22▫️ Cupcake

51 13 0
                                    

Dilan sudah dua kali bertanya pada Haru, dari mana uang yang ia pakai mentraktir temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilan sudah dua kali bertanya pada Haru, dari mana uang yang ia pakai mentraktir temannya. Namun Haru belum menjawab pertanyaan nya.

"Ru, pasti kau meminjam uang lagi kan?"
Tebak Dilan.

Haru memilih diam, Karena uang itu bukan lah hasil pinjam.

"Lagi pula, jika memang kamu baru jadian dengan seseorang. Tidak seharusnya kau traktir mereka, kasian orang tua mu, Ru. Mereka memberimu uang untuk kebutuhan mu sehari-hari. Ya, memang berbagi itu baik. Tapi Ru, kau berlebihan. Meminjam uang hanya untuk traktir."

Haru menunduk dan masih membisu. Dilan melihat Haru di depannya. Haru yang masih berumur empat belas tahun itu, masih terlihat polos. Dilan merasa heran bisa-bisa nya Haru lebih berani mengatakan cinta di banding kan dirinya.

"Ru, lain kali jika kamu kehabisan uang. Jangan pinjam pada orang lain, minta saja padaku. Tapi hanya untuk kebutuhan mu saja."

"Muhun, A."

Dilan mendengus menghadapi Haru, karena sudah membuat kesalahan

Hari sudah semakin sore, Leon menaruh dua tangannya di pinggang sembari mendongak kan kepala, hingga kulit belakang lehernya sedikit mengerut seraya menghirup udara dari mulut. Secara bersamaan, ia menurunkan lengan, meluruskan kepala dan mengeluarkan udara dari mulut.

Entah sudah berapa lama ia menunggu pintu toilet di depannya, belum saja terbuka.

Di sana ada enam toilet berjejer, namun semua itu sedang di pakai.

Bahkan Leon tak sendirian mengantri di sana. Kini ia berdiri di depan toilet urutan dua dan dari tiga sampai enam sudah ada yang mengantri, kecuali toilet urutan satu.

Pintu toilet urutan tiga dan empat terbuka, dua orang santri selesai mandi. Dua santri yang sudah mengantri pun langsung masuk ke dalam.

Di luar, tinggal Leon serta dua santri lagi yang mengantri.

Satu orang datang dan mulai mengantri di depan pintu toilet urutan satu. Leon menoleh, seketika badannya menjadi kaku melihat Dilan di sebelahnya.

Semenjak bertemu kembali dengan sahabat nya itu, Leon selalu kaku dan berat untuk sekedar menyapa pada Dilan.

Leon melihat wajah dingin Dilan, tampak terlihat seperti masih memendam rasa marah padanya.

Leon berpikir, ia tidak boleh berlama-lama diam seperti ini. Ia harus memperbaiki persahabatan nya yang sudah satu tahun hancur karena kesalahpahaman dan kekecewaan.

Mungkin karena kebetulan ini, ia kembali ke pesantren. Takdir mempertemukan nya lagi dengan Dilan yang hampir satu tahun hilang kabar.

"Di-" baru saja Leon mulai berkata. Namun pintu toilet urutan satu terbuka, seorang santri di dalamnya keluar dan Dilan pun masuk ke dalam toilet itu.

Gadis yang Berbeda (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang