6

1.3K 195 37
                                    

____________________

Seluruh atensiku adalah dirinya. Tapi aku sadar, ada dunia yang begitu luas di matanya.

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.


Sebelum ini, Hinata mendapat kabar bila kesehatan ayah Naruto sempat menurun beberapa hari lalu. Hinata baru mendengarnya saat dia merayakan ulang tahun sang ayah, karena Naruto pun tidak mengatakan apa-apa mengenai hal itu. Entah karena dia juga tidak tahu, atau memang sengaja tidak ingin memberitahu.

Berhubung sedang hari libur, jadinya, Hinata menyempatkan datang ke kediaman Namikaze seorang diri. Ia tidak bersama Naruto, karena pria tersebut belum keluar dari kamar ketika Hinata memutuskan berangkat.

Setelah sempat berbincang ringan dan mengetahui keadaan Minato sudah membaik, Hinata membiarkan pria dewasa itu beristirahat dan ia mengambil bagian untuk menemani Kushina di teras belakang.

"Segelas teh dan kue susu, kau suka, 'kan?"

Hinata mengumbar senyuman tipis. "Ibu tidak perlu repot-repot menyiapkannya."

"Tapi, sudah ada di depanmu. Jadi, nikmatilah." Kushina ikut duduk di sana. Matahari pagi ini bersinar dengan lembut. Nuansa yang begitu hangat dan pas bagi kebersamaan keluarga.

Ini adalah kunjungan pertama Hinata setelah dia menjadi istri Naruto. Jujur saja, Kushina sangat penasaran dan ingin bertanya banyak hal padanya.

"Bagaimana keadaan kalian selama ini?" Kushina menatapi wajah cantik Hinata yang lembut.

"Kami baik, Ibu."

Inilah sesuatu yang Kushina harapkan. Dia senang bila memang rumah tangga Naruto dan Hinata baik-baik saja selama beberapa waktu ini. Akan tetapi, ada terselip rasa bimbang dalam hati seorang ibu milik Kushina.

Naruto adalah anaknya, dan ia mengenal pria tersebut dengan segala karakter yang dimiliki.

Kushina tidak lupa, jika awalnya, Naruto tidak menginginkan pernikahan bersama Hinata, namun terpaksa melakukannya demi sang ayah.

"Ibu senang mendengarnya. Apa Naruto memperlakukanmu dengan baik?"

Pancaran mata Hinata sempat melemah. Kushina menyadarinya.

"Iya."

Lembut sekali, Hinata merasa bila tangannya sedang digenggam.

"Hinata, jika ada satu atau dua hal yang membuatmu merasa tidak nyaman, bicarakan pada Ibu. Jangan menahannya sendiri."

Hinata tidak mengerti mengapa mendadak saja Kushina berbicara seolah Hinata sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, ia mencoba merespon dengan tenang.

"Iya, Ibu."

"Kau tahu, ..." Senyuman Kushina mengembang lebar. "... Ibu senang sekali memilikimu sebagai seorang menantu. Itulah mengapa, Ibu berharap kau tidak merasa canggung atau segan untuk selalu dekat bersama Ibu."

Hinata mengangguk. "Terima kasih, Ibu."

.

.

.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now