29. Kepergian Giandra

11.3K 491 14
                                    

Ishana maupun Juna berjalan dengan cepat menuju ruangan yang mereka tuju. Terlihat di depan pintu ruangan ada Razka yang sedang menunggu kedatangan Juna.
Mereka sama-sama masih mendengar isak tangis memilukan dari Lea di dalam.

Razka mempersilahkan untuk Ishana dan Juna masuk ke dalam.
Ishana pun mengekori Juna yang masuk terlebih dahulu untuk menghampiri Lea yang sedang memegang tangan Giandra dengan tangis pilunya.

Ada rasa nyeri di ulu hati Juna saat menyaksikan perpisahan terakhir antara Ibu dan Anak itu. Melihat tubuh Giandra yang begitu pucat membuat hati Juna berdenyut, rasa sedih menyeruak begitu saja.

"Lea" seru Juna sendu.

Lea dengan wajah sembab penuh dengan linangan air mata, menegakkan tubuhnya. Saat dilihatnya Juna berdiri tegak di belakangnya, dirinya pun berhambur begitu saja ke pelukan Juna. Lea menangis lagi sejadi-jadinya, seolah sedang mengadu jika dirinya merasa kehilangan.

Ishana yang melihat kejadian dihadapannya tidak bisa berbuat apa-apa. Dia memundurkan langkahnya perlahan. Meski hatinya sakit, dia merasa sekarang wanita yang sedang memeluk suaminya mungkin jauh merasa lebih sakit karna kehilangan putranya.

Dengan perlahan dan walaupun ragu, Juna tetap membalas pelukan dari Lea. Memupuk punggung wanita itu, sekedar menenangkan.
"Giandra sudah tidak akan merasakan sakit lagi"

"Aku belum ajak dia main keluar" ucap Lea dengan isak tangisnya.
"Giandra mau ke taman bermain. Seharusnya kemarin aku ajak dia keluar" lanjutnya masih dengan airmata yang terus mengalir deras.

Juna tidak bisa berkata apa-apa, dia juga merasakan sedih yang teramat dalam.

Hati Ishana mencelos, dirinya memilih untuk keluar ruangan dan duduk di kursi tunggu. Untuk saat ini, setelah melihat kesedihan di dalam ruangan itu, Ishana merasa salah telah datang dan ikut dengan suaminya. Tapi di sisi lain, Ishana juga turut berduka cita, dan ingin secara langsung mengatakan itu pada Lea meskipun dirinya tidak pernah menyukai wanita itu.

Razka yang baru saja mengurus keperluan jenazah, menghampiri Ishana.
"Bu Ishana, mau saya belikan teh hangat?" Tanyanya pada Ishana yang sedang menundukkan wajahnya.

Ishana mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis.
"Gapapa pak Razka, gak usah, terimakasih"

Pak Razka mengangguk.

"Kira-kira, siapa yang mengurus pemakamannya?" Tanya Ishana dengan hati-hati.

"Saya bu. Kayanya pagi hari besok"

"Terimakasih ya pak Razka" ucap Ishana tulus.

"Sudah tugas saya bu" ucap pak Razka.

Terlihat beberapa perawat masuk ke dalam ruangan.

"Saya permisi sebentar mau ke dalam ya bu" ucap pak Razka.

"Iya" jawab Ishana.

Ishana melihat jam di dinding rumah sakit, pantas saja dirinya merasa kedinginan. Ini sudah larut malam. Harusnya dia membawa jaket tebal.

Di dalam ruangan, Lea sudah sangat membaik tidak menangis histeris seperti awal. Juna dan Lea sedang mengenang Giandra untuk terakhir kalinya.

Perawat sudah berdatangan. Sekarang, Giandra akan di bawa ke ruangan khusus jenazah.

"Pak Juna" bisik Razka pada Juna.

"Hmmm?"

"Bu Ishana nunggu di kursi tunggu depan" lanjut Razka.

Hampir saja lupa, jika Juna membawa Ishana bersamanya. Dirinya pun bergegas keluar menghampiri istrinya.

Ishana tersenyum melihat Juna menghampirinya, dan duduk di sebelahnya.
"Lea udah baikan?" Tanyanya.

With Or Without You ( WOWY )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora