The Forbidden

1.5K 233 35
                                    

Pagyyy guysssss😒😒😒

Masih dalam mode ngambek tapi tetep nuliskeun😒😒😒

Selamat pagiiiii have a nice dayyyyyyy😒😒😒
Happy reading😒😒

Love you all😒😒





“Kenapa kau serius sekali?”

Ngik ... Ngik ... Ngik ...

Suara jangkrik di luaran terasa menggemas dengan bising, padahal tangan kiri Becky hendak saja mau buka pintu. Malah tertahan karena harus lemparkan pandang pada si orang tua yang entah, apa sih dia ini begitu menyebalkan!

“Kakak betul-betul sangat menyebalkan. Apa Kakak tidak tahu? Aku masih menimang-nimang keputusan untuk lanjut kuliah keluar negeri karena tidak ingin meninggalkanmu sendiri. Aku tidak tega kalau hidupmu harus begitu kesepian dalam berapa tahun ke depan. Meskipun aku tahu kalau pilihan ini tidak penting bagimu. Tapi penting bagiku karena aku masih ingin sekolah dan menikmati umur sehatku.”

Ternyata sudah segini seriusnya. Freen untuk berapa saat hanya diam dengan bingung. Tampakkan wajah datar tanpa perasaan. Ia malah berkata, “aku tidak menghambatmu untuk pergi. Kalau masih ingin sekolah, silakan lanjutkan. Semua itu keputusanmu. Kau tidak perlu khawatir akan hidupku.”

“Tentu saja aku khawatir!” Becky berteriak hampir menggebrak tangan pada jendela. Entah kesal datangnya darimana, kemarahan itu meluap menjadi buih panas yang keluar lewat mulut.

Dengan bibir bergetar menahan tangis dan kesal, Becky mesti lanjutkan kalimat, “Kakak jarang makan, tidak suka berinteraksi dengan orang lain, terlalu menutup diri, dan kalau kau mulai sendirian. Entah apa yang bakal Kakak lakuin sama hidup. Apakah bakal melakukan percobaan lagi, ataukah menyengsarakan diri. Aku tidak bisa menebak apa yang bakal Kakak lakuin.”

“Aku tidak akan bunuh diri lagi.”

“Aku sekarat saat Kakak sekarat. Apa kau tidak paham?” rasanya sangat menyakitkan hingga Becky bahkan berpikir lebih baik cepat mati daripada harus menanggung kesakitan yang ia alami.

“Aku paham.”

“Jadi Kakak paham soal itu? Bagaimana kalau soal perasaan? Apa Kakak tahu kalau Kakak sudah membuatku begitu berharap?”

“Berharap soal apa?” masih dengan nada dan wajah datar, Freen akan mendengar semua keluh kesah bayi kesayangannya yang tampak sedikit murka.

I love you, Kak! You’ve made this feeling grow by doing little things! And I become so desperate and impatient because of the kiss that you did a minutes ago. While you said something hurts me, I’ll the one who say it without hesitant.” Kalau pakai bahasa Indonesia, Becky takkan kuat. Ia takut sudah menangis dan lari karena sakit hati. Please, make-up dan dress cantiknya tidak boleh dilupakan. Meskipun pikiran sudah membubuh tinggi kalau Freen mungkin bakal jawab dengan kata tanpa hati.

“Kau ... Mencintaiku?” Bola mata Freen berputar-putar dengan sedikit terkejut. Menatap wajah manis itu dengan menerka. “Sejak kapan?”

It doesn’t matter when! You don’t love me the same way anyway.” Sejak bertemu di rumah sakit, saat dia memberi hadiah, bunga, boneka, ataupun ketika dia membantu pakaikan helm untuknya. Terlalu banyak momen untuk dibicarakan, tapi kalau ia katakan. Bakal kerasa percuma dan mungkin cuman menyisakan sebuah luka tanpa asa.

“Aku ingin tahu.” Freen ingin tahu sejak kapan. Tapi gadis itu memilih bungkam. Melengoskan kepala lalu dengan cepat membuka pintu mobil untuk keluar.

Dari caranya menutup pintu dengan kasar. Freen segera menyusul keluar, ia lebarkan tangan untuk meraih tangan mungilnya. Menahan gadis itu dengan mengurung antara tubuh dan mobil. Ia takkan biarkan dia pergi kemana-mana dengan semua emosi ini.

“Lepaskan.” Becky memukul dada Freen dengan kesal. Ia ingin pergi karena malu, sakit hati, dan harga diri.

“Jangan tantrum.” Freen mendekap Becky dalam satu pelukan hangat. Mencegah dia kembali memukul apapun yang dipegangnya.

Becky ingin sekali teriak dan kembali memukul. Seolah suaranya ditelan pengapnya udara. Ia cuman bisa teteskan air mata dengan kepala menolak menatap.

Kalau bisa ia akan bilang, aku benci sekali telah merasakan perasaan ini. Menyesal kenapa harus denganmu. Kenapa mesti kamu yang mendapatkan sementara kau tidak mengharapkan.

