- PART 10 -

1.1K 121 33
                                    

Happy weekend, guys~

- PART 10 -

Risty langsung dilanda kepanikan yang terasa sangat besar setelah mendengar ucapan Arsyad sore tadi, karena pria itu sedang tidak ingin dibantah. Sehingga ia pun sudah tidak bisa lagi mengulur-ulur waktu seperti sebelumnya.

Dan tadi pria itu juga sempat mengatakan kalau dia akan datang setelah isya, itu artinya sekitar pukul setengah 8 malam. Benar-benar lebih awal. Padahal, sebelumnya pria itu baru datang ke kamarnya sekitar pukul 10 malam-an. Bahkan saat pertama kali, Risty sampai harus dibuat menunggu terlalu lama. Karena Arsyad tak kunjung muncul di kamarnya, hingga membuat Mayra harus mengoceh terlebih dahulu serta memarahi pria itu di depan pintu kamarnya yang terbuka.

Saat itu Risty dapat mendengar suara mereka dari arah dalam. Tetapi, ia sama sekali tidak berkomentar. Apa lagi ikut campur. Karena malam itu ia hanya duduk menunggu di atas ranjang.

Risty lantas menghubungi nomor ponselnya Karlina. Karena sekarang ia sedang butuh teman bicara, supaya hatinya berhenti merasa gelisah.

Namun, panggilan itu langsung di-reject oleh sepupunya. Membuat Risty terhenyak tak percaya, tapi setelah itu sebuah pesan singkat tampak muncul di sana.

Alin Cantik
Jangan nelpon dlu, ege

Dan sebelum Risty sempat mengetik balasan untuk bertanya, Karlina tampak sudah lebih dulu mengirimkan sebuah pesan lagi kepada dirinya.

Alin Cantik
Gue lgi di rmh lo, nanti smua org malahcuriga

Risty langsung menggigiti bibirnya. Ia jadi menyesal karena sudah berbohong untuk menjadi TKW di luar negeri kepada sang ibu dan kedua adiknya. Karena sekarang ia tidak bisa menghubungi Karlina dengan leluasa seperti biasa.

Seharusnya ia mengatakan kalau dirinya akan menjadi ART di luar pulau saja. Jadi, ia masih bisa menghubungi Karlina dengan bebas tanpa perlu membuat keluarganya jadi merasa curiga.

Sekarang, Risty jadi berpikir untuk mengunci pintu kamarnya setelah ia selesai makan malam. Karena dengan begitu, ia masih bisa mengulur waktu, kemudian beralasan jika ia ketiduran hingga tidak bisa membukakan pintu untuk Arsyad.

Risty rasa ... itu adalah ide yang bagus.

Sayangnya, ketika saat itu tiba, Arsyad malah nekat terus menggedor pintu kamarnya. Hingga tak segan-segan untuk memberikan ancaman dari arah luar.

“Risty, kamu mau buka pintunya, atau pintu ini akan saya dobrak?“

Nada suara Arsyad terdengar sangat dalam, bahkan terselip nada kesal yang tidak dapat disembunyikan. Membuat Risty jadi merasa ketakutan, tapi tetap bergeming di atas ranjang.

“Kalau pintu ini beneran saya dobrak, maka kamu sendiri yang harus memperbaikinya, dan malam ini kita tidur tanpa pintu biar ditonton oleh semua orang.”

Risty rasa Arsyad sedang tidak bermain-main dengan ucapan pria itu barusan, sehingga ia pun cepat-cepat turun dari ranjang dan segera membukakan pintu kamar.

Saat itu Arsyad langsung menyipit tajam, lalu melewati Risty begitu saja.

“Kunci pintunya,“ suruh Arsyad sembari berjalan. Sedangkan Risty hanya diam saja, tapi ia menuruti perintah pria itu barusan. Ia lantas menutup pintu itu secara perlahan.

Namun, Arsyad yang sudah duduk di ujung ranjang, tampak mendengkus kesal begitu melihat Risty yang sepertinya sengaja untuk berlama-lama agar bisa tetap berdiri di sana.

“Bisa gak sih kamu ngunci pintunya?“ tanya Arsyad dengan sangat kesal, karena kelakuan Risty sangat menguji kesabaran dirinya.

“Bisa kok, Pak. Ini udah saya kunci.” Risty menjawab pelan sambil benar-benar mengunci pintu itu dengan rasa terpaksa. Kemudian berbalik badan, terlihat ragu untuk mendekati Arsyad yang sedang duduk di ujung ranjang.

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang