Live With The Older One

1.5K 227 26
                                    

Selamat!

For the double update today!😂😂

Because I was gone too long. I will slowly catch up, tapi tetep pake mood nulis, kalo gak mood. Ya gak ada bunyi notif buat kalean😂😂

Met malem guys. Selamat istirahat, akoh mau nyuci duluuu....

 Selamat istirahat, akoh mau nyuci duluuu

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Kucingnya capa iniiiiii meongggggg

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Kucingnya capa iniiiiii meongggggg




Becky menguap lebar dengan tangan di mulut, meregang semua otot tangan hingga terlentang ke atas. Lalu melekkan sedikit mata untuk kemudian bangun dengan sedikit pandangan terbuka. Berjalan dengan pelan untuk buka pintu—lupa kalau semalam telah dikurung dengan paksa dan terbuka tanpa bertanya-tanya.

Rutinitas paginya setelah regangkan sedikit otot meskipun mata masih setengah nyawa. Becky akan hapalkan untuk ke kamar mandi dahulu. Menutup pintu lalu nyalakan kran air untuk menyiram wajah demi mencari kesegaran. Lalu habis itu ke toilet untuk—

“Hua!!!”

“Hah!!!”

Keduanya hampir terloncat dari tempat masing-masing berada. Freen bahkan hampir lemparkan ponselnya sampai ke luar jendela saat ia tengah menikmati menunggu apakah dia akan buang air besar ataukah hanya ingin kencing belaka sambil mainkan ponselnya.

Saking asik sendiri, ia bahkan tidak tahu mengunci pintu dan sama sekali tak sadari bahwa si bayi telah keluar dari kandang kecilnya.

“Kakak! Kenapa kamu disini?!” sambil pegangi dadanya yang takut lepas sampai alam baka, Becky berbalik dengan satu tangan lain menutup mata. Mencoba lupakan melihat Freen yang telah pelorotkan celana hingga menyentuh lantai—meski merasa beruntung kalau ia tak melihat apapun dibalik baju kebesaran yang dipakai Suaminya itu.

“Justru aku yang harusnya tanya kenapa kamu masuk kesini?!” Freen sebenarnya berkeringat dingin karena panik dan malu. Ia ingin tenggelamkan seluruh tubuh dengan semen dan bersembunyi dalam tembok kalau bisa. Tapi posisi tidak menguntungkan ini jelas membuatnya susah mengelak dan hanya bisa tetap duduk sambil mencoba menaikkan celana agar si dia tidak melihat bagian kedewasaan miliknya.

“Aku mau ke kamar mandilah!” Becky membela diri, dengan kaki menghentak kesal. Kenapa dirinya ini juga asalan masuk saja. Tidak sangka kalau si Tua bakal berada di dalamnya.

“Setidaknya kamu mengetuk dulu sebelum masuk apakah ada orang di dalamnya atau tidak!”

“Kakak juga! Kenapa tidak kunci pintu! Mana tahu kalau ada orang di dalamnya!”

“Aku biasa tidak kunci pintu karena selama ini hidup sendiri! Kamu tidak bisa langsung salahkan aku soal ini!”

“Kenapa kakak beralasan terus?!”

“Mana ada aku beralasan! Itu fakta!”

“Dasar si Tua mesum!” Becky ingin sekali melempar barang satu botol saja ke arah suami yang mungkin tidak berani gerak dalam posisinya. Tapi ia lebih memilih untuk keluar pintu dan menutup dengan galak. Meninggalkan Freen di dalam sana dengan teriakan tidak suka.

“Hei!”

Dasar bocah!

Semalam sudah susah dibuat tidur karena kelakuannya! Sekarang pagi juga dia sudah bertingkah!

Tahu tidak? kalau bocah bayi itu membiarkan suami Tua yang mungkin punggungnya patah kalo naena. Untuk tidur di lantai seperti pelayan kerajaan jaman penjajahan, hanya karena semua boneka kecil-kecil printilan macam eek kucing itu menguasai hampir seluruh tempat tidur.

