22

5.9K 921 57
                                    

Happy reading ^^

Jangan lupa vote dan komennya yaa. Thank you!!

***

Jenaka baru kembali dari mengantarkan Pram ke bandara. Pria itu sudah pulang ke Belanda. Sekarang Jenaka bisa memfokuskan diri untuk pekerjaannya. Dengan serangkaian studi kasus, kemudian mendengarkan kesaksian korban serta mengumpulkan bukti, pekerjaan sebagai pengacara tentu tidak mudah.

Seperti saat ini, Jenaka tengah menjadi asisten Jetis untuk membela seorang aktor pria yang menjadi korban kekerasan seksual. Pria itu sudah melakukan autopsy namun hasil otopsi dari rumah sakit bersangkutan belum juga keluar membuat Jenaka dan jetis menaruh curiga.

Tak lama dari itu, keesokan harinya kantor milik Paman jenaka dikirimkan sebuah paket sepuluh kepala tikus dengan ancaman meminta Jetis untuk menghentikan pembelaannya. Hal itu membuat Jenaka sangat marah mengingat ancaman seperti ini sangatlah tidak profesional. Jenaka ingin melaporkan pengirim paket tersebut namun jetis dan pamannya menenangkan Jenaka.

"Hal seperti ini sudah biasa. Justru jika dikirim hal seperti ini kita harus semakin yakin karena ada pihak lain yang tidak ingin kebenaran terungkap," ujar Paman Jenaka.

Beberapa staf perempuan mulai was-was karena paket tikus itu tidak hanya datang seri, namun beberapa hari selanjutnya pun tetap datang.

Yang semakin membuat Jenaka stress adalah hasil visum yang belum kunjung dikeluarkan oleh pihak rumah sakit! Ini sudah lebih dari empat belas hari kerja. Padahal proses visum sendiri dilakukan atas laporan kepolisian.

Jetis hanya melihat adiknya yang terlihat stress sambil tertawa. Persidangan memang sudah di depan mata. Progres pembelaan mereka masih sebatas bukti-bukti layar tangkap percakapan di ponsel dan beberapa kesaksian yang tidak ingin Jetis keluarkan terlebih dahulu karena kesaksian mereka masih ambigu. Jangan sampai dengan mengeluarkan kesaksian itu justru akan menyebabkan kerugian di pihak mereka.

Namun ada satu hal yang sudah Jetis persiapakna. Ia baru menemkannya tadi malam dan brisk siang adalah wkatu yang pas untuk membalikkan keadaan. Jetis memang jahil, pria itu membiarkan adiknya menjambak rambutnya senidri memikikrna proses mereka yang hampir menemukan jalan buntu.

Ia memotret kondisi jenaka yang sedang tidak baik-baik saja kemudian dikirimkannya kepada temannya.

"Jenaka, mending kamu pulang saja. Pekerjaan ini nggak akan selesai dengan kamu jambak rambut seperti itu," ujar Jetis yang merapikan berkas-berkasnya.

"Kakak mau kemana?"

"Pulang."

"HAH!? Kakak sudah gila!? In tanggung jawab kita untuk menolong orang, kak! Dia mempercayai kita tapi kenapa kayak kerjaannya setengah-setengah begini? Kalau dari awal kakak nggak niat bantu perkara ini sampai tuntas seharusnya kakak tolak sejak awal."

"Bla... bla... bla..."

Jetis mengerlingkan matanya. Sengaja menulikan diri untuk tidak terpengaruh oleh omelan adiknya yang tidak merdu. Pria itu merampas tas kerja Jenaka dan memasukkan laptop, tumblr juga semua peralatan kantornya ke dalam tas hitam tersebut.

"Nah, sudah beres. Mending kamu pulang atau nggak bisa meledak telinga kakak,"ujar Jetis sambil menyeret Jenaka keluar dari ruangannya.

"Tapi!"

"Hari ini istirahat saja. Besok siang kita pergi nonton acara seminar."

"Kak... ini bukan waktu yang tepat untuk buang-buang waktu seperti ini. Kita harus cari celah untuk membuktikan kalau klien kita telah mengalami kekerasan seksual. Ke. ke. ra. san. sek. sual, kakaaaak. Tolong mengerti."

Surat Dari Pram (Complete)Where stories live. Discover now