret ke dalam restoran dan di suruh duduk di samping Jetis dan berhadapan langsung dengan Pram. Jenaka yang ingin kabur mendapatkan tatapan tajam dari sang kakak.

"Ah, sepertinya Nona Jenaka tidak menyukai keberadaan saya. Mungkin-"

"Ah, omong kosong itu, Pram! Dia lagi PMS saja itu! Nggak usah dihiraukan, kamu pilih makanan yang mau kamu makan," potong jetis sambil memberikan buku menu kepada Pram.

Pram melirik ke arah Jenaka yang bersandar lemas pada pembatas bilik meja resotan. Mengangkat buku menu untuk menutupi wajahnya yang tak kuasa menahan senyum.

"Pfft. How cute."

Jetis memesankan makanan yang Jenaka sukai karena gadis itu tak merespon panggilannya. Ia juga menerima pesanan Pram kemudian ia berikan kembali buku menu kepada pelayan. Jetis melirik adiknya sejenak.

"Tidak usah kamu hiraukan dia. Dia memang anak yang aneh," ujar Jteis.

"Adikmu menggemaskan," jawab pram membuat Jenaka mengangkat wajahnya untuk melihat ke arah pria yang menyebutnya menggemaskan itu.

Jenaka tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan Jetis karena terlalu fokus pada Pram yang sedang tertawa merespon gurauan yang jetis lemparkan. Pria itu memiliki senyum yang sama. Pram yang sedang menghadap Jetis tahu bahwa ada seseorang yang sedang memindainya saat ini. Pria itu melirik sejenak membuat kontak mata sepersekian detik kemudian kembali fokus kepada Jetis sampai tertawa.

Jenaka yang sedari tadi memperhatikan Pram menyadari bahwa pria itu sedang menggodanya. Jenaka bukan anak lugu delapan belas tahun lagi. Dia tahu bagaimana pria dan wanita menggoda satu sama lain. Dan meskipun hanya sepersekian detik, Jenaka tahu kalau pram sengaja meliriknya kemudian mengunci pandangannya dengan Jenaka.

Orang lain mungkin sudah meroan dibuatnya. Tapi Jenaka tidak. Rasa takutnya jauh lebih besar dari rasa gembira atau apa un karena dipertemukan kembali dengan Pram.

Surat Dari Pram (Complete)Onde histórias criam vida. Descubra agora