18. Decision | 2

49K 4.7K 624
                                    

"Something that is difficult to choose, sometimes causes feelings of confusion due to excessive fear,"

-Decision

________________________________

5.45 AM

Matahari belum menampakkan dirinya saat Lilly memasangkan sebuah dasi berwarna navy blue ke kerah baju Theodore yang sebentar lagi akan berangkat ke bandara untuk melakukan penerbangan menuju New York. 

"Selesai!" ujar Lilly yang dibarengi dengan tepukkan hangatnya pada dada bidang Theodore. Theodore yang sejak tadi memperhatikan Lilly dari kebungkaman pun langsung menarik wanita itu ke dalam pelukan. Ia memeluk erat tubuh ramping Lilly yang terbalut dengan gaun tidur berbahan satinnya.

"Ayo ikut aku pergi Lillyanne," bisik Theodore yang entah kenapa, merasa sangat berat untuk meninggalkan wanitanya kali ini. Ada sebuah perasaan khawatir yang terselip di dalam hatinya saat ia melihat senyuman Lilly yang lembut. Ya meski hanya akan pergi tiga hari, tetapi tetap saja! Theodore merasa jika tiga hari itu adalah waktu yang sangat lama untuk berpisah dari Lillyanne yang belum pulih.

"Alford?"

"Kenapa kau tidak ikut saja hm? Di sana, kau bisa berbelanja dan berjalan-jalan sesuka hatimu seperti saat kita berada di Paris," ujar Theodore, mencoba memberi penawaran yang sebenarnya tidak akan diterima oleh Lilly.

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria di hadapannya, Lilly pun mencoba untuk tetap tersenyum, menyembunyikan ketegangan yang timbul di wajahnya saat melihat Theodore. Perlahan, Lilly meregangkan pelukkan itu dan menatap lembut netra abu kebiruan Theo.

"Keadaanku tidak memungkinkan untuk ikut denganmu ke New York, Alford. Kau tahu itu lebih dari siapapun bukan?" Lilly membalas  ajakan Theodore dengan ketegangan yang luar biasa. Percakapan ini jelas membuat jantung Lilly berdegup kencang. Rencana pelarian yang akan ia susun bersama Gabriel pasti akan terancam jika Theodore membatalkan jadwal penerbangannya ke New York pagi ini.

"Tapi—"

"Pergi saja. Aku akan baik-baik, Alford. Lagipula ada banyak orang yang menjagaku di sini." Lagi, Lilly mencoba meyakinkan Theodore untuk tetap melanjutkan perjalanannya. Mendengar ucapan Lilly, Theodore hanya bisa menghembuskan napas pelan.

Lilly benar, dia tidak bisa memaksa Lilly pergi kali ini.

Keadaan wanita itu tidak memungkinkannya untuk pergi.

Dengan hati yang berat, Theodore lantas menangkup wajah Lilly, mengusapnya secara perlahan sebelum ia memberi sebuah kecupan lembut di kening wanitanya yang cantik.

Cup!

Sebuah kecupan hangat kembali mendarat di dahi Lilly untuk waktu yang cukup lama. Keterdiaman tiba-tiba saja memerengkap mereka di sebuah keadaan yang abu-abu. Keinginan untuk pergi dan tinggal bertabrakan menjadi satu, membuat nurani kembali goyah dan mempertanyakan, manakah keputusan yang tepat?

Lama Theodore memberi kecupan hangat itu hingga sebuah getaran ponsel di saku jas yang menandakan jika Dann sudah ada di bawah, memaksa Theo untuk segera melepaskan Lilly.

"Jaga dirimu baik-baik, ya?" Lilly mengangguk.

"Hmm."

Cup!

Theodore kembali memberi kecupan hangat di dahi Lilly.

"Telepon aku setiap dua jam sekali, okay?" Lilly kembali mengangguk.

"Baiklah."

"Aku akan meminta pelayan untuk menjagamu."

"Iya Alford."

The Escapes of MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang