Are You?

879 87 10
                                    

Pergulatan panas antara Rumi dan Vivi yang diperkirakan hanya sebentar nyatanya cukup memakan waktu hingga dua jam lamanya.

Padahal beberapa jam sebelum Rumi melakukan kewajibannya kepada Vivi, Rumi juga telah menyalurkan hasrat biologisnya kepada Sheva, namun pada kenyataan, baru Rumi sadari bagaimana perbedaan akan perasaannya ketika ia menyalurkan hasrat biologisnya kepada sang kekasih dan istrinya tersebut.

Perasaan menggebu-gebu, perasaan membuncah dan keinginan untuk memuaskan Vivi adalah hal yang tidak pernah ia rasakan ketika melakukan hubungan badan terhadap Sheva.

Netranya menatap penuh damba ketika melihat tubuh Vivi yang tampak memerah di bawah kukungannya karena merasakan puncaknya yang semakin dekat, hingga pada akhirnya Rumi dapat merasakan milik Vivi yang berkontraksi menyebabkan miliknya merasakan sensasi terjepit. Sebuah sensasi yang tidak pernah ia rasakan ketika ia berhubungan badan bersama Sheva.

"Vi" panggil Rumi ditengah-tengah perjalanannya menuju puncak

"Hmhh?" gumam Vivi yang sedari tadi berusaha sekuat tenaga untuk menahan puncaknya

"Vi" panggil Rumi lagi yang berhasil membuat Vivi melihat ke arahnya, "sebentar lagi" ucapnya

"Rumhh, pleasehh" rengek Vivi

"Counting for me" perintah Rumi

"Ahh one" ucap Vivi tanpa harus menunggu diperintah dua kali oleh Rumi

"Nghhh two"

"Threee ahhhh" desah Vivi dan pada hitungannya yang ketiga, puncak kenikmatannya meledak begitu saja membuat dirinya mengejang hebat di dalam pelukan Rumi yang juga kini memuntahkan benihnya di dalam rahim Vivi

"Ahhh Vi" desah Rumi yang menaruhkan kepalanya di perpotongan leher dan bahu Vivi, menghirup keringat hasil pergulatan panas diantara keduanya yang terasa manis di indra penciuman Rumi

"Rumhh"

"Hm?" tanya Rumi yang masih asik menghirup aroma tubuh dari Vivi

"Janganhh" pinta Vivi, "aku masih sensitif hmm"

Mendengar ucapan dari Vivi, Rumi langsung menegak posisi tubuhnya dan menatap Vivi yang sedang berusaha menenangkan dirinya, "Vi" panggil Rumi sambil mengusap keringat di dahi Vivi, "lihat aku" ucapnya

Tanpa di minta dua kali, Vivi membuka matanya dan menatap tepat ke dalam mata Rumi yang kini juga sedang menatapnya, "apa?" tanya Vivi

Bukannya menjawab pertanyaan dari Vivi, Rumi mulai mengelus satu persatu bagian-bagian dari wajah Vivi, hingga tangannya berakhir di bibir Vivi.

"I love you" ucapnya dan secara tiba-tiba mencium bibir Vivi yang tampak memerah akibat pergulatan mereka beberapa saat yang lalu, namun kali ini bukan ciuman menuntut yang penuh nafsu, melainkan ciuman yang penuh kelembutan dan rasa sayang yang dapat Rumi salurkan.

"I love you, and I will forever be your husband"

💍

Rumi Tatap layar handphonenya yang menunjukan pesan masuk dari Niki.

Pasalnya sampai jam menunjukan pukul setengah enam sore, Niki juga belum pulang ke rumahnya, menimbulkan sedikit rasa cemas kepada Rumi.

[β] Four Wives | ENDWhere stories live. Discover now