Hah. Mengesalkan.

“Kakak jangan lama-lama di kamar mandi!”

“Hei!”

Freen sampai terlonjak dari lamunannya gara-gara suara si bayi.

Tidak habis pikir.

Meski kesal, Freen pada akhirnya cepat-cepat mandi. Menggerutu sambil keramas, untung saja kedua orang tua Becky telah pulang sejak subuh.

Jadi tak lihat tingkah mereka yang kucing-anjing begini, tidak menjadi bahan gunjingan.

Tahu kan siapa jadi kucing dan siapa yang anjing?


~~*~~


Becky mengepul napas keras. Berkaca dengan wajah masam sambil tangan menyisiri rambut panjangnya yang mulai rontok.

Ya ampun, pasti karena hidup sama orang Tua macam kayu bangka, makanya rambut pun ikut stress dibuatnya.

Kau tahu?

Hidup sama orang jauh lebih dewasa memang gampang-gampang susah.

Gampangnya? Kamu tidak perlu khawatir tidak bisa masak, siapa yang ganti lampu, betulin pintu rusak karena tidak sengaja ditendang, ataupun benerin kabel saat tangan yang disebut Suaminya Oon ini, telah membuat satu dari segala banyaknya kesalahan.

Dia, si Tua Kayu jati bin kayu bangka bukan kayumanis dengan wajah kaku tanpa senyumnya. Bakalan bisa apa saja.
Serius, Freen sangat multiguna seperti makhluk yang telah tinggal lama dibumi dan telah melakukan banyak hal dalam hidupnya.

“Becky, ini hanyalah hal sederhana. Kalau kau tidak bisa melakukannya. Belajarlah, sedikit demi sedikit. Memasak, melipat pakaian, ataupun mengganti sprei adalah ilmu nyata. Kau bisa melakukan kalau sudah terbiasa.”

Begitu katanya. Saat Becky hanya menggantung balik—masuk ke lemari tanpa dilipat semua pakaian Freen hingga pintunya tak bisa ditutup karena saking penuh isinya.

Bukan cuman bicara, Freen juga mengajarkan Becky bagaimana cara melakukan. Dari melipat, menyetrika, atau mengelap meja.

Dia mungkin sangat memaklumi hidup Becky yang serba dimanja, anak tunggal kaya raya yang manis jelita tapi tak tahu hal dasar bagaimana mengurusi rumah. Padahal itu juga sebagian dari bertahan hidup sebagai manusia.

Kadangkala Freen suka marah, tapi juga tak bisa apa-apa kalau Becky mulai merengek sambil meminta maaf. Jadi selain sabar, yang lebih tua akan jauh menerima lagi.
Kalau lagi baik, Freen malah jauh lebih diam dari biasanya.

Itu adalah satu dari sekian sulitnya hidup sama orang yang lebih dewasa.

Karena katanya, mereka yang dewasa. Hanya bicara seperlunya, sepentingnya, dan semaunya saja. Terbukti kalau Freen salah satu dari makhluk seperti itu.

Belum lagi, Becky selalu bingung kelimpungan jika Freen tiba-tiba pulang bawa sesuatu untuknya.

Apapun, mau itu roti bakar, martabak, nasi goreng, ataupun boneka beruang seukuran tangan. Dia sangat random.

Malam ini saja, dia bawakan bunga untuknya, tapi wajah dan mulut itu. Terpajang tanpa ekspresi maupun kata.
Kayak, nih pegang. Tidak tahu itu bunga maksudnya dikasih untuknya atau hanya dipajang buat vas bunga. Jadi yang manaaa?

“Ini buatku?”

“Buat tetangga.” Masih tanya. Freen memutar mata lalu memutar langkah untuk masuk kamar. Mengabaikan rasa gugup sebab ia tak pernah berikan bunga pada siapapun.