Tapi ia cuman bisa diam sambil menutup mata. Menghirup aroma parfum hangat yang menguar dari kemejanya. Terasa makin mengiris luka, takut kalau wanginya menjadi kenangan yang bakal selalu ia ingat sepanjang masa.

Freen tetap memeluk erat. Bahkan ketika gadis itu tidak membalas dengan menahan kedua tangan antara dada. Ia akan mendekap sampai dia betulan tenang.
Hanya untuk bisa bernapas dalam kedekatan. Freen mungkin harus bilang yang sesungguhnya;

I’m sorry.” Freen berbisik ditelinga. Napasnya menyapu dahi kiri Becky dengan sangat menggelitik. Suaranya merdu, seperti kicauan burung yang tak pernah kau dengar sebelumnya.

You are the rare color that I wouldn’t find on any scenery.” Lalu menarik wajah untuk dekatkan pada gadisnya yang tampak enggan menyapa. Tatapannya turun ke bawah, sementara ia mencoba mencari segala perhatiannya.

You are the forbidden fruit that I wouldn’t dare to taste. Because I know, once I felt it. I never let go of it.” Ketika itu Becky mendongak wajah, berikan tatapan permata diantara lampu di atas mereka. Tapi ia meraih bibir kemerahan itu untuk dihancurkan lukisan merahnya.

Freen menekan mulut, menarik bibir, dan memutar kepala hanya untuk memperdalam semua yang ia inginkan selama ini.

Membiarkan tenggelam dalam ciuman yang tak harus menjadi sebuah bayang penuh terlarang.

The forbidden thought.

Yang selama ini menahan ketika ia melihat betapa muda Becky, dan betapa terlalu tua dirinya. Menjadi sebuah perasaan dosa ketika ia berharap lebih dari yang sudah surat Sah itu lakukan pada hubungan mereka.

Tit!

Suara menggema parkiran berhasil kagetkan kedua romansa diantara mereka. Memaksa harus terlepas sementara yang perempuan langsung balik muka dengan wajah memerah. Hindari siapapun itu lampu mobil yang tengah menyorot aksi dari keduanya.

“Kita sudah menikah.” Freen bilang ketika mobil itu memarkir tepat di sebelah dengan kendaraannya. Tak lupa tunjukkan jari manis dirinya dan milik Becky—yang masih coba sembunyikan muka dengan satu tangan lain.

“Aku tahu kalian sudah menikah.” Ternyata Aliyya.

Yang buat Becky langsung tampilkan muka sekaligus perlihatkan bibirnya yang telah porak poranda akhibat kelakuan dari suaminya.

“Setidaknya jangan ciuman di tempat seperti ini. Dan membuat cemburu siapapun yang melihat. Dasar pengantin baru.” Aliyya mengejek sambil melangkah mendekati sahabatnya sejak SMA. “Babe, your lipstick are smudge.” Ia menunjuk pada bibir.

Hingga membuat Becky panik dan ketakutan. Astaga! Sampai bagaimana tadi berciuman sampai lipstiknya kemana-mana?

Becky menyingkirkan Freen dari dekatnya untuk berkaca pada mobil, yang tampilkan kerusakan warna merah pada seluruh mulut. Lalu memandang sejenak kalau sebagian lipstik itu juga menempel pada bibir Freen sekarang.

Ya ampun, malunya. Untung yang lihat cuman Aliyya.

“Ayo, babe masuklah. Biarkan para gentle men ini mengurus diri mereka.” Aliyya segera menyeret Becky masuk ke gedung sebelum gadis itu berhasil menemukan lipstik dalam tas yang dibawa.

“Ta-tapi—“ Becky dibuat lebih malu ketika Aliyya menyeret tangan, ia melihat calon tunangan Aliyya yang baru keluar dari mobil dengan senyum penuh goda. Ternyata bukan cuman satu orang yang melihat.

Sialan. Dua kali lebih malu!

Freen tidak mencegah saat Becky diseret oleh teman sesama perempuannya. Ia cuman bisa menatapi gadis itu pergi masuk dan hilang dalam ruangan gedung. Meninggalkan dirinya dengan suara tawa kecil yang tampak familier di telinga.

“Kalian sangat mesra, ya?” suara itu bicara, lalu hendak menyapa saat senyumannya segera memudar setelah tahu wajah siapa yang terpampang di depannya.

“Freen?”

Ada jeda sekian detik. Sampai mulut Freen membuka dengan pelan, gumamkan namanya dalam auman penuh wajah keseriusan. “Friend.”

Mata itu bertemu, menatap satu sama lain. Yang satu masih terkejut, sementara yang lebih tua tampak tenang meski dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Meskipun mana tahu, dalam hati mungkin bergejolak penuh emosi. Ataukah pertemuan mereka merupakan sebuah bencana yang tak terduga.

ConnectedUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum