50. Keracunan

10.6K 465 32
                                    

Juna mengerjap terbangun saat merasakan sesuatu yang basah di dahinya.
Tangannya terangkat untuk menyentuhnya. Ada handuk basah disana. Juna langsung mendudukkan dirinya dan menaruh handuk tadi di baskom yang ada di nakas.

Bersamaan dengan itu, Ishana masuk ke kamar membawa nampan.

"Makan dulu ya, aku bawa obat juga" ucap Ishana yang menyimpan nampannya di nakas. Dia mendekati Juna, tangannya terangkat menyentuh wajah Juna.
"Masih anget" ucapnya.

"Saya gapapa" ucap Juna.

"Semalaman kak Juna panas, menggigil. Gak sadar kan?" Ishana meraih mangkuk yang berisi bubur.
"Makan dulu" Ishana mengangkat sendok di depan mulut Juna.

"Saya bisa makan sendiri"

"Buka aja mulutnya" titah Ishana.

Juna pun akhirnya membuka mulut, dan Ishana berhasil menyuapinya.

"Aku udah sadar kak Juna pasti sakit sejak pulang sama Ayah dari kantor, tapi karna kak Juna gak ngeluh. Aku gak berani nanya. Dan kemarin juga lagi buru-buru" omel Ishana sembari menyuapi Juna.

"Gimana keadaan Jia?" Bukan menimpal ucapan Ishana, Juna malah menanyakan kabar adiknya.

Ishana menghela nafas.
"Jia baru aku antar makan, dia ditemani Ibu. Jia juga sakit. Gimana kemarin? San terlibat?"

"Iya. Dia keponakan Rafi"

Ishana terkejut.
"San? Kenapa Rafi melakukan hal sejauh ini"

"Dia bisa melakukan hal lebih jauh dari ini" Juna menatap lekat Ishana.

"Apa mereka juga bakal jahat ke aku?" Ishana bertanya dengan wajah yang mulai khawatir.

"Saya gak akan biarkan mereka menyentuh kamu. Selama kamu mau nurut sama Saya" tegas Juna dengan serius.

Ishana mengangguk paham.
"Aku akan dengerin apa kata kak Juna"

Juna meraih tangan Ishana.
"Kapan jadwal ke dokter? Maaf Saya lupa tanya"

"Besok"

"Saya ikut"

Ishana menganggukkan kepalanya lagi.

*

Juna ke kamar Jia ditemani Ishana. Dia melihat Jia yang duduk memeluk lututnya dengan pandangan yang lurus pada televisi didepannya, tapi pikirannya seakan kosong.

Juna duduk di ujung ranjang, menatap adiknya yang tidak menyadari kehadirannya. Sedangkan Ishana berinisiatif mendekat ke samping Jia, memanggilnya dengan lembut.
"Jia, ada kakak kamu" ucap Ishana mencoba menyadarkan Jia.

Tatapan Jia beralih pada Ishana, saat tersadar dia kemudian menatap Juna yang tak jauh darinya.

Ekspresi wajah Jia seketika berubah saat bertatapan dengan Juna. Jia kembali meneteskan airmata, wajahnya mengernyit dan jemarinya meremas selimut.

Juna menghembuskan nafas kasarnya. Matanya memerah, menahan amarah. Dia emosi pada dirinya sendiri sudah membuat Jia seperti ini.

Kemudian Juna beranjak menaiki ranjang, meraih Jia ke pelukannya.
"Maafin kakak" Juna terus mengecup puncak kepala Jia.

Jia kembali menangis dengan pilu.
"Harusnya aku dengerin kak Juna. Aku minta maaf. Aku minta maaf kak"

Airmata menetes begitu saja di wajah Ishana, melihat pemandangan dihadapannya.

"Aku gak akan keluar rumah lagi. Aku takut" Jia berucap dengan tubuh yang gemetar.

Rasa nyeri menyentuh ulu hati Juna.
"Kakak janji, kakak akan kejar siapapun yang melakukan ini, kemanapun mereka pergi"

With Or Without You ( WOWY )Where stories live. Discover now