34

1.4K 231 79
                                    

Masih ada banyak waktu. Itu sebabnya terkadang seseorang akan menganggap remeh kehidupan.

Barulah setelah satu hal yang tak diharapkan terjadi, penyesalan akan datang dan berbalik untuk menertawakan pendapat tersebut.

Namikaze Naruto memiliki segudang penyesalan besar dalam hidupnya. Di mana waktu tidak menyediakan ruang baginya untuk menebus semua itu -- meskipun ia meraung dan menangis seperti anak-anak untuk meminta kesempatan.

Hari yang kesekian, Naruto kembali berada di sana.

Pada pusara Namikaze Minato, sang anak tunggal hanya berdiam membisu.

"Ayah ..." bibirnya berbisik pelan. Naruto merasa aneh sendiri. Ia sedang berbicara di depan sebuah batu yang tidak akan menanggapi ucapannya. "Maaf."

Beberapa tangkai bunga ia letakan di dekat nama yang terukir di sana.

"Seharusnya, sejak awal aku lebih menghargaimu."

Seharusnya, sejak awal ia tidak bersikap membangkang dan keras kepala, hingga hubungan mereka menjadi sedikit retak.

Seharusnya, Naruto tahu, harapan kecil ayahnya lebih berharga dibanding egonya sendiri.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

Happy Reading

.

.

Masih dengan jas kerja yang melekat di tubuhnya, Naruto langsung membaringkan diri di atas ranjang.

Ia mengecek beberapa notifikasi yang masuk pada ponselnya, dan mendadak teringat pada satu hal.

Besok ... adalah tanggal pernikahannya dengan Hinata.

Sesuatu yang dulunya selalu Naruto abaikan, perlahan, perkara-perkara kecil seperti ini menjadi hal yang mudah teringat baginya.

Mereka tidak pernah merayakannya, karena pernikahan itu bahkan tidak bertahan lama.

Naruto merasa miris dan pasrah.

.

.

Menjemput Boruto. Hal ini sudah seperti kegiatan yang Naruto jadikan jadwal penting. Meskipun waktu luangnya terbatas, Naruto akan mencoba sebisa mungkin melakukan sesuatu bagi sang anak.

Saat melihat Boruto yang keluar dari gedung sekolah, seharusnya Naruto akan tersenyum.

Tapi, ...

"Sudah selesai?"

Toneri juga ada di sini.

Pria itu datang lebih awal darinya.

"Papa!"

Seruan Boruto membuat suasana hati Naruto menjadi jatuh. Bayangkan saja, ayah yang sebenarnya sedang berada di sini, tetapi sang anak malah lebih dulu menyapa ayah jadi-jadian di depannya.

"Oh?" Lalu, Boruto tampak terkejut saat mendapati keberadaan Naruto juga di sana.

Naruto berjalan mendekat, ingin menghampiri Boruto. Tapi, jadilah ia berdiri saling berhadapan bersama Toneri.

"Kau datang untuk menjemput Boruto juga?"

"Menurutmu?" Naruto membalas pertanyaan laki-laki tersebut dengan tidak begitu berminat. Baginya, tidak perlu ada basa-basi di antara mereka.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang