[22] Kesempatan

1.2K 121 9
                                    

🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼

Ruka membuka pintu kamarnya yang semula terkunci. Memutuskan untuk keluar setelah hampir setengah jam mengurung diri didalam. Mata sipitnya memerah, terlihat sekali bahwa ia baru saja selesai menangis.

Gadis itu menuju lantai bawah, berniat untuk mengambil segelas air namun malah mendapati adik-adiknya yang masih menikmati potongan-potongan buah di ruang tengah. Terkecuali dengan Chiquita, ia sudah terbaring di sofa dengan balutan selimut.

Mereka memang sedang menikmati waktu sebentar setelah makan malam tadi sebelum akhirnya mereka akan beristirahat.

Asa yang pertama kali menyadari kehadiran kakak sulungnya cukup terperanjat, padahal paha gadis dingin itu sedang menjadi bantalan kepala si bungsu. Membuat Chiquita sedikit mengeliat karena pergerakan Asa yang tiba-tiba.

Ruka berjalan menghampiri dimana semua adik-adiknya terduduk, matanya mengarah kepada jam besar disudut ruangan yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Kelima adik Ruka saat ini menatapnya penuh tanya, kakak sulungnya mendapati mata yang agak bengkak. Ditambah, rambutnya juga sedikit acak-acakan. Tidak seperti biasanya yang terlihat selalu rapih.

Benarkah yang mereka lihat sekarang adalah Ruka?

Arah pandang mereka bahkan sedikitpun tidak berubah, mengikuti pergerakan Ruka sampai akhirnya kakak sulungnya itu menyenderkan tubuhnya di single sofa.

"Ka-Kak Ruka? Kakak gapapa?" tanya Rora sedikit takut tapi ia berhasil memecah keheningan.

Ruka lantas menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Dan sekejap, ia pun menyadari bahwa adik bungsunya tengah tertidur lelap.

Namun, gadis itu mendiamkannya tanpa berniat mengusik.

Ruka mendongak, masih dengan posisinya. Pandangannya ia buang untuk menatap langit-langit ruangan besar itu.

"Ada hal yang perlu kakak bicarakan." ucapnya, yang membuat semua orang terdiam tanpa berani berkutik sedikitpun.

"Kakak baru aja ketemu Papi." lanjutnya lagi, mengubah arah pandangnya. Sekarang, ia menatap satu per satu wajah adiknya.

Saat tatap mata itu saling bertemu, ia menghentikannya sejenak ketika menemukan dua pasang bola mata milik Asa.

"Tiga hari dari sekarang adek bakal pergi. Dia bakal ikut Papi pulang. Adek harus dapat perawatan terbaik agar cepat pulih."

"Kakak tau ini keputusan yang sangat mendadak dan pastinya membuat kalian bingung. Tapi, kakak juga gak bisa buat apa-apa. Kakak gak bisa ngelak kalau Papi udah bertindak."

Semuanya terdiam, cukup lama tidak ada yang berani bersuara. Mereka tentu merasa sangat kaget mendengar perkataan Ruka. Namun lagi-lagi, Rora mengawali perbincangan.

Story of BabyMonster [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang