11- PERSIAPAN

547 145 74
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

________

"Selasa dan Rabu. Kamis seakan lelah untuk menanti."
________

Kepergian Rivan membuat suasana makan mereka menjadi canggung. Entah apa yang dirasakan Liam setelah mendengar pengakuan dari Rivan. Rivan dan Liona akan menikah? Rasanya mustahil untuk dipercaya begitu saja.

Sedikit tentang perasaan Liam, cowok itu sebenarnya telah jatuh hati pada Liona sejak mereka pertama bertemu. Saat mengetahui fakta kalau Rivan dan Liona tidak sebenarnya dalam masa pendekatan, diam-diam ia merasa lega. Sejak itu ia mulai berpikir bahwa ia masih ada peluang untuk mendekati Liona. Namun detik ini, seluruh harapannya itu runtuh seketika setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh musuhnya itu. Demi apapun juga, ia sangat cemburu.

"Na," panggil Liam.

Liona langsung gelagapan. "Y-ya?"

Liam terdiam sejenak menatap wajah Liona seakan mencari kepekaan Liona disana akan perkataan yang akan ia ucapkan selanjutnya. Namun, ia langsung mendapat jawabannya. Raut wajah Liona yang gugup cukup menjelaskan semuanya kalau ucapan Rivan tadi memang benar.

"Gak jadi."

"Hah?" Liona mengernyit menatap Liam.

Liam hanya tersenyum masam. "Selamat, ya."

Liona salah tingkah. "Um, iya. Makasih, Liam."

"You're welcome. Gue duluan dulu, ya," kata Liam sambil membawa tempat makanannya. Ia pun meninggalkan keduanya. Liona dan Naya menatapnya bingung. Jelas-jelas, makanan Liam itu masih banyak lagi sisanya. Ada yang aneh dengan cowok itu.

"Nay, gue salah ngomong, ya?" tanya Liona polos.

"Aku nggak tau, Liona," jawab Naya sama bingungnya.

Liona menghela napas. "Udahlah, capek gue lama-lama." Naya hanya tersenyum kecil.

•••🍂•••

Sore Selasa. Sore ini, Rivan dimintai oleh Mira untuk menemani Liona melihat-lihat gaun pengantin. Mira tidak bisa menemani karena ia ada janjian dengan Elena. Biasa, urusan ibu-ibu.

Disinilah Rivan sekarang, duduk santai dengan gadgetnya di ruang tamu menunggu Liona yang masih bersiap-siap. Sementara Mira sudah pamit untuk pergi duluan. Beberapa menit kemudian, Liona turun dengan pakaian kasualnya. Baju dengan atasan yang sedikit rendah sehingga bagian atas dadanya terlihat sangat jelas. Leher putih mulusnya ikut melengkapi. Ia memakai rok setinggi sepuluh sentimeter diatas lutut. Ia pun berjalan mendekati Rivan.

"Yok!"

Rivan menelan ludahnya dengan susah payah saat melihat pemandangan indah itu. Ia pun mendekati Liona. Lantas ia langsung menolehkan kepalanya ke samping lalu melepas jaket kulitnya. Ia pun memasangnya di tubuh Liona sambil mendekatkan wajahnya membuat Liona langsung terpaku.

"Lain kali kalo jalan sama gue, pakai pakaian tertutup. Iman gue rendah soalnya," desisnya membuat Liona langsung merinding.

Rivan menarik wajahnya kembali sambil tersenyum miring. "Ayo, pergi."

RIVANDO Where stories live. Discover now