54

608 50 5
                                    


  "Tidak ada kata baik jika paman sudah minta bantuan ke ayahmu, tapi hari ini semuanya akan diselesaikan. Semuanya akan baik-baik saja."

  "Dan untuk kasus Naufal akan paman angkat ke polisi, hal seperti itu bukanlah hal yang mudah ditoleransi bahkan jika mereka masih bersekolah," lanjutnya membuat semua yang ada disana mengangguk, hal seperti itu sudah termasuk penculikan dan kekerasan.

  "Ayah, kenapa harus ke polisi? Aku bisa mengatasinya sendiri," sahut Naufal yang berjalan ke meja makan dengan Salsa di belakangnya. Tentu saja Salsa langsung membuatkan kopi untuk Herman, dia kan menantu yang baik.

  "Biar mereka dihukum sepantasnya, Apa yang bisa kamu lakukan? Masalah seperti ini sudah harus ditangani kepolisian."

  Naufal tidak berdebat lagi, ayahnya memang tidak pernah bisa dibantah dan selalu menjadi pemutus terakhir tanpa pertimbangannya. Hal seperti ini inilah Naufal sering sembunyikan agar ayahnya tidak terlalu membesarkannya, seperti pertengkarannya dengan Langit kemari untungnya ayahnya tidak ada.

  "Ayah, ini kopinya," ujar Salsa menyerahkan kopi hitam ke Herman yang sedang dalam mode serius. Mendapati kopi ini Herman langsung rileks, setelah mengucap terimakasih ia menyesap sedikit kopi itu dan urat-urat di lehernya mengendur membuat semua orang disana menghela nafas panjang. Jika Herman marah, mereka sudah siap ancang-ancang melarikan diri.

  Setelah Herman mulai makan, mereka baru mulai makan dengan sesekali Radit berceloteh agar suasana tidak begitu aneh. Namun baru saja Naufal membalik piringnya untuk mengambil nasi, Salsa langsung segera mengambilnya dan menukarnya dengan semangkuk bubur ayam. Bubur ayam ini Salsa membuatnya awal tadi dan khusus untuk Naufal.

  "Pas gue sakit nanti gue juga mau bubur ayam," celetuk Radit setelah Salsa duduk disampingnya.

  "Badan lo setebal baja, mana mungkin sakit," cibir Salsa tanpa sengaja manik matanya bertabrakan dengan Arvin yang sudah lengkap dengan seragamnya. Salsa langsung membuang muka menyibukkan diri mengambil nasi, setelah malam kemarin ia bahkan belum berbicara dengan Arvin.

  Sarapan berjalan dengan lancar dan hangat, setelah yang kerja dan sekolah berangkat kini dirumah Naufal hanya tinggal Salsa dan Naufal. Salsa memang berniat izin hari ini yang langsung diketahui Radit yang tidak membawakan seragam untuknya.

  Salsa sebenarnya tidak ingin Naufal melakukan sesuatu hari ini mengingat semalam pemuda ini sempat demam. Namun Naufal tetap kekeuh membantu Salsa membersihkan dapur dan meja makan mengingat kemarin istrinya sudah sangat sibuk dan dia tidak tega membuatnya membersihkan sendiri. Setelah selesai Salsa mandi dan berganti baju, tapi melihat bahwa pakaian dalamnya juga dibawakan Salsa memerah sangat malu. Bagaimana mereka bisa mengambilnya langsung? Itu sangat memalukan.

  Setelah bersih-bersih, Naufal dan Salsa pulang ke rumah mereka menggunakan Taksi online. Akan lebih baik jika Naufal dirawat disini, daripada dirumah aslinya yang membuat teman-temannya harus bolak-balik.

  "Fal lo tidur, nanti makan siang gue bangunin," ujar Salsa membuat Naufal mengangguk dan menaiki tangga, badannya entah mengapa lemas dan tidak memiliki tenaga.

  Drrt...

  Ponsel Salsa berdering dan terpampang nama Langit membuatnya mengernyit tidak suka, untuk apa cowok itu menelponnya? Bukannya ini waktu istirahat?

  "Salsa?"

  "Apa?" Tanya Salsa sedikit ngegas, ia tidak menyukai Langit karena sudah menyuruh orang memukuli Naufal. Ini masih dugaannya tapi ia percaya kalau itu benar, sejak pertengkaran keduanya Salsa tahu kalau Langit memiliki obsesi dengannya.

  "Kenapa lo nggak berangkat? Lo sakit?"

