Tell Me What You Feel

1.3K 222 30
                                    

Pagi guyssss

Hehe, iya aku nongol😒😒
Biasa aja jan balek ngambek sama yg nulis😒

Namanya juga orang nyari uang sehari-harinya, kan kadang suka sibokkkkk😭😭😂😂

Anyway, spoiler.

I actually wrote alotttttt, like 6 or 7 seven chapter ahead. Sebenernya udah dari kapan nulis tapi gak ada kesempatan buat ngedit.

Karna hari2 ini aku ada waktu makanya pelan2 aku update ya.

APA??! MALAM PERTAMA???!!!

ADA! TENANG AJA DASAR LU YE MESUM!




“Kak.” Becky menoel pinggang Freen. Melepaskan pandangan serius si dia yang menjurus jelas pada Calonnya Aliyya.
Sangat absurd. “Kenapa pakai tatapan begitu?” karena kelihatan galak. Jadi Becky meski bangunkan Freen dari kelewat wajah seriusnya semenjak masuk dan duduk di meja tamu.

“A-ku ... Cuman melihat.” Freen tersenyum kecil untuk menutupi kebohongan. Yang buat Becky malah jadi semakin menaruh curiga akan betapa aneh senyum yang ditampilkan dirinya.

“Kakak bahkan tersenyum penuh bohong.” Nanti akan dibahas kalau sudah sampai rumah. Sebab Becky akan menikmati acara ini bersama Aliyya dan para sahabatnya.
Tak lupa bercengkerama panjang ala para wanita, dengan Freen sebagai tukang foto sang Istri bersama teman lain dalam ponselnya.

“Kau ingin bicara?” Friend berbisik di dekat Freen. Yang masih tersenyum memandangi wajah senang dalam setiap foto dalam ponselnya. Namun senyum itu segera memudar setelah mendengar siapa yang bicara.

“Kau yang ingin bicara. Bukan aku.” Freen mencoba acuh. Hendak hampiri Becky dan akan terus menempel di belakang sang Istri—sebab ia tak kenal semua orang disini. Dan tidak menginginkan keramaian dalam kesendirian padahal ia datang berdua dengan gadisnya.

“Jangan menghindar dan bicaralah.” Friend tanpa basa-basi menggapai lengan wanita lebih tua. Menyeretnya secara sembunyi-sembunyi ketika para perempuan kini sibuk dengan acaranya.

Ia hanya perlu beberapa menit sampai Aliyya sadar kalau dirinya tidak ada. Jadi cuman keluar sebentar di dekat pintu masuk. Sedikit memojok di ujung kegelapan lampu, Friend tak ingin orang-orang menyadari apa yang mereka coba obrolkan.

“Kau masih hidup?” Ia akhirnya bicara. Melihat Freen yang sehat, bahkan hidup dengan seorang Istri cantik yang tentu kelihatan bahagia.

“Kau menginginkan aku mati?” Freen melirik dengan galak. Lalu lepaskan pandang untuk menatap tanaham hias yang terpajang di sudut-sudut tembok.

ConnectedWhere stories live. Discover now