69

466 42 1
                                    


  Salsa benar-benar merasa bersalah pada Reihan, tapi dia tidak tahu ia bersalah karena apa.

  "Fal, bisa panggangin buat gue?" Tanya Salsa setelah duduk disamping Naufal.

  "Ini gue panggangin buat lo."

  Tiba-tiba saja Bulan bersama Septian datang untuk bertemu Reihan, karena daging yang dibawa Sammy cukup banyak. Bulan dan Septian juga datang untuk mencicipi.

  "Pindah sana."

  Bulan dan Septian mengikuti Reihan yang berjalan ke sisi agak jauh karena Elang sudah memainkan gitarnya jadi diskusi mereka akan terganggu. Namun baru saja Salsa menelan daging ketiganya, tiba-tiba saja orang yang tidak diinginkan datang.

  "Ck ck ck, jalangnya lagi bertugas. Satu jam berapa? 50?"

  "Mill, lo denger anjing menggonggong nggak?" Sindir Salsa membuat Milla tertawa keras dan wajah Queena hitam karena marah. Kali ini dia tidak membawa antek-anteknya atau kalau tidak, Salsa sudah dihancurkannya sekarang juga.

  "Jangan panggil gue anjing, oh ya mana Arvin? Gue tadi lihat dia kesini, lo sembunyiin dia ya jalang?"

  "Nggak tahu."

  Salsa ingin meminum teh hangat digelas namun tiba-tiba saja rambutnya ditarik ke belakang." Kalau gue ngomong lihat gue jalang."

  "Lepaskan," tegas Naufal mencoba melepaskan tarikan itu dan langsung berhasil. Namun setelahnya tangan kiri yang digunakannnya menarik rambut Salsa langsung saja ditarik Gilang dan dipelintirnya," lo lupa, lo ada dimana?"

  "Lepasin gue, kalau lo lepasin gue. Gue akan tutup mulut perihal Salsa yang jadi teman malam kalian."

  "Oiii, tu ngomong bisa nggak nggak usah ngerendahin Salsa?" Tanya Milla bangkit dari duduknya dan menunjuk Queena dengan marah.

  "Oh lo juga disewa? Berapa? Lebih mahal dari jalang ini atau lebih murah? Hahaha... satu geng jalang semua ternyata."

  Plak

  "Lo tutup mulut lo sendiri atau gue yang tutup mulut lo?" Ancam Radit setelah menampar pipi kanan Queena dengan keras.

  "Bangsat, lo berani pukul gue?"

  "Gue aja berani patahin tangan lo," ujar Gilang melintir tangan Queena lebih keras membuag si empu mengaduh kesakitan.

  "Lo sebenarnya ada masalah apa sih Queen sama gue? Gue aja nggak ngerasa ganggu lo, salah gue apa coba?" Tanya Salsa bangkit dari duduknya dan melihat Queena dengan tatapan bingung.

  "Salah lo karena lo bisa deket sama Reihan dan Arvin jalang, lo juga dekat dan bermalam dengan para mostwated disini hanya cewek berdua. Bukannya itu namanya jalang? Gue hanya bicara kenyataan."

  "Kenyataaan apa Queen? Lo aja nggak lihat seluruhnya," celetuk Bulan yang sudah berdiri dengan Septian dan Reihan dibelakangnya.

  "Apa yang nggak gue lihat? Lihat bibir jalang itu bengkak dan lecet, pasti sudah digilir berulang kali."

  "Sialan lo!"

  Gilang langsung saja melempar tangan Queena dan menendang tulang keringnya yang tidak sedikit pun lembut.

  "Coba gue denger lo ngatain adik gue jalang lagi, gue mau denger bagaimana anak sekolahan memiliki mulut busuk seperti lo," ujar Sammy yang bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Queena yang bergetar di tempat.

  "Bang, nggak usah. Jika lo main tangan, nanti panjang lagi urusannya," ujar Salsa namun tidak menghentikan sedikit pun langkah Sammy.

  "Gue sebagai abang lo denger langsung orang lain ngatain lo jalang berulang kali apa gue hanya bisa duduk diam? Gue sudah rekam semuanya, dan abang yang akan langsung membawanya ke kepala sekolah."

  "Tapi sebelum itu, bukankah lebih seru jika kita bermain dulu?" Tanya Sammy tersenyum smirk membuat Queena tidak bisa diam berkutik.

  "Bagaimana kalau lo sendiri yang ngerasain jadi jalang? Per jam gue bayar 50 gimana? Jalang?" Bisik Sammy yang langsung mengeluarkan sapu tangannya dan membekap mulut Queena yang membuatnya langsung pingsan.

