33. Obat

13.2K 539 30
                                    

Sedari bangun tidur sampai Juna mandi dan sudah siap untuk pergi ke kantor, dirinya tidak mendapati kehadiran Ishana sama sekali di rumah. Bahkan ponsel Ishana masih ada di nakas kamarnya.

Perasaan Juna sempat tidak enak, tapi lega kemudian setelah mendengar suara bising dari dapurnya.

Setelah berkaca dan selesai merapihkan bajunya, mata Juna tertuju pada botol obat yang dia ambil dari dapur kemarin. Di masukkannya botol obat tersebut ke dalam tas nya, lalu Juna keluar untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor.

Juna melangkah menuju meja makan, disana ada Ishana yang sepertinya baru membeli sesuatu dari luar. Juna mengeluarkan dehaman untuk menyadarkan Ishana jika dia berada di meja makan. Tapi nyatanya Ishana tidak mau menoleh sama sekali.

"Dari mana?" Tanya Juna.

Ishana diam merapihkan isi kulkasnya, tanpa menjawab pertanyaan Juna.

Juna mengerutkan keningnya.
"Ishana" serunya.

Lagi, Ishana menghiraukan Juna. Dan bukannya menyiapkan sarapan untuk Juna, dirinya malah melangkahkan kakinya menuju kamar.

Juna yang melihat gerak gerik Ishana langsung menyusul langkah istrinya tersebut, meraih lengan Ishana agar menghadap padanya.

"Bicara" ujar Juna dengan tatapan tajam dan alis yang tertaut.

Ishana menelan ludahnya dengan pahit, dia sama sekali tidak mau menatap Juna. Lengannya mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan Juna.

"Lepas" ucap Ishana.

Juna tetap dengan cengkramannya, tatapannya masih tertuju pada Ishana.

"Lepas!" Ucap Ishana meninggikan suaranya, kali ini dia memberanikan diri untuk menatap mata Juna.

Hatinya sakit tiba-tiba saat melihat mata Juna yang menatapnya dengan tajam dan dingin. Nafasnya memburu dan jantungnya berdegup dengan cepat, Ishana ingin sekali marah.

"Katakan, apa yang saya lakukan?" Tanya Juna.

"Yang kak Juna lakukan?" Ishana meledek dengan menyunggingkan senyumnya. Namun matanya yang berkaca-kaca tidak bisa berbohong jika dia menyimpan luapan emosi.
"Apa bener yang kak Juna bilang kalau Jia nginep di rumah temennya?"

Juna sudah mengerti arah Ishana bicara.
"Jia yang bilang?"

Ishana mendengus.
"Apa foto yang tersimpan rapih di ponsel kak Juna kurang untuk menjelaskan semuanya?"

"Foto apa Ishana?" Tangan Juna yang satunya meraih ponsel di saku celananya. Dibukanya galeri dan Juna langsung menggulir beberapa foto disana.

Sangat jelas terlihat foto Lea yang mencium pipinya dan memeluknya dari samping. Beberapa foto terlihat jelas jika Juna menutup mata dan tidak sadar. Dirinya benar-benar tidak sadar jika Lea melakukan itu. Yang dia ingat hanya kepalanya berat saat di sofa itu kemudian Juna tidak ingat apa-apa.
Juna segera menghapus foto-foto tersebut.

"Kenapa kak Juna bohong. Kenapa gak bilang dari awal. Kenapa mesti bohong" sendu Ishana.
"Kak Juna sendiri yang bilang dari awal, kalau kak Juna gak suka ada kebohongan di pernikahan ini. Tapi ini apa? Kak Juna sengaja gak bawa aku cari Jia, karna emang mau ke rumah perempuan itu?"

Juna melonggarkan cengkramannya di lengan Ishana.
"Saya bisa jelaskan"

Ishana memilih untuk menghindar, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.

"Ishana" seru Juna mencoba mengikuti Ishana, tapi Ishana bergerak cepat menutup pintu kamar dan menguncinya.

Juna mengatur nafasnya, berkacak pinggang.
"Ishana, buka pintunya! Apa orangtua kamu mengajarkan kamu bicara pada yang lebih tua seperti ini?!"

With Or Without You ( WOWY )Where stories live. Discover now