selingkuh

981 18 1
                                    

~⊙⁠෴⁠⊙~

~Agatha Glencia julia~

Gadis muda 19 tahun yang kerap di sapa dengan Julia turun dari lantai atas menggunakan tangga yang meliuk liuk sambil mengikat rambutnya jadi satu. Mulutnya tak henti mengunyah roti selai pisang yang ia ambil di meja makan dekat dapur. Setelah siap untuk berangkat kuliah pagi, ia mulai berteriak seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi.

"Mi..! Mami!!"

Teriaknya menggema di penjuru rumah. Siapa yang tidak kesal jika anak perempuan nya bertingkah berbeda dari umumnya anak perempuan? Sama halnya dengan nyonya Shireen.

"Julia, mami di dapur. Ngga usah teriak teriak, ini masih pagi"

Nyonya Shireen juga seperti biasanya mengomeli Julia sebagai rutinitas pagi. Papi juga sudah kelihatan batang hidungnya dengan setelan Jas kerja yang begitu rapi. Sayangnya pria tua itu tidak pernah mau memperbaiki dasinya sendiri.

"Ughhh, Julia ada kelas pagi nih Pi, lama banget mesra mesraan nya!"

Ledek Julia memutar bola mata nya jengah. Tiap pagi melihat suami istri itu memperbaiki dasi dan terlihat mesra. Giliran Julia yang ingin perbaiki dasi papi, pria tua itu langsung menolak.

"Cemburu ya? Makanya menikah!"

Lagi lagi papi mengungkit pembahasan malam itu. Dimana papi dan mami sama sama kekeuh dengan keputusan mereka untuk menjodohkan Julia dengan kenalan mereka. Se perfect apa sih laki laki itu? Pikir Julia.

"Sampai kapanpun, Julia ngga akan mau nikah muda! Perjalanan hidup ini masih panjang keles, norak banget nikah muda" oceh Julia mengibas ngibas rambutnya.

"Sampai kapan pun juga, papi ngga akan ubah keputusan papi untuk menjodohkan mu dengan dokter itu"
Kata papi.

"OMG, hellow! Papi ngancem Juli? Paling dokter kw doang. Ngga ngerti apa apa, papi ngga takut apa? Anak kesayangan papi ini menikah dengan dokter boongan!?" Ucap Julia angkuh.

"Ngga takut, pilihan papi sudah tentu perfect dan sempurna!"

"Perfect sama sempurna artinya sama" celetuk nyonya Shireen.

"Justru kamu yang ngga bakal nyesel? udah tampan, berwibawa, kharismatik, gagah berani, dokter, pokoknya sempurna lah" ucap papi panjang lebar. Memuja muja calon menantunya itu.

"Terserah papi deh, capek ngomong sama papi ngga bakal ada ujungnya!"

Papi tersenyum miring dan seperti biasanya ia juga selalu menang kala berdebat dengan Julia.

Sadewa dan Julia sama sama sarapan di meja makan. Telinga Julia mulai panas saat papi masih saja membahas perjodohan itu. Rasanya selera makan telah hilang ketika perjodohan sudah menjadi topik pembahasan.

"Bisa ngga sih Pi, ngga usah bahas soal perjodohan terus?"

Julia menghentikan makannya. Ia tatap wajah papi yang sangar di sisi lain meja. Pria tua itu hanya memicing mata tak menjawab.

"Aku ngga suka di jodohin kayak gini. Hidup sekarang ngga kayak jaman papi mami dulu, kalian ngga mikirin perasaan Juli apa?"

Papi mengunyah sisa makanan yang ada di atas piring nya. Menghela nafas lalu buang. Julia masih dengan wajah masam tak berselera dan papi akan segera memulai ceramah panjangnya.

JODOHKU BOCIL TANTRUM Where stories live. Discover now