- PART 01 -

2.8K 191 17
                                    

Aku balik lagi dengan cerita yang paling baru yang aku simpen di draft.

Sebenernya aku punya 2 versi buat cerita ini, tapi ternyata versi pertama malah bikin aku stuck. 3 bab awal aja yang lancar, tapi habis itu beneran mandek. Enggak bisa lanjut.

Tapi, sayang kalau nama tokoh, judul, & covernya malah gak kepake. Jadi, aku buat versi yang ini. Semoga bisa selesai sampe akhir.

Happy reading!

***

“Sumpah ya, gue enggak ngerti sama problem orang kaya.”

Risty yang mendengarnya, sontak memandang ke arah Karlina, kemudian bertanya. “Kenapa?”

“Nih, ada ibu-ibu nyasar yang lagi butuh cewek buat jadi istri kedua.“ Karlina tampak menunjukkan layar ponselnya sekilas ke arah Risty yang sedang duduk di seberang meja. “Katanya, yang subur dan bisa kasih keturunan. Nanti dibayar mahal.”

“ ....”

“Heran, orang kaya kok nyarinya malah perempuan panggilan?” sambung Karlina sembari terkekeh pelan. Kemudian sadar, tidak ada wanita baik-baik—dan waras—yang mau menjadi madu bagi seseorang. Apa lagi hanya demi sejumlah uang. Memang paling tepat mengiming-imingi perempuan panggilan.

Namun, tanpa diketahui oleh Karlina, Risty malah sibuk berpikir sambil terus menyantap mie rebus miliknya.

Sementara itu, Karlina yang merelakan sisa stok mie instan terakhir di rumah susun sepetaknya untuk dimasak serta disantap oleh Risty karena ia sudah sempat makan di luar, kini mulai sibuk menawari ‘pekerjaan’ tadi kepada beberapa teman sejawatnya. Siapa tahu salah satu dari mereka ada yang berminat, dan ia bisa jadi ikut terkena cipratan uang karena telah memberikan informasi itu kepada mereka.

Karlina tampak tersenyum dengan penuh muslihat sembari terus mengetik balasan untuk beberapa respon yang diberikan atas informasinya barusan.

“Memangnya berapa bayarannya?“

“Hah?”

“Bayarannya berapa?“ ulang Risty pada Karlina. “Buat jadi istri kedua,” sambungnya yang semakin memperjelas. Membuat Karlina sontak terduduk tegak, tampak sangat terkejut dengan pertanyaan sepupunya itu barusan.

“Kenapa?! Elo berminat?!“ tanyanya yang masih terhenyak. Karena Risty ini adalah gadis baik-baik. Tidak seperti dirinya yang pernah menjadi sugar baby.

Risty mengangkat bahu. “Mau gimana lagi. Lo bener, semua orang butuh duit.”

Tadi Karlina memang sempat mengatakan hal itu tak lama setelah Risty bertanya apakah teman perempuan itu ada yang bisa meminjamkannya uang. Karena terakhir kali mereka bertemu, Karlina mengatakan kalau ia akan membantu Risty mencari pinjaman.

Namun, ternyata sepupunya itu tidak berhasil membantu dirinya. Karena semua orang butuh uang, dan mereka tidak bisa meminjamkan uang itu kepada Karlina untuk sekarang. Kalau mau, tunggu sekitar dua mingguan lagi, atau saat awal bulan sekalian. Sedangkan Risty membutuhkan uang secepatnya. Apa lagi ibunya butuh berobat, dan kedua adiknya tak lama lagi akan segera ujian. Keduanya sudah sama-sama ditagih oleh pihak sekolah. Karena SPP harus dibayar, atau mereka berdua tidak akan mendapatkan kartu ujian. Risty tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi, apa lagi kepada adik bungsunya. Karena adiknya itu sudah kelas 6.

“Gue tahu lo lagi pusing, tapi jangan begini juga dong.”

“Kenapa?“

Karlina langsung mendengkus tak percaya. Karena anak itu masih bertanya ‘kenapa’.

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang