71

556 46 6
                                    


  Sammy mengetuk pintu kayu itu tiga kali dan seseorang didalam dengan segera membuka pintu dan mempersilahkannya masuk. Melihat pria tua itu memelototinya dikursi, membuat Sammy tertawa keras lalu duduk dikursi berhadapan dengannya agak jauh," Aldo, lo kasih dia makan berapa banyak? Dia gendut dan tidak seperti orang sakit dua bulan lalu."

  "Sammy, ternyata kamu dalangnya yang culik kakek! Sekarang lepaskan kakek!"

"Hahaha...masalahnya saja belum selesai kakek mau dilepaskan? Lalu sia-sia dong kita culik kakek?"

Setelahnya dua orang berbeda jenis kelamin masuk dan memberi Sammy sebuah dokumen," gue masih kesel sama kakek lo, selalu pindah rumah di Bandung tapi ternyata ujung-ujungnya sembunyi di Villa puncak. Dan juga dukun-dukun itu sekarang hilang nggak terlacak lagi, bikin orang kesel."

  "Hahaha Brams, mereka bukannya pinter berbohong tapi juga pinter menghilang. Nanti gue tambahin gaji lo."

  Sammy membuka dokumen itu dan langsung bersmirk," kakek, katakan yang sebenarnya kalau kakek tidak mendapat kutukan turun temurun?"

  "Apa kamu tidak percaya? Semuanya adalah kenyataan!"

  "Kakek jangan berteriak, nanti pita suaranya putus. Nggak ada yang mau biayain."

  Kakek Burhan menggeleng tidak mengerti apa yang terjadi dengan cucunya, padahal dulunya Sammy tidak pernah menyangkal semua kata-katanya dan hanya menurut.

  "Oke, kalau kakek tidak mau mengaku. Akan Sammy bongkar semua yang kakek tutupin."

  "Yang pertama, sebenarnya kakek itu tidak mempunyai seorang anak. Ayah dan paman adalah adalah anak yang kakek temukan di tepi jurang di jawa timur."

  "Diam! Jangan bicara omong kosong!" Teriak kakek Burhan berusaha lepas dari ikatan di kursi itu tapi dia malah berguling ke samping.

  "Aldo bangunkan dia, jangan biarkan dia usil lagi."

  Setelah Kakek Burhan dibangunkan lagi dan dipegangin di belakang, dia sudah menjadi penurut karena dua orang disamping Sammy sama-sama menodongkan pistol kearahnya. Dia tidak ingin mati dengan cepat tapi dia juga enggan untuk mengatakan semuanya.

  "Yang kedua, 3 dukun yang kakek dan ayah tunjukkan adalah dukun yang sebenarnya sudah dibayar dengan uang senilai 10 juta untuk mengatakan kebohongan."

  "Yang ketiga, kakek ternyata pelaku yang membunuh keluarga kakek sendiri karena kakek percaya bisa mendatangkan banyak uang. Karena itu juga kakek diusir dari desa, dan bukannya karena kutukan itu."

  Dokumen itu ia lempar tepat di kaki kakek Burhan lalu ia berdiri dan menendang kursi yang ia duduki." Dan lebih parahnya lagi, kakek sudah menyuruh dukun-dukun itu untuk membuatku dan semua orang itu patuh. Kenapa? Kenapa kakek tega melakukan itu semua pada Salsa?"

  Kakek Burhan terkejut ketika Sammy berteriak padanya, melihat kediaman kakek Burhan Sammy Lantas berjalan kearahnya dan menaikkan kakinya ditumpuan siku kursi," Apa karena Salsa bukan anak kandung ayah?"

  ●●●

   Keesokan paginya terdengar rengekan dari kamar Salsa yang belum mau berhenti, padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 tapi gadis yang yang masuk kembali ke kamarnya sejak jam 7 lagi belum ada tanda-tanda mau keluar. Radit yang kamarnya berada di dekat Salsa merasa frustasi, padahal ia berniat malas-malasan sampai siang tapi terganggu dengan rengekan Salsa yang tiada henti.

  Ceklek

  "Fal, kenapa dia belum diam? Bukannya hanya datang bulan? Kenapa merengek seperti bayi?"

  Naufal yang baru keluar dari kamar Salsa juga menggeleng, ia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Di dalam dia sudah berusaha membujuk Salsa dan menanyakan apa yang harus dilakukan. Tapi dia malah mendapat semprotan dan hanya disuruh duduk ditepi ranjangnya dengan diam untuk melihatnya mengeluh sakit.

