3

6.9K 1.1K 78
                                    

Selamat membaca semuanya!

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman ^^

🎶 From The Gallows by IDKHOW

Jenaka kembali ke kamarnya. Merapikan kembali kamarnya yang berantakan ketika ditinggalkannya tadi. Gadis itu membereskan semuanya dan menyimpan dengan baik barang-barang yang ditinggalkan Ayut-nya untuknya. Terutama surat terakhir Cantika beserta barang bukti terakhir yang... tak pernah Jenaka sangka.

Gadis itu melepaskan jas hitamnya kemudian merebahkan tubuh di atas ranjang. Ditatapnya langit-langit kamar. Dari luar, Jenaka bisa mendengar Jetis yang begitu antusias menjelaskan seluk beluk rumah kepada Pram. matanya terpaku pada lampu gantung dengan bingkai kayu coklat.

Ia tidak tahu bagaimana keadaan bisa seperti ini? Kenapa di saat Jenaka sudah ikhlas meninggalkan semuanya di belakang, justru masa lalu itu datang menyelinap begitu mudah nya di kehidupan Jenaka yang sudah ditatanya dengan sangat rapi?

Jenaka memiringkan tubuhnya kemudian menelungkup memeluk kedua lututnya sambil membiarkan dirinya kembali mengingat semua kenangan masa lalu. Tanpa sadar tangannya menyentuh bibirnya ketika teringat sebuah ciuman yang dilakukan oleh dua orang. Mengingat dirinya yang pergi begitu saja tanpa ada perpisahan membuat Jenaka kembali menangis.

Padahal malam itu mereka tengah berbahagia. Merayakan keberhasilan mereka menyelamatkan Cantika. Tapi siapa disangka bahwa tanpa sadar mereka telah terjebak oleh permainan Cantika sendiri?

Sebulir air mata jatuh ketika ia mengingat suatu hari cerah dimana mereka berempat melakukan piknik di sebuah pantai. Berkompetisi membangun istana pasir kemudian menikmati deburan air laut bersama. Memperhatikan buih dan memisahkan kerang yang akan dibawa pulang. Sampai sekarang kerang-kerang itu tak tersentuh.

Kembali bernostalgia membuat Jenaka lupa waktu hingga tertidur. Alam mimpi juga sepertinya tahu apa yang diinginkan gadis itu. Dengan belas kasih, alam mimpi membagikan sedikit kenangan yang banyak Jenaka lupakan tentang masa lalu. Gadis itu pun semakin terbuai dengan nostalgianya senidri.

Jenaka mulai menggigil. Ia bermimpi tentang hujan, seorang wanita bersanggul yang menatapnya tajam, sumur dan penculikan. Jantungnya berdebar cepat ketika ia berjalan ke arah sumur. Jenaka tahu apa yang ada di dalam sana. Tapi ketika dia mendekat, tiba-tiba saja Jenaka terbangun tanpa alasan.

Jenaka membuka matanya seperti orang ling-lung.

DIlihatnya sekelilingnya yang gelap. Bunyi angin yang berhembus dan menggetarkan jendela menyadarkan Jenaka sepenuhnya.

Ia ketiduran masih mengenakan pakaian kerjanya, pakaian yang sama yang ia gunakan untuk berziarah ke makam nenek buyutnya. Erangan terdengar ketika gadis itu mencoba untuk bangun guna menutup jendelanya yang masih terbuka lebar.

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul dua malam. Enaka belum membersihkan tubuhnya dan sudah tertidur. Beosk ia harus bangn pagi untuk kembali bekerja. Gadis itu memegangi tengkuk yang terasa sangat tegang. Tenggorokan juga kering.

Setelah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian yang lebih santai, Jenaka memutuskan untuk turun ke dapur mencari camilan juga minuman untuk menemaninya menyelesaikan pekerjaannya sejenak sebelum kembali beristirahat sejenak.

Di depan kamarnya, Jenaka memperhatikan pintu kayu yang dicat warna hitam. Itu adalah kamar Jetis tapi ia tahu bahwa oarang id dalam sana bukan lagi Jetis. Melihat pintu kamar yang tertutup rapat itu, Jenaka mencoba menajamkan pendengarannya. Tak ada suara apa pun. Sepertinya dia kelelahan. Juga sekarang sudah jam dua. Tidak ada orang normal yang terbangun di jam seperti ini tanpa alasan, pikirnya.

Jenaka pun menuruni anak tangga untuk menuju dapur.

Di depan pintu dapur langkahnya tertahan. Seorang pria berdiri di depan kompor. Jenaka tidak tahu harus masuk begitu saja tau perlukah dirinya mengumumkan kehadirannya?

