11

1.4K 210 29
                                    

____________________

Kau bagaikan matahari. Itulah mengapa, terlalu mustahil untuk menggapaimu.

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

"Aku ... sudah memutuskan untuk berpisah dengannya."

"Apa?"

"Aku akan bercerai."

Sakura sedikit tersedak. Walaupun kalimat tersebut adalah jawaban yang ia tunggu, namun, tetap saja dirinya merasa terkejut karena Hinata bicara begitu tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Dia membawa wanita itu ke rumah."

"Apa?!"

"Naruto tidak segan melakukannya. Tidak merasa masalah bersama perempuan lain di depan istrinya sendiri, di rumah mereka." Kening Hinata tertekuk erat. Mengingat hal itu membuat hatinya kembali seperti dicengkeram erat. "Seperti katamu, dia memang tidak menginginkanku. Maka dari itu, aku putuskan berpisah."

"Hinata ..." suara Sakura menjadi lemah. Kepalan tangannya mendadak mengeras. Ia mengebrak meja dengan pelan. "Laki-laki bajingan. Perempuan itu juga keterlaluan. Biar kutemui dia dan mengajaknya berhadapan--"

"Hentikan, Sakura. Apa yang mau kau lakukan?"

"Aku akan bicara padanya. Akan kusadarkan tentang kelakuannya."

"Tidak perlu. Jangan membuang-buang tenaga." Hinata meminta. "Lagi pula, aku juga salah karena--"

"Ya, kau salah."

Hinata terdiam saat Sakura memotong.

"Tapi, meskipun kau salah, dia juga tidak tahu diri." Ah, sial. Rasanya, Sakura ingin berguling-guling karena emosi. "Intinya, keputusanmu untuk berpisah adalah hal paling benar."

Perlahan, kepala Hinata tertunduk.

"Itu jauh lebih baik dibanding kau tetap mencoba bertahan demi perasaan sepihak. Mencintai seorang diri sangat menyiksa, Hinata. Ini adalah yang terbaik untukmu."

Bila berbicara menurut logika, Hinata sangat setuju terhadap semua pendapat Sakura. Segalanya memang terasa timpang bagi Hinata -- baik dilihat dari sudut mana pun.

Naruto yang tidak pernah menampakkan ketertarikan padanya, adalah sesuatu yang coba Hinata perjuangkan.

Tetapi, dengan melihat perempuan yang sedang bersama Naruto, sekali lagi, Hinata sadar betapa memprihatikan dirinya selama ini. Serupa pengemis yang mengharapkan secercah perasaan bak angin lalu.

"Kalian sudah membicarakan ini bersama?"

Pertanyaan itu membuat Hinata mengangguk. Sebenarnya, bukan dalam konteks bicara seperti apa yang Sakura pikirkan. Lebih tepat bila berkata Hinata yang langsung mengajukannya tanpa menunggu tanggapan terlebih dulu dari Naruto.

Tetapi, untuk apa? Lagi pula, tanpa harus menunggu respon Naruto pun, jawaban pria itu sudah jelas.

"Baiklah. Kurasa, kau sudah melakukan hal yang benar. Tapi, ... bagaimana dengan orang tua kalian?"

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now