43. Kecemasan

11.8K 530 13
                                    

Dua orang yang baru saja turun dari mobil tak jauh dari tempat mobil Juna berada, membuat Juna maupun Ishana menghentikan pergerakannya.

Juna mengeratkan genggamannya di jemari Ishana dan membuka pintu mobil. Kemudian menuntun Ishana agar masuk terlebih dahulu.
"Tunggu sebentar" titahnya.

Ishana mengangguk dan masuk ke mobil.

Dengan perlahan Juna mendekati Rafi yang tengah menatapnya dengan penuh seringaian dengan Lea yang berada di belakangnya.

"Apa kabar Pak Direktur?" Sapa Rafi.

Juna mengabaikan Rafi, dia alihkan tatapan tajamnya pada Lea.
"Apa kamu sekarang sudah seberubah ini? Menjadi pengikut orang-orang yang melakukan persekongkolan kotor? Lea?"

Rafi mendecih, sedangkan Lea yang daritadi bersembunyi kini perlahan melangkah menampakkan wajahnya dan menatap Juna dengan dingin.
"Apa maksud kamu? Emang apa yang aku lakukan? Kita gak pernah ketemu semenjak terakhir waktu itu, dan kamu menuduh aku seenaknya?"

Juna semakin mengerutkan keningnya.
"Saya bukan orang bodoh yang tidak tau kalau kalian berdua selalu berkeliaran di sekitar Ishana. Apa tuduhan Saya kurang jelas?"

"Juna, ini tempat umum. Semua orang bisa disini" ujar Lea dengan emosi.

Rafi kemudian terkekeh.
"Memangnya anda punya kekuasaan disini? Bisa mengatur siapa saja yang berkeliaran disini? Istri anda juga berteman dengan Saya, kenapa begitu cemas Pak Direktur terhormat" ujarnya dengan nada meledek.

Dengan langkah tegapnya, Juna mendekati Rafi. Tangannya terangkat menarik kerah kemeja Rafi, dan berbicara di hadapan wajahnya dengan penuh penekanan.
"Pasang telingamu baik-baik, bocah kemarin sore yang mencoba menyalakan api. Sebelum bertindak, sebaiknya perhatikan apa yang akan terjadi setelahnya. Jangan terlalu memaksakan dendam yang seharusnya tidak ada!"

Ishana terus melirik di jendela mobilnya, dia juga penasaran dengan apa yang terjadi di luar.

"Tidak ada? Begitukah?" Rafi hanya terkekeh.

"Turunkan tanganmu Juna!" Tegas Lea.

Juna kembali menatap Lea dengan rahang yang mengeras.
"Apa yang membuat kamu berpihak pada pria licik ini?" Bukan menurunkan cengkramannya, Juna malah semakin menarik kerah kemeja Rafi dan detik berikutnya Juna melayangkan satu tinjuan keras di wajahnya yang membuat Rafi tersungkur ke tanah.
"Itu untuk artikel bodoh yang kalian keluarkan!"

Lea meninju lengan Juna dan berteriak.
"Juna! Kamu gila?" Dia berjongkok menghampiri Rafi.

Rafi meringis dan mengelap sedikit darah yang keluar dari ujung bibirnya.
"Sial"

Juna mendecih melihat pemandangan di depannya.
"Lea, kamu akan menyesal jika ikut dengan mereka. Saya peringatkan dari sekarang, karna saya tau kamu terhasut oleh mereka"

"Kamu gak tau apa-apa soal aku! Buat apa kamu peduli aku terhasut atau nggak?!" Teriak Lea.

Rafi seketika bangkit dan ingin meninju Juna, tapi gagal karna Juna dengan tanggap menahan tangannya, mencengkramnya dengan kuat.
"Begini saja kemampuan anak kesayangan Pak Brian?" Ledek Juna, rahangnya kembali mengeras  dengan deru nafas cepat.

"Kak, udah" suara lembut Ishana dengan jemari yang hangat menyentuh lengannya, membuat Juna meredakan emosinya dan melepas cengkramannya pada tangan Rafi.

"Saya gak akan tinggal diam" telak Juna pada Rafi dengan penuh penekanan.
Dia kemudian menarik Ishana kembali menuju mobil.

Raut wajah Rafi kini menjadi dingin menatap punggung Juna. Lea pun menghampirinya.
"Sepertinya, sekarang harus lebih hati-hati" ucap Lea.

With Or Without You ( WOWY )Where stories live. Discover now