  "Mungkin dia mengantuk, kalian bawa saja ke tenda," ujar Sammy acuh lalu kembali ke tempat duduknya.

  Bulan dan Septian langsung melangkah maju dan membawa Queena pergi.

  "Bang, lo nggak akan ngelepasin dia semudah itu kan?" Tanya Radit membuat Sammy terkekeh kecil," tentu enggak, biar setelah pulang dari sini dia tahu bagaimana rasanya jadi jalang. Nanti temen-temen gue bakal suka sama yang muda seperti itu," belas Sammy lalu menghisap vape-nya acuh.

  "Sal, lo nggakpapa? Nggak ada yang sakit?" Tanya Gilang mengusap rambut Salsa dengan lembut dan dengan hati-hati melihat ekpresi wajah Salsa.

  "Gue nggakpapa kok, setelah ini semuanya akan selesai bukan? Jangan ada yang menangis,"  ujar Salsa mencoba menghibur dirinya lalu duduk kembali ke kursinya," ayo makan lagi, nanti nggak habis mubazir."

  "Sekali lagi, bukan gue yang nyelametin lo." Batin seseorang di kegelapan.

  1 menit kemudian Arvin datang dengan  tergopoh-gopoh, ternyata dirinya sempat tersesat saat mengindari Queena yang selalu menempel padanya sejak dari posko. Hingga saat ini, ia baru saja terbebas dari lintah itu dengan susah payah.

"Pasti dagingnya sudah habis, kenapa nggak ada yang nungguin gue?" Tanya Arvin marah lalu Salsa dengan sigap mengeluarkan dua piring kecil berisi daging," ini jatah lo sama Reihan, gue sudah sisihin."
 
  "Wow, terimakasih sayang," dengan semangat Arvin memanggang daging itu lalu memakannya dengan lahap.

  "Vin, perut lo gimana? Masih terasa?" Tanya Salsa membuat Arvin dengan mulut penuh menggeleng.

  "Nggak terasa tapi sedikit pegah."
 
  "Nanti gue olesin minyak sebelum lo tidur.'

  Arvin hanya mengangguk dan meneruskan makannya, Salsa tersenyum kecil dan tanpa sadar matanya melihat Reihan hanya diam di depan tenda satunya tanpa mau bergabung. Dengan inisiatif Salsa mulai memanggang daging Reihan semuanya.

  "Sal, abang pamit dulu. Kalau ada apa-apa hubungin abang."

  "Ya bang hati-hati."
 
  Setelah Sammy pergi, daging itu matang dan Salsa menyiapkannya dipiring dengan daun.....sekaligus.

  "Itu buat siapa?" Tanya Elang yang mencomot daging itu tapi Salsa memukul tangannya," ini buat Radit, lihat disana dia lagi galau mikirin ceweknya mau dibales bang Sammy."

  Reihan masuk ke tenda dan mematikan lampunya membuat Salsa merasa bersalah dan malah memperlototi Elang yang duduk dengan bingung tanpa tahu apa kesalahannya.

  "Gara-gara lo El, Reihan malah ngambek tidur."

  Salsa pun bangkit dan menuju tenda milik Reihan, saat dia menyingkap tenda itu dia sedikit dapat melihat Reihan sedang duduk dengan diam.

  "Rei, gue hidupin lampunya ya?"

  "Jangan."
 
  Mendapat penolakan yang dingin, Salsa pun mengambil ponselnya dan menyalakan senter. Saat senter itu diarahkan ke Reihan, ternyata Reihan tengah menatapnya dengan tatapan kosong.

  "Rei, gue udah panggangin buat lo. Lo makan ya," ujar Salsa duduk di hadapan Reihan yang hanya diam.

  Salsa menyuapi Reihan satu persatu dengan pelan dan Reihan hanya menurut. Namun saat diajak bicara, Reihan hanya diam seribu bahasa membuat Salsa harus memutar otak beribu kali namun tidak ada yang berhasil. Saat daging itu habis dan Salsa ingin keluar, Reihan langsung menahan pergelangannya dan mengatakan kalimat yang mampu membuat Salsa membeku.

  "Gue adalah suami pertama lo, dan gue adalah yang pertama masukin cincin ke jari lo. Tapi apa? gue kalah dari yang lain."

  "Apa maksud lo?" tanya Salsa duduk kembali ke tempatnya dan menyaksikan Reihan tersneyum menyedihkan," Gue adalah yang paling nggak berguna dari mereka berlima, gue nggak ada saat lo terluka dan gue nggak bisa belain lo saat lo dihina. Sebegitu nggak bergunanya gue jadi suami."

  "Rei, jangan ngomong gitu."

LOTUS Where stories live. Discover now