Sincere

372 51 5
                                    

Baba beserta keluarganya telah kembali ke Belgia setelah satu minggu bertamu di apartemennya Rumi. Begitu juga dengan Vina yang telah keluar dari rumah sakit dan beraktifitas seperti biasanya.

Pada awalnya Rumi telah merencanakan untuk melanjutkan planning honeymoon nya setelah Vina keluar dari rumah sakit dan telah berangsur-angsur pulih.

Namun nampaknya planning Rumi masih harus tertunda dikarenakan Tata sedang mengalami tidak enak badan. Bukan karena sakit, tetapi pagi ini rupa-rupanya Tata mengalami haid.

Jadi dengan segala pengertian dan kesabaran yang ada, maka Rumi memutuskan untuk menunda lagi agenda mereka untuk mengelilingi kota yang dijuluki sebagai Venesia dari utara tersebut.

"Rum, coba deh si Tata perutnya di kompres pakai air hangat" ucap Vina kepada Rumi yang sedari tadi sibuk keluar masuk kamarnya Tata

"Supaya apa?" tanya Rumi bingung

"Biar kram perutnya hilang atau paling nggak biar merasa mendingan aja" jawab Vina, "biasanya aku kalau kram karena haid juga suka aku kompres"

"Oke" jawab Rumi menuruti perintah dari Vina, "kamu kenapa ga istirahat?" tanya Rumi mendekati Vina yang sedang asik menonton netflix sendirian

"Bosen tau Rum mesti tiduran aja, ga ngapa-ngapain" jawab Vina yang saat ini tengah mendongakkan kepalanya hanya untuk melihat Rumi yang sekarang telah berdiri tepat di hadapannya

Kedua mata Rumi menatap dalam ke arah kedua mata Vina yang kini tengah menatapnya. Ia alihkan sesaat pandangan Rumi untuk memperhatikan wajah sang istri. Tangannya terulur untuk mengelus pipi sang istri yang terasa sangat lembut di indra perabanya.

"Harvina" ucap Rumi yang kini jari jemarinya telah berganti untuk mengelus bibir lembut sang istri yang saat ini nampak sangat menggoda di matanya

"Kenapa?" tanya Vina sembari tangannya memegang tangan Rumi yang sedang mengelus lembut bibirnya

"You always ask me, am I happy to be your husband? Then I will answer again, that I am very happy to be your husband. After we had to lose our future child, regret and loss come to me every night. And once I think, the regret and loss that I feel, is it possible that you're feeling many times more than I feel?"

"Penyesalan dan kehilangan.. bohong kalau aku ga rasain itu, tapi Rumi.. aku harus ikhlas kan?"

Ikhlas bukanlah kata yang akan terbersit di benaknya Rumi. Meskipun ia melukai Vina dan melampiaskan hasratnya secara paksa kepada Vina hingga menyebabkan Vina mengandung calon anaknya dan di saat yang bersamaan harus kehilangan dari calon anaknya, ikhlas bukanlah sesuatu yang pernah Rumi ucapkan.

Penyesalan dan rasa kehilangannya terlalu besar untuk dapat mengikhlaskan calon anaknya yang bahkan ia tidak disadari kehadirannya.

Kehilangan yang Rumi rasakan akhir-akhir ini memberikan dampak yang sangat besar kepada Vina. Selain akan rasa penyesalan yang mendalam, ia selalu dihantui dengan mimpi buruk atas perlakuan yang pernah ia lakukan kepada Vina selama sembilan bulan pernikahan mereka.

Bagaimana ia bisa ikhlas seperti apa yang Vina lakukan saat ini?

💍

Rumi berjalan ke arah dapur dengan membawa banyaknya pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya.

Penyesalan, kehilangan dan ikhlas bagaikan sebuah hal magis yang berhasil mengambil alih kesadaran Rumi. Hingga Rumi tidak menyadari bahwa sedang ada Vivi yang saat ini juga berada di dapur.

[β] Four Wives | ENDWhere stories live. Discover now