  "Naufal, lo ninggalin gue?"

  "Huft, tolongin panggil yang lain dong. Gue nggak mau stress sendiri," ujar Naufal lalu melangkah masuk kembali.

  Sebelum Radit beranjak untuk ke lantai 1, ternyata keempat saudaranya sudah datang dengan ekpresi jelek Elang dan Arvin.

  "Dia belum mau diem? Gue dilantai 1 sampai pusing dengernya," keluh Elang membuat Radit mengangguk," Naufal lagi stress di dalem, temenin sono."

  Dengan langkah lesu Elang mengikuti yang lain untuk masuk, jika bukan karena dia sedang nonton acara tv kesukaannya dia tidak akan segan-segan datang untuk menyuruh gadis itu diam.

  "Huwaaa Naufal, ini sangat sakit hiksss..."

  Melihat Naufal hanya menopang tangannya dengan lesu di kursinya dan Salsa berguling-guling dikasur hanya memakai hotpants dan tanktop membuat mereka tidak tahu apa yang harus diucapkan. Melihat kelimanya datang, Salsa lantas melempar bantal kearah mereka dan Radit langsung menangkapnya" kenapa kalian malah lihatin gue gitu? Perut gue sakit bodoh hiks..."

  "Itu cuma sakit perut, kenapa lo sangat lebay?" Tanya Elang dengan tangan berkacak pinggang.

  "Lo nggak ngerasain, coba aja lo rasain sendiri!"

"Gue cowok, ya nggak mungkin datang bulan tolol."

  "Makanya jangan ngeremehin cewek datang bulan, semua cowok emang sama saja nggak mau ngerti!"

  "Lo sudah searching apa yang harus dilakukan?" Tanya Reihan ke Naufal yang hanya menggeleng," hp gue disita dia, katanya kalau gue pegang hp. Gue dianggep nggak ngertiin."

  "Sal, lalu kita harus apa buat ngilangin sakit itu?" Tanya Gilang lembut namun Salsa malah melemparinya bantal," ya cari tahu, gue males jawab!"

  "Disini ada, banyak sekali," celetuk Reihan memperlihatkan ponselnya setelah searching, cara menghilangkan sakit perut saat datang bulan.

  "Ada obatnya, biar gue cari sama Elang," ujar Gilang membuat Elang segera merengut," kenapa sama gue? Gue ogah."

  "Nggak ada penolakan, Rei kirim nama obatnya."

  "Oke."

"Kalian malah sibuk main hp sendiri, gue lagi sakit woyy disini!"

  "Sakit lo ngerepotin banyak orang," sembur Radit membuat Salsa merengek lebih keras.

  "Ada minumannya juga, coba suruh Gilang cari," celetuk Arvin membuat Reihan langsung segere mengabari Gilang dan Elang.

  "Dit, lo kebawah ambil air hangat dan kain. Buat kompres perutnya."

  "Oke."

  Radit langsung berlari pergi mengindari Salsa yang ingin melemparinya guling.

  "Fal, lo bisa pijitin area sekitar perutnya."

  Setelah Arvin mengatakan hal itu ketiganya terdiam dengan perasaan rumit.
Salsa langsung saja meraih tangan Naufal yang kosong keatas perutnya," ayo pijitin, ini sangat sakit."

  Dengan gerakan kaku dan gugup, Naufal mulai menggerakan jarinya perlahan diatas perut Salsa yang masih terbalut kain. Salsa masih merintih, tapi tidak kuat seperti sebelumnya.

  Reihan dan Arvin berdiri mengelilingi Salsa dan dalam hati mereka merasa kasihan melihat Salsa yang kesakitan seperti itu. Jika tiap bulan Salsa terus merasa kesakitan seperti itu, pasti sangat menyusahkannya.

  "Sal, lo tiap bulan sakitnya seperti itu?" Tanya Arvin.

  "Iya hikss...sakit sekali. Biasanya ada bang Sammy yang ngurus dirumah."

  "Mending lo hamil aja deh, biar rehat 9 bulan nggak ngerasain sakitnya datang bulan," ujar Arvin bercanda namun Salsa malah mangut-mangut," itu ide yang bagus, biar gue pikirin."

  "Pikirkan sekolah, jangan hamil dulu," sela Reihan membuat Salsa mempoutkan bibirnya kesal," nanti bisa homeschooling, kan gue dulu pernah. Nah nanti habis ini kita lotre siapa yang jadi ayah pertama."

  Tuk

  "Omongan lo semakin ngawur."

 
 

LOTUS Where stories live. Discover now