"Louis..."

"Hmm? Kamu ingin mengatakan sesuatu?" Lilly mengangguk pelan. "Aku tadi menemui—maksudku, Alford tadi menemuiku di toilet. Dia menerobos masuk dan kembali meminta kesempatan." Lilly membuka percakapan dengan nada pelan, takut-takut dia akan menyinggung perasaan Louis yang selama ini telah banyak membantunya melewati masa sulit.

Namun sepertinya praduga Lilly terhadap reaksi Louis salah besar, karena pria itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa bahkan setelah Lilly berkata jujur. Louis hanya diam dan tetap fokus pada jalanan di depan.

"Lou?"

"Aku tahu."

Damn!

Dua kata itu membuat Lilli terperanjat kaget. "Ka-kamu tahu Alford tadi menemuiku?" tanya Lilly, dengan wajah yang shock. Louis kembali mengangguk. "Hmm. Aku melihatnya masuk ke dalam toilet sesaat setelah kamu masuk ke sana," jawab Louis dengan sangat tenang. 

"Kamu tidak marah? Maksudku, apa kamu tidak penasaran dengan apa yang dia lakukan?" Lilly kembali bertanya. Untuk beberapa saat, Louis terlihat menghembuskan napasnya  sebelum ia menjawab pertanyaan Lilly. Jelas ada beban berat yang sedang disembunyikan oleh pria itu dari kekasihnya.

"Tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, aku hanya ingin tahu apa responmu atas ucapan, pertanyaan atau apapun yang kalian lakukan atau bicarakan di dalam sana?"

Ckitt....

Bersamaan dengan mobil yang berhenti di depan pagar rumah mereka, Louis menatap Lilly dengan seksama.

"Aku ingin kamu jujur padaku, Lillyanne. Jika Alford memintamu kembali, apa kamu bersedia? Apa kamu ingin kembali kepada seseorang yang pernah melukaimu dengan begitu hebat?" tanya Louis yang kali ini tidak bisa lagi menahan dirinya.

Dia harus memastikan sendiri bagaimana perasaan wanitanya terhadap pria di masa lalu. Selama ini, Louis memang sudah menyiapkan diri jikalau hal-hal seperti ini terjadi. Tapi sematang apapun persiapannya, semesta pasti memiliki kejutan tak terduga—yang mungkin ia sendiri tidak memiliki kesiapan untuk menghadapinya.

Urusan hati yang belum usai di lembar yang lalu pasti akan bersambung di kemudian hari, dan Louis percaya akan hal itu. Relevansi antara emosi yang belum sempat diselesaikan pasti akan menciptakan dinamika yang sangat hebat saat dipertemukan. Hal itu juga yang terjadi pada Lilly dan Theodore. Ikatan mereka di masa lalu membuat animo dari salah satu pihak berkobar layaknya api. Dan untuk itulah, Louis tidak ingin larut dalam emosional saat Theodore Alford muncul ke permukaan—menawarkan sebuah janji manis untuk menarik kembali wanitanya.

Sementara Louis menanti jawaban dari wanita yang ia deklarasikan sebagai kekasih dari sejak empat tahun silam, Lilly kini terdiam—mencoba merangkai kata di dalam kepala cantiknya yang berantakan.

Apa yang harus ia katakan pada Louis?

Apa dia harus berkata jujur mengenai niatnya? Ataukah dia harus berbohong?

"Lilly?"

"Theodore meminta kesempatan dan aku rasa..., a-aku sudah siap memberinya kesempatan itu," jawab Lilly dengan sedikit terbata. Kekecewaan langsung memenuhi wajah Louis saat ia menerima jawaban yang sebenarnya sudah ia duga. Kilat kebencian yang ada di mata Lilly tak cukup mampu mengalahkan perasaan cinta yang terkubur dalam hati wanita itu.

Louis menyadarinya sejak awal pertemuan mereka dengan Theodore.

"Kamu ingin kembali padanya? Secepat ini? Kamu yakin?" Mendengar itu, Lilly tertunduk, dia meragu atas jawaban yang akan ia beri. "Aku tidak tahu Louis, aku hanya mengikuti kata hatiku. Tapi kini aku pun meragukannya. Di satu sisi aku ingin kembali bersama Alford, tapi di sisi lain aku masih takut untuk meninggalkanmu. Aku tidak siap jika harus kembali menelan pil pahit atas pilihanku." Lilly menjawabnya dengan hati yang dipenuhi oleh keraguan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Escapes of MistressWhere stories live. Discover now