  "Bukannya sudah jelas disurat kalau gue sakit? Kenapa masih nanya?"

  Sebenarnya Salsa tidak tahu kalau dia diizinkan lewat surat dengan keterangan sakit jika saja Mila dan Caca tidak menanyakannya langsung di grup.

  "Lo sakit apa? Gue nanti jenguk lo ya?"

  "Nggak perlu, gue nggak ada dirumah sedang diluar. Lo kerumah gue juga sia-sia, lagipula siapa juga yang mau dijenguk sama lo."

  Langit diseberang merasa aneh dengan nada dan bicara Salsa yang kesannya tidak menyukainya, namun itu semua ia tepis karena ia mencintai cewek itu. Mungkin Salsa sedang datang bulan dan emosinya tidak stabil.

  "Lalu lo dimana? Lagi sakit kenapa nggak dirumah sih? Lo jangan keliaran terus nanti nggak sembuh-sembuh."

  Salsa memutar bolanya malas, setelah beberapa kalimat ketus lainnya ia mematikan ponselnya dan langsung menidurkan diri di sofa depan tv. Sepertinya tidur sebentar tidak buruk, badannya remuk setelah banyak insiden kemarin.

  ●●●

  Beberapa pemotor dengan jaket hitam membaluti seragam mereka tengah berkendara dengan kecepatan tinggi membelah jalanan pinggir kota Jakarta dengan ganas. Mereka berkendara kurang lebih sekitar 2 jam tanpa henti dan sekarang mereka sampai ditempat bangunan kumuh tingkat 2 yang terbengkalai. Para pemotor itu turun dan langsung disambut beberapa kelompok orang berjaket hitam namun dengan lambang yang berbeda. Karena salah satu teman Gilang menemukan potongan lambang itu di kebun itu sebelumnya jadi mereka sudah tahu kemana mereka harus pergi.

  "Siapa tamu kita hari ini? Hanya bocah-bocah sma?" Cibir ketua dari mereka yang sedang menyesap dua nikotin secara bersamaan.

  Gilang maju dan langsung menonjok ketu itu hingga tersungkur," siapa yang bayar kalian buat sakitin anak sma Galaksi? Ngaku atau kalian sendiri yang akan jadi taruhannya?"

  Kelompok mata hantu dengan lambang burung hantu bermata satu adalah kelompok preman berkedok pembalap yang memiliki markas di pinggiran Jakarta  disebuah rumah bekas saudagar kaya yang tidak pernah kembali 10 tahun lamanya. Biasanya mata hantu hanya akan beraksi disekitar daerah pinggiran dan mereka sedikit terkejut kelompok ini sampai ditengah Jakarta. Pasti orang dibalik ini menduga mereka tidak akan mengenali kelompok ini karena jauhnya daerah. Tapi jangan ragukan geng Dark tidak mengetahui keberadaan mereka, mereka lulus smp dulu pernah melakukan
Road Trip mengelilingi seluruh Jakarta.

  "Oh shit, kalian teman-temannya? Ternyata temannya tidak jauh beda, culun berteman dengan sesama culun," Gilang memberi tonjokkan lagi namun dengan mengejutkan pukulannya ditangkap orang itu dan tangannya diputar dengan keras," kami tidak memakan uang buta, kami menyelesaikan apa yang dia minta sebersih mungkin."

  Bugh

  Gilang tersungkur membuat teman-temannya marah dan langsung memukuli kelompok mata hantu dengan brutal. Namun sebrutal apa pun mereka, mereka akan kalah dengan preman yang liar dan bringas.

  "Jika kami tidak dapat membersihkan kalian, maka mata hantu tidak layak untuk sebutan kami."

  Tak cukup waktu lama, setelah 15 menit mereka bertahan terdengar sirine polisi membuat Mata Hantu kalang kabut. Mereka ingin pergi namun geng Dark menahan mereka dengan segala cara walau lengan Gilang harus tersayat beberapa kali karena pisau lipat yang dibawa oleh ketua mereka. Saat Gilang tidak bisa bertahan lagi dan mata hantu satu per satu melarikan diri polisi datang dan dengan cepat melepaskan peluru dan beberapa dari mereka terpaksa berhenti termasuk sang ketua. Gilang tersenyum puas dapat membantu kepolisian mengungkap kekerasan yang Naufal alami dan selanjutnya hanya kegelapan yang ia lihat karena detik selanjutnya ia pingsan karena kehabisan darah.

LOTUS Where stories live. Discover now