Rumi's Girlfriend (V)

408 48 2
                                    

Rumi harus terusik tidurnya dikarenakan getar dari handphone miliknya yang tidak berhenti. Dengan perasaan malas Rumi harus membuka paksa netranya dan melihat sebuah panggilan facetime yang berasal dari Sheva. Decakan kesal meluncur bebas dari bibir Rumi, sebab ia masih enggan jika waktu istirahatnya terganggu. 

Vina yang berada di dalam pelukan Rumi menggeliat kecil merasa terusik akan pergerakan yang Rumi lakukan. Membuat Rumi dengan sayang mengelus bahu polos sang istri.

"Tidur aja lagi" bisik Rumi mengubah lagi posisi tidur untuk membawa masuk Vina ke dalam pelukannya dengan lebih dalam

"Kamu juga" jawab Vina yang saat ini telah menenggelamkan wajahnya ke dalam dada sang suami

"Iya" jawab Rumi. Namun meskipun menjawab dengan mengatakan ia, nyatanya saat ini tangan dan mata Rumi telah fokus secara sempurna ke handphone miliknya yang kini telah banyak menampilkan notifikasi masuk yang berasal dari Sheva.

Di saat Rumi sedang memeriksa pesan masuk Sheva melalui notifikasi bar, jantung Rumi dipaksa harus berdegup dengan teramat kencang setelah mendapatkan pesan masuk terbaru dari Sheva, yang berhasil membuat Rumi bangkit sepenuhnya dari tidurnya.

"Kenapa?" tanya Vina yang lagi-lagi terusik karena pergerakan tiba-tiba dari Rumi

"Ini Arla katanya mau nelpon" bohong Rumi, "tidur aja lagi"

"Kenapa Arla?"

"Katanya mau bahas tentang masalah festival Harmoni nanti"

"Masih pagi?"

"Ga tau nih Arla" jawab Rumi, "kayaknya dia ga bisa baca perbedaan waktu antara Belanda sama Indonesia. Aku keluar dulu ya? Kamu tidur aja lagi"

"Hmm" gumam Vina sambil mengangguk dan kemudian memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk tidur kembali

💍

Keadaan kediaman Rumi masih tampak sepi. Masih terlalu pagi bagi penghuni apartemen Rumi untuk membuka mata mereka dan beranjak dari ranjang nyaman mereka.

Namun sedikit berbeda dengan penghuni yang lain. Pinky merupakan pandangan pertama yang Rumi lihat ketika ia melangkahkan kakinya menuju dapur.

Berisik dari akibat aktivitas memasak yang dilakukan oleh Pinky menjadi suara pertama yang ia dengar ketika menginjakkan kakinya di dapur. Bau harum dan manis dari Pain Perdu yang dibuat oleh Pinky nyatanya berhasil menggugah selera Rumi. Yang berhasil membuat Rumi menghampiri sumber bau yang mengunggah seleranya.

"Rajin amat lo pagi-pagi udah buat Pain Perdu" celetuk Rumi sembari mencomot satu Pain Perdu yang telah siap disajikan oleh Pinky

Tanpa berniat menjawab celetukan dari Rumi, Pinky malah balik bertanya kepada Rumi, "mau kemana lo pagi-pagi gini udah rapi banget?"

"Pergi sebentar" jawab Rumi seadanya, "kalau nanti bini gue ada yang tanya, bilang aja gue ke library"

Pinky menaikkan sebelah alisnya sebagai respon atas jawaban Rumi barusan. Netranya menatap Rumi sekali lagi dari atas hingga bawah yang saat ini sangat jelas bahwa outfitnya bukan untuk pergi ke perpustakaan. "Sometimes, one lie can break a trust, Rum"

"There are times when lying for the common good" ucap Rumi, "gue pergi ya" ucapnya lagi sambil melambaikan tangan, "titip bini gue"

[β] Four Wives | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang