Kunjungan ke beberapa toko terdekat dan tentunya street food, Felix rasa dia kalap membeli beberapa barang yang terlihat, lucu. Dia suka barang yang cantik dan lucu. Felix membelikan satu gelang untuk sang suami.

Ketika berada di taman, Felix tak sengaja berpapasan dengan orang yang sepertinya dikenali. Rambut panjang bergelombang dengan wajah cantik sedang memanggul tas bayi. Di depannya ada seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan garis wajah yang juga dikenalinya. Pria itu memakai jumper denim dan topi hitam. Rahang tegas dengan senyuman khas.

Mematung sejenak sampai akhirnya wajah tampan itu tak terlihat karena berjalan berlawanan arah sembari menggendong bayi kecil. Felix dibuat berpikir keras dan ujung-ujungnya risau sendiri.

Berjalan cepat seperti kau tak merasakan apapun dan ketika tiba di hotel dia bernapas tersengal-sengal. Duduk di lantai kayu sembari meletakkan barang bawaan. Felix menunduk dan menyangga tubuh dengan kedua tangannya. Diamatinya lamat-lamat jari-jemarinya. Dari kiri ke kanan dan begitu juga sebaliknya.

Tersadar jika tak memakai cincin pernikahan, Felix dibuat gugup dan jantungnya berdetak kencang.

"Jangan-jangan aku menjatuhkannya tadi." katanya dengan lirih.

Tak menunggu lama, tubuhnya kembali berdiri tegap dan keluar dengan mengunci pintu lagi. Felix celingukan ke segala arah berharap menemukan benda kecil berbentuk lingkaran itu. Kecil namun amat berharga untuknya.

Dua jam lamanya dia berjalan cepat mencari cincin emas putih berhias berlian itu. Tak menemukannya, walaupun sudah berusaha bertanya dalam bahasa Jepang dengan kakunya. Felix mulai diselimuti rasa sedih dan keringat yang membasahi tubuh.

Cuaca menjadi panas tanda akan hujan. Langit menghitam dan bergemuruh. Keadaan ini membuat hati Felix tambah murung. Ketika rintik hujan membasahi bumi, Felix ikut menangis. Sepertinya dia harus menyerah dan kembali disaat hujan tambah deras.

Tiba di kamar hotel, dia segera mandi. Bahkan ketika pelayan hotel membawakan makan malam dia hanya tertunduk lemas. Sampai ganggang pintu kamar berbunyi dan suara sepatu berjalan mendekat, Felix hanya memandang suaminya yang baru pulang itu dengan sendu.

Diantara banyaknya perasaan yang menyelimuti hati ini, kecurigaan adalah hal yang paling terasa saat ini. Hyunjin berjalan santai ketika Felix terus menatap pergerakannya sampai menaruh tas di sofa.

"Kenapa hanya ditatap. Cepatlah makan." titah Hyunjin yang baru membuka suara.

"Hyunjin tadi main ke taman?" tanyanya dengan penasaran. Bahkan soal cincinnya yang entah dimana tak jadi topik utama yang akan ditanyakan.

Hyunjin yang mampu membaca arti pertanyaan itu langsung menjawab "Aku kerja. Tidakkah kau lihat aku masih memakai pakaian yang sama dengan tadi pagi."

"Benar.." ujar pria manis itu ketika sudah lama menatap pakaian sang suami.

"Ada apa?"

Felix memandangi jemari Hyunjin yang tak pernah memakai cincin pernikahan mereka. Dia tidak bisa berpikir jernih malam ini.

"Tidak apa. Aku mau tidur. Hyunjin butuh sesuatu untuk kubantu?." Felix lelah namun masih berusaha menjadi istri yang baik.

"Tidak. Tidurlah. Jika lapar makan saja." jawab Hyunjin yang sudah melepaskan jas.

Hyunjin berlalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuh dengan air dingin karena merasa amat gerah. Usai mandi dan memakai piyama, dia memperhatikan baju yang basah ditaruh di box pakaian kotor. Hyunjin jadi penasaran jika sang istri barusan hujan-hujanan.

Berjalan ke sofa dengan piyama baru yang disediakan Felix. Hadiah yang dibeli tadi ketika pergi sendiri. Hyunjin makan sendiri sembari mengamati Felix yang masih risau di kasur. Dia makan sebelum kenyang kemudian berjalan mendekati kasur. Hyunjin duduk disamping Felix yang tidur membelakanginya.

"Tidak bisa tidur?"

