Ini masih pukul empat sore, Felix baru saja menurunkan tangan kanan yang membalas lambaian Yuuta. Sepi kembali usai kau selesai berinteraksi dengan orang lain. Hanya terdengar suara kesibukan aktivitas orang di sekitar lobi hotel.

Dari luar gedung besar itu terlihat cahaya matahari amat terang membutakan mata terutama di arah pintu masuk. Netra Felix terbuka setengah untuk membiasakan cahaya yang masuk. Lalu lalang, orang dari pintu itu menyadarkan Felix bahwa dia sangat beruntung sore ini.

Ada Hyunjin yang berjalan dengan membawa ransel di punggungnya. Cahaya senja menambah kesan gagah ketika suaminya itu berjalan sambil menyibak rambut kebelakang. Suaminya sudah kembali, berarti sore ini dia bisa jalan-jalan keluar. Felix segera mendekati suaminya, dengan senyuman lebar dia meminta untuk membawakan ransel itu agar suaminya tak terlalu kelelahan.

"Selamat pulang." sambut Felix yang menciptakan kehangatan sore ini dengan senyumannya.

Hyunjin hanya merespon dengan anggukan. Sepertinya dia sedang menahan kantuk. Mereka berjalan berdampingan dan Felix yang setia menatap suaminya yang sedang berjalan. Sampai tiba di lift, Hyunjin menarik tubuh Felix kedekatnya ketika orang dari dalam lift akan keluar.

Seperti anak ayam dia membututi Hyunjin yang masuk ke dalam lift. Felix menunduk ketika lift menjadi super sesak sore ini. Jemari kecilnya memegangi lengan kemeja sang suami. Sampai mereka keluar dan Felix masih berjalan di belakang suaminya.

Pintu geser kamar hotel yang terhubung dengan veranda kecil itu dibuka lebar oleh Hyunjin agar angin masuk ke dalam kamar menimbulkan sejuk. Usai membersihkan diri, dia berganti memakai piyama.

"Felix.." panggilnya pada sang istri yang sedari tadi bermain ponsel.

Felix segera berjalan ke arah kasur. Matanya bergerak mengikuti pergerakan suaminya yang naik ke atas ranjang. Otomatis tubuh itu mengikuti. Ketika angin kencang berhembus menerpa tubuh, Felix sudah diposisi duduk berhadapan dengan suaminya.

"Kau ingin keluar?"

"Iya.."

"Tapi aku mengantuk."

Hyunjin bertanya tapi seakan tak memberi harapan.

"Kalau begitu, Hyunjin tidur saja."

"Baiklah."

Felix tak menyangka suaminya benar-benar tidur sekarang. Hyunjin tidur di dekat Felix yang masih terduduk. Berapa lama tak terpikir untuk Felix hitung. Saat ini dia menikmati waktu dimana suaminya sedang tidur lelap dengan dengkuran kecil.

"Dear diary, bukankah dia sekarang sangat nyaman tidur di sampingku?" ucap Felix dengan senyuman teduh.

"Suamiku tampan sekali." puji Felix yang mencoba untuk mengelus surai yang menutupi wajah.

Berhasil mengelus pelan surai itu Felix merunduk sembari mengamati betapa sehatnya rambut sang suami. "Rambutnya tambah panjang. Mungkin nanti aku harus mengajaknya untuk potong rambut?"

Dalam keheningan, sedikit rasa hangat dari sisa cahaya matahari. Serta sejuknya angin sore ini, Felix mengutarakan suara hatinya tanpa kebohongan. Berada sedekat ini bahkan mampu bertukar kata dengannya dapat membuat sesuatu di dalam dirinya menjadi tenang.

"Kak Hyunjin..."

Tak terasa waktu berjalan semakin cepat. Entah sudah berapa kali Felix mengganti posisi selama memperhatikan suaminya tidur. Ketika suara napas panjang itu perlahan hilang karena Hyunjin sudah puas mengistirahatkan diri. Senja telah berganti malam.

Hyunjin terlihat mencoba menyadarkan diri dan duduk dengan menyangga tubuh pada tangan kirinya. Tangan kanannya mengusak rambut. Kepala pria manis itu memiring masih mengamati gerakan yang dibuat suaminya. Pria berperawakan besar itu balas menatap istrinya.

Kisah Kita | HyunLixWo Geschichten leben. Entdecke jetzt