Untuk kesekian kali. Freen kalau habis berikan sesuatu, pasti setelah itu orangnya kabur. Entah itu masuk kamar atau mengurung diri dalam studionya yang seperti goa pribadi itu.

Semenjak mereka menikah Sah dan hadiah satu set perhiasan yang selalu ia kenakan satu dihari ini dan satu dihari lain. Ia menyadari kalau Freen bertingkah demikian setelahnya.

Entah apa itu maksudnya. Kalaupun ditanya, dia bakal beralasan jauh lebih aneh seperti;

Itu tukang Nasgornya mau tutup jadi aku beli sekalian.”

Itu tempat martabak kelihatan sepi makanya aku beli.”

Itu ada orang lewat jualan gulali mau pulang dan tidak sengaja beli.

Tidak sengaja beli katanya, kayak. Eh uangku jatuh dan dipungut sama abang tukang gulali, tapi bukan kasih balik uangnya malah jadi barter beli makanan. Begitu?

Kadangkala kayak alasan lain lagi;

Tadi iseng main mesin capit karena banyak receh di kantong.” Saat Freen berikan sekresek boneka-boneka kecil pada Becky yang melongo melihat darimana gerangan dapatkan mainan dan gantungan boneka ini?

Iseng kata dia? Tapi dapat sebanyak ini?

Pokok alasan ada saja. Meski heran dan bingung, pada akhirnya Becky akan dengan senang menerima. Dan membalasnya dengan bilang makasih sambil peluk sebentar suaminya yang kaku macam paku.

Bulan pertama dia memang diam-diam bagai beruang hibernasi. Tapi hampir dua bulan ini. Dia perlihatkan juga sikap aslinya yang suka ngigo keras sampai kedengaran kamar sebelah. Bahkan mengetuk pintunya tengah malam dan bilang minta pelukan.

Dan tahu apa yang aneh?

Dia ternyata tidur berjalan. Dan sama sekali tidak ingat apapun tingkahnya saat ditanya esok pagi kemudian.

Tok tok tok...

Becky melek.

Sudah menaruh curiga kalau ketukan pintu itu pasti perbuatan si Tua yang tidur sambil berjalan.

Sambil menghela napas, ia keluar dari selimut nyaman demi bukakan pintu dan melihat akan bagaimana tingkah suaminya kali ini.

“Kenapa Kak?”

Lihat, kan.

Freen hanya berdiri dengan mata setengah terbuka, badannya seperti menggantung bagai boneka mainan. Memperjelas bahwa dia dalam keadaan tidak sadar.

“Kamarku sangat sepi.” Mulut itu bicara.

“Oh.” Yang kagetkan Becky karena biasanya Freen hanya diam, lalu balik lagi ke kamar tanpa sepatah katapun. Itu kenapa awalnya ia kira si dia hanya sedang insomnia.

“Kakak selalu tidur sendirian, main sendirian, sibuk sendirian. Bukankah memang sudah biasa kalau kamarpun sepi?” Becky dengan iseng meladeni si dia yang tidak sadar.

“Iya. Tapi aku ingin peluk kucingku dulu.”

“Kakak tidak punya kuc—“ belum gadis itu menjawab, tubuhnya sudah tertangkap masuk ke dalam dekapan yang lebih tua. Menarik pinggangnya hingga kaki terjinjit dan tubuh merasa kebingungan harus bagaimana bereaksi dengan pelukan tiba-tiba ini.

Yes. Becky baru ingat. Tentu saja Freen menganggapnya sebagai kucing.
Lalu kalau ditanya,

“Kakak ingat yang semalam?”

Freen yang lagi sarapan, tiba-tiba menelan lalu lempar pandang ke arah sebrang, memandangi Becky yang tengah berdiri di dekat wastafel dapur.

“Ingat apa?”

ConnectedUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum