58

454 46 0
                                    


  "Shhh, sakit."

  Saat membuka matanya, wajah Salsa yang serius adalah hal pertama yang ia lihat. Melihat ke bawah ia mendapati Salsa tengah mengoleskan salep ke luka lebam dibagian atasnya yang ia biarkan terbuka. Gilang menikmati perhatian dan usapan lembut Salsa, bahkan saat Salsa sudah menutup krim salepnya saja ia tidak sadar.

  "Ini tadi salep lebam milik Naufal, setelah mengoleskannya gue membawanya kesini biar luka lo juga cepet sembuh. Sekarang pakai baju!"

  Salsa meletakkan salep itu asal di nakas dan dia hendak turun untuk kembali ke kamarnya namun lengannya tiba-tiba ditarik dan dia jatuh dipelukan Gilang yang bertelanjang dada. Tubuh hangat Gilang segera menerpa tubuhnya, Salsa tidak bisa bergerak bahkan tubuhnya seakan terhipnotis dibawah tatapan tajam Gilang.

  "Lo tadi habis mandi? Jangan suka mandi malam-malam, rematik," ujar Gilang yang menghirup bau sabun Salsa yang wangi. Ia  ingin sekali membenamkan dirinya diceruk leher Salsa dan menghirup bau sabun itu sebanyak-banyaknya. Namun ia takut gadis itu akan takut padanya.

  "Pakai air hangat, lo sekarang lepasin gue. Gue mau tidur."

  "Temenin gue tidur?"

  "Nggak mau."

  "Lo sudah tidur sama Naufal, kenapa nggak mau sama gue?"

  Salsa merasa tidak enak mendengar penuturan Gilang, ia juga jadi ingat kalau dia sudah tidur dengan Naufal dua kalinya  dan dia belum pernah tidur dengan yang lainnya. Tapi, apa ini benar? Ia merasa hal dimasa depan akan semakin sulit jika ia melakukan ini.

  "Lihat, gue bahkan pasangin cincin kita dijari gue."

  Gilang menujukkan jarinya yang terdapat cincin pernikahan mereka dan sekaligus mengingatkan Salsa kalau dia juga salah satu suaminya. Tanpa sadar Salsa juga melihat cincin itu dijarinya, ia belum mengembalikan cincin itu sebagai Liontin saat terakhir kalinya dilepas Arvin. Tunggu, kenapa dia merasakan perasaan aneh?

  "Gilang, pakai baju lo dan tidur. Gue mau kembali ke kamar."

  Bertumpu di dada Gilang yang polos dan hangat sangat membuatnya tidak nyaman dan dia ingin segera lepas. Namun sayangnya saat beruang bongsor itu melepaskannya, seperti ada yang hilang.

  "Pergi saja."

  Gilang membalikkan tubuhnya membelakangi Salsa, sekali lagi Salsa dibuat tidak enak hati atas tingkah Gilang. Dengan hembusan nafas panjang Salsa turun dari ranjang dan membuka lemari Gilang untuk mengambil kaosnya. Kenapa seperti Deja vu? Ia waktu itu pernah memakaikan Gilang kaos.

  "Tidur itu pakai kaos, kenapa sih lo sukanya telanjang?" Tanya Salsa marah setelah melempar kaos itu tepat ke wajah Gilang.

  Gilang membuang kaos itu asal kelantai  dan Salsa dengan hentakan wajah kesal ingin pergi dari kamar itu dan kembali ke kamarnya. Baru sampai menyentuh heandle pintu tubuhnya ditarik kebelakang secara tiba-tiba dan dia jatuh diranjang berada di pelukan Gilang. Salsa ingin memberontak turun tapi lengan dan kaki Gilang memeluknya erat seperti gurita dan tidak membiarkannya lepas.

  "Lang, lo apaan sih? Lepas nggak?"

  "Malam ini tidur sama gue please," lirih Gilang menyembunyikan wajahnya diceruk leher Salsa membuat Salsa merasa geli.

  "Gilang lo apa-apaan sih? Gue nggak mau tidur kalau lo belum pakai baju."

  "Gue kalau tidur nggak bisa pakai baju, nggak nyaman. Nanti nggak bisa tidur," ucap Gilang dengan rengekan membuat Salsa geli sendiri.

