24

1.6K 233 73
                                    

____________________

Tembok itu hanya bisa rubuh ketika kau bertindak atasnya.

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

"Hinata!"

Suara panggilan dari arah belakang itu langsung berhasil menghentikan langkah Hinata. Ia sedang menaiki anak tangga saat mendapati keberadaan Sakura di bawah sana, dan kini sedang berjalan agar menyamai posisinya.

"Bagaimana?"

"Hm?"

Raut wajah Sakura menjadi begitu serius. "Tentang kemarin. Pria itu mendadak saja ada di sana dan menarikmu pergi. Apa yang terjadi?!"

Diam-diam, Hinata meringis ketika suara Sakura begitu menyentak dan membuat seorang lain yang sedang menuruni tangga jadi menoleh.

"Dia tidak melakukan sesuatu yang menyakitimu lagi, 'kan?"

Hinata tidak begitu bisa mencari bahan untuk menjelaskan. Jika berkata tidak menyakiti, faktanya, pagi tadi, sekali lagi, Hinata merasa perasaannya begitu disakiti.

"Apa dia berlaku kasar padamu?" Sakura menjadi begitu berlebihan. Meski Toneri sudah berkata untuk tidak bersikap seperti demikian, namun, mengingat bagaimana tatapan dan suara dengan intonasi tenang namun tajam yang dilontarkan pria itu malam lalu, membuat Sakura tidak bisa untuk tidak berlebihan.

Hanya saja, bukannya segera menjawab, Hinata malah memutus kontak mata dan kembali melanjutkan perjalanan.

"Hinata!" Sakura menjadi protes.

"Aku baik-baik saja."

"Dia marah?"

Hinata bergumam.

Sakura seketika saja mendengkus begitu keras. "Marah? Luar biasa! Atas dasar apa? Karena kau memilih keluar dari rumah atau apa?--Ah!" Sakura teringat sesuatu. Saat itu, Naruto juga kesal pada Toneri. "Jangan bilang dia marah karena melihatmu bersama laki-laki lain?"

Hah! Lelucon sekali! Dalam sekali lihat pun, sudah pasti ini tersebut benar.

Mengesalkan. Apa dia lupa dengan dirinya sendiri? Dia bahkan terang-terangan sering datang ke tempat perempuan lain, namun sekarang berlagak seolah menjadi pria setia yang mendapati pasangannya menyimpang dalam hubungan mereka. Marah? Gila!

"Apa saja yang dia katakan padamu?"

"Tidak banyak."

"Dia memberi protes keras untuk hal itu?"

"Aku ingin pergi--"

"Aku akan menghajar laki-laki itu jika kau pergi padanya."

Malam itu, Hinata tahu bila dadanya sempat merasakan debaran. Kata-kata Naruto sama dengan ungkapan protes dan larangan. Hinata tidak ingin mencoba mengatakannya, tetapi, dia sempat berpikir bila Naruto merasa cemburu.

Satu hal kecil yang sempat menggoncang keteguhan Hinata. Namun tetap saja, berakhir pupus.

"Hinata!"

Hinata kembali berhenti melangkah. Kali ini, Sakura mengambil bagian untuk menghalangi jalan.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now