Ketika Jenaka penuh akan kergauna, pria berkaos abu-abu itu menoleh ke belakang.

"Ah! Jenaka? Sudah bangun?"

Jenaka mengernyitkan keningnya bingung.

"Tahu darimana aku tidur? Kamu masuk kamarku tanpa izin?" tanya Jenaka dengan nada ketus penuh akan kecurigaan.

Pram hanya memberikan gadis itu senyum kemudian menggeleng.

"Itu adalah tindakan yang sangat tidak sopan, Nona. Tadi malam, Jetis mengajak saya untuk minimarket membeli beberapa keperluan, dia yang masuk ke kamarmu dan bilang kamu tertidur. Saya tahu dari Jetis."

"O-oh..."

Jenaka seketika menjadi malu karena telah menuduh Pram palsu dengan begitu cepat. Gadis itu menggaruk pipinya yang tak gatal merasa canggung kemudian kembali menjalankan kakinya ke arah kulkas.

"Mau susu hangat?" tawar Pram. "Saya bisa memanaskan segelas lagi."

Jenaka tak menjawab. Ia tidak butuh susu hangat. Itu hanya akan membuatnya mengantuk. Ia mengambil satu botol besar air dingin untuk menaminya bekerja satu jam ke depan. Matanya kembali mencari sesuatu yang bisa dikunyah.

"Ah!" Jenaka segera mengambil sekotak strawberry. Sepertinya Jetis menyetoknya sekalian tadi malam.

"Strawberry di jam seperti ini? Itu tidak baik untuk perutmu, Jenaka," ujar Pram yang sudah berdiri di belakang Jenaka sambil menudnuk untuk ikut melihat apa yang dilihat oleh gadis itu. Jenaka mendongak dari posisi berjongkoknya membuat mereka saling bertatapan mata.

Mulut gadis itu sedikit terbuka ingin menyampaikan sesuatu tapi suaranya hanya tersangkut di ujung lidahnya saja. Pram memperhatikan wajah Jenaka yang berada di bawahnya. Pria itu memberi senyum ke arah gadis itu.

"Ik mis je heel erg (Saya sangat merindukanmu)"

"Apa?" tanya Jenaka bingung karena ia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Pram palsu.

Pria itu menggeleng kemudian menjauh dari sana. Rasanya aneh, Pram tidak bisa menjelaskannya. Pria itu berbalik agar Jenaka tidak bisa melihat wajahnya yang merona. Ia memegang tengkuknya untuk menghilangkan perasaan gugup yang tiba-tiba menyergap. Pram mematikan kompor kemudian menuangkan susu hangat ke dalam dua gelas.

"Kamu ngomong apa tadi? Aku nggak ngerti," tanya Jenaka sekali lagi.

"Bukan apa-apa. Saya cuma mau kasih ini."

Pram berbalik kemudian meletakkan segelas susu hangat di atas konter dapur agar diminum oleh Jenaka.

Pria itu meninggalkan tempatnya dan berhenti sejenak di depan Jenaka yang amish ingin tahu apa yang dikatakan pria itu.

"Selamat malam, Nona. Tidur yang nyenyak."

Jenaka melihat kepergian Pram.

"Hey!" panggilnya.

Pram terkekeh pelan.

"Saya punya nama, Nona. Dan setahu saya nama saya bukan Hey," jawab Pram yang kemudian meninggalan dapur. Pria itu membawa gelasnya untuk naik ke atas lantai dua dimana kamar yang akan ditempatinya berada. Iamenoleh sejean ke arah kamar Jenaka yang sedikit terbuka kemudian pergi masuk ke kamarnya sendiri untuk beristirahat.

Jenaka yang ditinggal di dapur sendirian berdiam di tempatnya melihat gelas susu hangat yang sudah Pram palsu sediakan untuknya. Ada perasaan campur aduk tapi rasa kekesalannya sangat tinggi. Pria itu bersikap aneh. Jika seharusnya dia benar-benar Pram dia tidak mungkin meninggalkan Jenaka begitu saja. Jenaka semakin kesal karena pria tak tahu malu itu telah mencuri identitas Pramoedya Biru!

Jenaka meraih gelas itu dan membuang isinya ke dalam wastafel dan membawa botol air minum juga strawberry-nya kembali ke kamar.

***

Kalau kata lagu di atas

Darling,
Lord knows, you're beautiful
But you're evil

Pram sudah siap jadi penyembah Jenaka untuk kedua kalinya. Se evil apapun Jenaka, tetap sweet and tasty di mata Pram.

Surat Dari Pram (Complete)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