  "Lo aneh dah, masa kalau pakai baju nggak bisa tidur. Jangan buat alasan dan bangun pakai baju."

  "Nggak mau."

  Salsa sangat heran, Gilang yang biasanya terlihat sangar dan tidak pedulian bisa berubah seperti anak kecil. Bahkan dengan tubuh atletis empat kotak dia masih merengek padanya

  "Gilang, pakai baju ya. Nanti kalau nggak pakai baju entar masuk angin. Lo kan juga lagi sakit, jangan rewel oke?"

  Salsa duga kalau dia berubah soft, Gilang akan menurut. Namun sialnya cowok itu malah hanya menggeleng dan semakin mempereratkan pelukannya membuat Salsa tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Jadi dia hanya berdiam selama 2 menit, sebelum mendengar ketukan dipintu.

  "Sal, lo ada didalam?"

  "Itu suara Naufal," bisik Salsa ingin segera bangkit namun Gilang dengan segera menahannya," biarin, sst lo diem. Nanti dia pergi sendiri."

  "Sal, lo ada didalam?"

  "Lang, Salsa!"

  Gilang pikir Naufal akan pergi setelah tidak ada yang menyahut, namun setelah 1 menit Gilang tidak tahan lagi. Ia segera bangkit dan ingin membuka membuka pintu sebelum Salsa memegang pergelangan lengannya," please biarin gue pergi, Naufal butuh gue."

  "Diem dibawah selimut, jangan ngomong."

  Gilang menutupi seluruh tubuh Salsa dengan selimut dan dirinya dengan segera membuka pintu dan menatap Naufal dengan kesal. "Ada apa?"

  "Mana Salsa? Bukannya dia disini?"

  Naufal berusaha melihat kedalam namun tubuh bongsor Gilang menghalang-halanginya.

  "Nggak ada, ngapain cari dia disini?"

  "Tadi dia pamit mau ngasih lo salep. Tapi dia sudah lama nggak naik lagi, padahal dia sudah janji mau tidur bareng gue."

  Rahang Gilang mengeras dan tanpa sadar genggamannya di handle pintu semakin kencang," dia nggak ada disini. Lo boleh pergi."

  "Tapi dia tadi pamit kesini, lalu dia dimana?"

  "Nggak tahu, lo ganggu gue tidur."

  Gilang menutup pintu itu kembali dengan kencang, Salsa yang menyembul dari selimut sedikit takut dengan ekpresi Gilang yang menyeramkan. " Please Lang, komuk lo nakutin."

  Gilang menelusup ke selimut dengan cepat dan meraih tubuh mungil Salsa dan menjeratnya dipelukannya lagi. Biarkan, sekarang malam ini Salsa miliknya. Hanya miliknya, dan tidak ada yang lain.

  "Biarin gue chat Naufal sebentar, gue takut dia masih nungguin gue."

  Salsa juga lupa janjinya pada Naufal untuk tidur bersama, jadi diposisinya sekarang dia merasa seperti sedang selingkuh.

  Gilang tidak melepaskan pelukan itu namun melonggarkannya, Salsa dengan sedikit usaha dapat mencapai ponselnya yang terjatuh di dekat kakinya karena tarikan kuat dari Gilang.

  Dengan jari yang berat, Salsa berbohong pada Naufal kalau dia harus kembali kerumah ortunya mendadak dan mungkin tidur disana. Tentu saja, ada kebohongan-kebohongan dibelakangnya yang panjang.

  Melihat Salsa belum selesai dengan ponselnya, Gilang dengan cemberut meraih ponsel Salsa dan melemparkannya ke bawah, lebih tepatnya diujung kasur. Mendapati mood Gilang tambah jelek, Salsa langsung memeluk kepalanya dan menepuk lembut punggung itu agar cepat tertidur dan dia juga mengantuk sekarang.

  Masih diposisi seperti ini, tidak begitu lama kedua sejoli itu terlelap tidur. Mereka tidur dengan nyenyak tanpa menyadari ponsel Salsa yang berada diujung kasur bergetar dan nama Langit terpampang begitu jelas menelpon beberapa kali. Setelah 7 panggilan tidak diangkat, ponsel itu kembali menujukkan panggilan Radit.









LOTUS Where stories live. Discover now