Menunggu sekitar lima menit akhirnya Felix membalik badan. Dia berusaha untuk duduk dan menghadap ke suaminya.

"Maaf. Aku kehilangan cincin pernikahan kita." Felix berusaha untuk jujur.

"Tadi sesudah berbelanja dan bermain di taman, aku berjalan cepat di kerumunan orang. Sampai tak memperhatikan kalau cincinnya ternyata lepas dari jariku. Maaf.." ceritanya dengan menunduk.

"Kenapa meminta maaf?" tanya Hyunjin dengan heran.

"Huh?" Felix bingung.

"Aku yang melepasnya kemarin waktu kita masih di rumah."

"Huh?"

"Sepertinya kau tidak sadar beberapa hari kemarin. Aku sengaja melepasnya karena jarimu berbekas gigitan. Itu akan infeksi jika kau tetap memakai cincin." jelas Hyunjin tanpa ekspresi berarti.

"Aku tidak tahu..."

"Jelas kau tidak tahu, sadar keadaan saja tidak."

Felix menunduk malu. Sungguh beberapa hari kemarin dia tak sadar keadaan dan beberapa jam lalu diliputi hal negatif. Felix jadi malu dan merasa bodoh dengan keadaan dan pikiran buruk yang tercipta sebelumnya.

"Kenapa bertanya aku di taman?"

Tiba-tiba saja suaminya itu bertanya tanpa halangan. Felix rasa Hyunjin adalah tipe orang yang suka to the point.

Felix jadi bingung harus menjawab seperti apa.

"Umn.. aku melihat.."

"Ada orang yang mirip denganku sedang berwisata dengan santainya."

Entah perkataan itu terdengar seperti sebuah pernyataan atau pertanyaan. Felix tambah bingung dibuatnya.

Berakhir dirinya hanya mengangguk sekali.

"Itu Sam. Dia sedang di Jepang dan mendapat libur dua hari. Aku bilang padanya untuk menemuimu tapi dia tak mau. Jangan tanya padaku apa alasannya." Hyunjin sebenarnya ingin tidak peduli tapi sepertinya menangkap kelopak mata lawan bicara yang membengkak ketika sudah terlihat jelas.

"Baik."

"Dan juga, dia bersama Wonyoung dan anaknya."

Kenyataan baru yang Felix dapatkan sekaligus. Malunya kini berkali-kali lipat.

"Maaf Hyunjin.."

Hyunjin memegang dagu Felix dengan cepat lalu sepersekon kemudian berbicara dalam jarak sangat dekat.

"Apa kau bodoh?"

Katanya lalu menempelkan kedua belah bibir mereka. Hyunjin melepasnya lalu berucap lagi.

"Felix apa kau tahu tugas seorang istri?"

Beberapa detik tak mendapat balasan. Rupanya Felix mematung di tempat dengan mata membelalak. Ditepuk pipi itu dua kali lalu Felix mulai bergerak.

"Apa?"

Dikecup sekali bibir ranum yang lembut usai dioles pelembab bibir. Dilepaskan lagi beberapa detik kemudian.

"Apa tugasmu?"

"Me-melayani suami."

"Bagus.., sekarang layani suamimu ini."

"A-aku.. harus ap-?" Felix tergagap dengan raut wajah yang lucu.

Otaknya seakan tak berfungsi, apalagi ketika Hyunjin sudah naik ke kasur dan tidur menyamping. Lelaki tampan itu dengan cepat membalik tubuh Felix menyamping, membelakanginya.

Ketika hidung nan mancung itu mencium aroma sampo dari rambut yang mengembang, tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Lalu dalam rasa hangat yang mulai tersalur, Hyunjin sejenak mengajak istri berbagi rasa dalam kecupan dalam untuk waktu singkat.

Mungkin sekitar 20 detik lamanya, benang saliva tercipta kemudian terputus. Kantuk kian membuat mata memberat dan Hyunjin tidur sembari menghirupi wangi sampo dari rambut istri yang berubah tugas menjadi robot. Atau mungkin boneka?.

Karena sekarang Hyunjin sedang memeluk erat istrinya yang tidak bisa tidur. Kepikiran sampai sejam penuh barulah tertidur pulas setelah mendengar dengkuran kecil suami yang kelelahan itu.

🍁 9/11/2023
🍁 JUNE_GN

Hai hai 👋
Ada yang masih bangun?

Kisah Kita | HyunLixحيث تعيش القصص. اكتشف الآن